d Ada juga ditentukan mengenai larangan kepemilikan silang cross
holding dalam Pasal 36 UUPT. e
Dalam hal pertanggunganjawaban Direksi, UUPT 2007 mengalami beberapa perubahan. Misalnya diadopsinya prinsip business judgment rule ketentuan
keputusan bisnis. Prinsip yang berasal dari Negara common law ini memberikan safe harbor bagi para direksi yang mengambil calculated
business decision untuk tidak di hukum apabila nantinya keputusan bisnisnya merugikan perusahaan. Isu ini memang sangat penting bagi perlindungan
direksi yang selama ini tidak jelas di atur dalam UUPT yang lama. Dengan diadopsinya prinsip ini, diharapkan para direksi berani mengambil resiko
dalam keputusan-keputusan bisnisnya karena tanpa adanya keberanian untuk mengambil resiko ini, perkembangan bisnis di Indonesia dapat terhambat.
Jadi, terdapat perkembangan pengaturan yang signifikan dalam Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
2. Maksud dan Tujuan Perseroan
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa perseroan didirikan untuk mencari keuntungan profit. Pasal 2 UUPT menyebutkan, ”Perseroan harus
mempunyai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, ketertiban umum, dan atau kesusilaan”.
Berdasarkan ketentuan Pasal 2 UUPT tersebut, setiap perseroan harus memiliki maksud dan tujuan serta kegiatan usaha yang jelas dan tegas. Dalam
pengkajian hukum disebut ”klausul objek” atau object clause. Perseroan yang tidak mencantumkan dengan jelas dan tegas apa maksud dan tujuan serta kegiatan
usahanya dianggap cacat hukum legal defect sehingga keberadaannya tidak valid invalidate.
78
78
M. Yahya Harahap., Op. cit., hal. 60-61.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 8 Ayat 1 UUPT menggariskan Akta Pendirian memuat Anggaran Dasar dan keterangan lain yang berhubungan dnegan perseroan. Jadi, penempatan
maksud dan tujuan dalam Anggaran Dasar bersifat imperatif. Lebih lanjut sifat imperatif tersebut dikemukakan dalam Pasal 9 Ayat 1 huruf c yang menyatakan,
untuk memperoleh Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum perseroan, perseroan harus mengajukan permohonan kepada Menteri dengan mengisi
formulir isian yang memuat sekurang-kurangnya: a
Nama dan tempat kedudukan perseroan; b
Jangka waktu berdirinya perseroan; dan c
Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan. Dari penjelasan di atas, jelas menunjukkan bahwa pencantuman maksud dan
tujuan serta kegiatan usaha perseroan dalam Anggaran Dasar bersifat hukum memaksa. Pencantuman maksud dan tujuan serta kegiatan usaha dalam Anggaran
Dasar perseroan memegang peranan fungsi prinsipil karena pencantumannya dalam Anggaran Dasar tersebut merupakan landasan hukum bagi pengurus perseroan
sehingga pada setiap transaksi atau kontrak yang terjadi, tidak menyimpang atau keluar atau melampaui dari maksud dan tujuan serta kegiatan yang ditentukan dalam
Anggaran Dasar. Selain dari itu, tujuan utama pencantuman maksud dan tujuan serta kegiatan
usaha dalam Anggaran Dasar, antara lain:
79
79
Bismar Nasution VI., ”Kewajiban Melaksanakan RUPS dan Saat Pembagian Dividen Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas”, Makalah, Disampaikan
Universitas Sumatera Utara
a Untuk melindungi pemegang saham sebagai investor dalam perseroan;
b Dengan mengetahui maksud dan tujuan serta kegiata usaha, pemegang saham
sebagai investor akan yakin, pengurus perseroan yakni Direksi, tidak akan melakukan kontrak atau transaksi maupun tindakan yang bersifat spekulatif
dan mengadu untung di luar tujuan yang disebut di dalam Anggaran Dasar; dan
c Direksi tidak melakukan tarnsaksi yang berbeda di luar kapasitas maksud dan
tujuan serta kegiatan usaha yang disebut dalam Anggara Dasar yang bersifat ultra vires.
Dengan demikian maksud dan tujuan itu merupakan landasan bagi Direksi mengadakan kontrak dan transaksi bisnis. Serta sekaligus menjadi dasar menentukan
batasan kewenangan Direksi melakukan kegiatan usaha. Jika dihubungkan dengan pendapat Bismar Nasution dalam Diktatnya Peranan
Hukum dan Pembaharuan Ekonomi, ditemukan bahwa salah satu tujuan diundangkannya suatu undang-undang yang baru atau revisi terhadap undang-undang
adalah untuk pembaharuan hukum dan menjamin kepastian hukum. Dalam hal ini, setidak-tidaknya ada dua unsur kualitas dari hukum yang harus dipenuhi supaya
sistem ekonomi berfungsi yaitu, Pertama, stabilitas dimana hukum itu berpotensi untuk menjaga keseimbangan dan mengakomodasi kepentingan-kepentingan yang
saling bersaing, Kedua, meramalkan predictability berfungsi untuk meramalkan akibat dari suatu langkah-langkah yang diambil.
80
Apabila Direksi melakukan tindakan pengurusan di luar batas yang ditentukan dalam maksud dan tujuan serta kegiatan usaha, maka Direksi tersebut dikategorikan
pada In House Training yang Diselenggarakan oleh Kanwil DJP Sumbagut I, Tanggal 21 Desember 2005., hal. 1. lihat juga M. Yahya Harahap., Ibid., hal. 62.
80
Bismar Nasution VII., “Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi”, Diktat, Disampaikan pada Kuliah Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, 2005, hal. 11-12.
Universitas Sumatera Utara
melakukan ultra vires. Dalam kasus yang demikian memberi hak bagi pemegang saham untuk mengajukan gugatan terhadap perseroan di Pengadilan. Hak pemeganga
saham itu dipertegas dalam Pasal 61 Ayat 1 UUPT yaitu, ”Setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap perseroan ke Pengadilan Negeri, apabila
dirugikan karena tindakan perseroan yang tidak adil dan tanpa alasan yang wajar sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi atau Dewan Komisaris”.
Pasal 2 UUPT telah membatasi maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan. Pembatasan itu dengan sendirinya berisi larangan sehingga tidak boleh
bertentangan dengan: a
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; b
Ketertiban umum; dan c
Kesusilaan. Sepanjang mengenai larangan yang pertama, tidak menimbulkan
permasalahan. Akan tetapi mengenai ketertiban umum dan kesusilaan, sangat potensial menimbulkan permasalahan. Sulit menentukan apa yang dimaksud dengan
ketertiban umum openbaar orde, public orde maupun kesusilaan. Tidak ditemukan batasan pengertian yang disepakati semua larangan. Oleh karena itu, bisa terjadi
penilaian yang bersifat subjektif karena memang nilai ketertiban umum dan kesusilaan pada dasarnya bersifat relatif atau nisbih.
81
81
M. Yahya Harahap., Op. cit., hal. 64.
Universitas Sumatera Utara
B. Kedudukan, Tugas, dan Tanggung Jawab Direksi Berdasarkan Undang-
Undang Perseroan Terbatas
Direksi sebagai salah satu organ terpenting perseroan selain dari Dewan Komisaris dan RPUS.
82
Sudah tentu Direksi diamanahkan oleh undang-undang perseroan mengenai tugas dan tanggung jawab.
1. Kedudukan Direksi Dalam UUPT