c. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak
langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan d.
Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.
Berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 97 Ayat 5 tersebut tidak mengurangi hak anggota Direksi lain danatau anggota Dewan Komisaris untuk
mengajukan gugatan atas nama Perseroan.
2. Kewajiban Bertindak Untuk dan Atas Nama Perseroan Duty to Execise
Power for Proper Purposes
Direksi adalah satu-satunya organ dalam perseroan yang diberikan hak dan wewenang untuk bertindak untuk dan atas nama perseroan. Ini membawa
konsekuensi bahwa jalannya perseroan, termasuk pengurusan harta kekayaan perseroan bergantung sepenuhnya kepada Direksi perseroan. Artinya, tugas
pengurusan perseroan oleh Direksi juga meliputi tugas pengurusan harta kekayaan perseroan.
132
Berarti Direksi sebagai orang kepercayaan perseroan yang diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham RUPS untuk kepentingan para pemegang saham
secara keseluruhan, maka Direksi diharapkan dapat bertindak adil dalam memberikan manfaat yang optimum bagi pemegang saham perseroan.
Lipton dan Herzberg menekankan sekali penting dan luasnya makna duty to exercisepower for proper purpose bagi Direksi dan perseroan. Linton dan Herzberg
132
Fred B.G Tumbuan II., Op. cit., hal. 9-10.
Universitas Sumatera Utara
mengatakan bahwa, “Directors may breach this duty even if they honestly believe their actions are in the best interest of the company as a whole”.
133
Beberapa persoalan yang sering disoroti sehubungan dengan duty to exercise power for proper
purpose ini adalah masalah penerbitan saham baru, pencatatan pengalihan kepemilikan saham dalam perseroan, dan pencaplokan perseroan hostile
takeovers.
134
Sebagai trustee bagi perseroan, maka sudah selayaknya jika dalam melakukan tindakan atau perbuatan yang mengatasnamakan kepentingan perseroan, Direksi
harus melakukannya secara benar dan tidak memihak untuk kepentingan manapun. Direksi diberikan kepercayaan oleh seluruh pemegang saham melalui mekanisme
RUPS untuk menjadi organ perseroan yang akan bekerja untuk kepentingan perseroan serta kepentingan seluruh pemegang saham yang mengangkat dan
mempercayakannya sebagai satu-satunya organ yang mengurus dan mengelolah perseroan. Setelah RUPS menyetujui pengangkatan Direksi perseroan, maka seluruh
pemegang saham tidak lagi berhubungan dengan Direksi perseroan. Jadi, Direksi tidak dapat mempergunakan kepercayaan yang diberikan kepadanya tersebut untuk
dipergunakan dalam kapasitasnya, untuk merugikan kepentingan satu atau lebih pemegang saham tertentu dalam perseroan meskipun tindakan yang dilakukannya
tersebut baik bagi perseroan, menurut pertimbangannya.
135
133
Phillip Lipton dan Abraham Herzberg., Op. cit., hal. 304.
134
Ibid., hal. 306 dan hal. 311.
135
Ibid., hal. 306.
Universitas Sumatera Utara
Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas UUPT, hal-hal yang berhubungan dengan penerbitan saham baru
136
dalam bentuk penambahan modal ataupun untuk tujuan lain misalnya pembagian deviden
saham, penerbitan saham bonus sebagai bagian kapitalisasi laba ditahan maupun pencatatan atas pengalihan saham
137
dan pengambilalihan perseroan
138
telah diatur
136
Pasal 41 UUPT yaitu, “Penambahan modal Perseroan dilakukan berdasarkan persetujuan RUPS”.
137
Pasal 55 UUPT, yaitu, “Dalam anggaran dasar Perseroan ditentukan cara pemindahan hak atas saham sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.
138
Pasal 125 UUPT, yaitu: 1
Pengambilalihan dilakukan dengan cara pengambilalihan saham yang telah dikeluarkan danatau akan dikeluarkan oleh Perseroan melalui Direksi Perseroan atau langsung dari
pemegang saham. 2
Pengambilalihan dapat dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan. 3
Pengambilalihan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah pengambilalihan saham yang mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap Perseroan tersebut.
4 Dalam hal Pengambilalihan yang dilakukan oleh badan hukum berbentuk Perseroan, Direksi
sebelum melakukan perbuatan hukum pengambilalihan harus berdasarkan keputusan RUPS yang memenuhi kuorum kehadiran dan ketentuan tentang persyaratan pengambilan keputusan
RUPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89.
5 Dalam hal Pengambilalihan dilakukan melalui Direksi, pihak yang akan mengambil alih
menyampaikan maksudnya untuk melakukan Pengambilalihan kepada Direksi Perseroan yang akan diambil alih.
6 Direksi Perseroan yang akan diambil alih dan Perseroan yang akan mengambil alih dengan
persetujuan Dewan Komisaris masing-masing menyusun rancangan Pengambilalihan yang memuat sekurang-kurangnya:
a. Nama dan tempat kedudukan dari Perseroan yang akan mengambil alih dan Perseroan
yang akan diambil alih; b.
Alasan serta penjelasan Direksi Perseroan yang akan mengambil alih dan Direksi Perseroan yang akan diambil alih;
c. Laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat 2 huruf a untuk tahun
buku terakhir dari Perseroan yang akan mengambil alih dan Perseroan yang akan diambil alih;
d. Tata cara penilaian dan konversi saham dari Perseroan yang akan diambil alih terhadap
saham penukarnya apabila pembayaran pengambilalihan dilakukan dengan saham; e.
Jumlah saham yang akan diambil alih; f.
Kesiapan pendanaan; g.
Neraca konsolidasi proforma Perseroan yang akan mengambil alih setelah Pengambilalihan yang disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia; h.
Cara penyelesaian hak pemegang saham yang tidak setuju terhadap Pengambilalihan; i.
Cara penyelesaian status, hak dan kewajiban anggota Direksi, Dewan Komisaris, dan karyawan dari Perseroan yang akan diambil alih;
Universitas Sumatera Utara
secara khusus sehingga setiap tindakan atau perbuatan maupun keputusan yang diambil oleh Direksi yang bertentangan dengan ketentuan tersebut batal demi hukum.
3. Kewajiban Bertindak Seluas-Luasnya Duty to Retain Discretion