Kedudukan Direksi Dalam UUPT

B. Kedudukan, Tugas, dan Tanggung Jawab Direksi Berdasarkan Undang-

Undang Perseroan Terbatas Direksi sebagai salah satu organ terpenting perseroan selain dari Dewan Komisaris dan RPUS. 82 Sudah tentu Direksi diamanahkan oleh undang-undang perseroan mengenai tugas dan tanggung jawab.

1. Kedudukan Direksi Dalam UUPT

Direksi menurut UUPT merupakan satu organ yang di dalamnya terdiri dari satu atau lebih anggota yang dikenal dengan sebutan Direktur tunggal. Dalam hal perseroan memiliki lebih dari satu anggota Direktur disebut Direksi, maka salah satu anggota Direksi tersebut diangkat sebagai Direktur Utama Presiden Direktur. 83 Pasal 93 mengatur mengenai siapa yang bisa diangkat menjadi anggota Direksi. Ketentuan ini memberikan persyaratan orang-orang yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah sebagai berikut: 84 a Syarat Pokok. Yaitu orang perorangan person or individual, dan cakap melakukan perbuatan hukum bevoegd, competent. Paling tidak telah mencapai umur 21 dua puluh satu tahun, tidak ada batasan sampai umur berapa akan tetapi biasanya samapi umur 70 tujuh puluh tahun. Yang bersangkutan tidak sakit jiwanya dan tidak berada dalam kuratele; b Tidak ada syarat kulifikasi pendidikan. Hal ini dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 93 Ayat 1 bahwa tidak mengatur secara spesifik kualifikasi pendidikan menjadi Direksi; c Tidak disyaratkan nasionalitas atau tempat tinggal. Selanjutnya dalam Pasal 93 Ayat 1 juga tidak diatur syarat nasionalitas maupun tempat tinggal Direksi; dan 82 Ibid., hal. 343. 83 Gunawan Widjaja., Op. cit., hal. 53. Penyebutan istilah Direktur ini merupakan terjemahan dari kata director, dan saat ini sudah lazim dalam penyebutan anggota Direksi dalam Anggaran Dasar perseroan. Istilah Direktur Utama Presiden Direktur merupakan irtilah yang juga berangkat dari kebiasaan praktik dan telah diakui penggunaannya oleh Menteri Kehakiman dan HAM. 84 M. Yahya Harahap., Op. cit., hal. 353-355. Universitas Sumatera Utara d Tidak disyaratkan harus pemegang saham. Undang-undang juga tidak mensyaratkan harus pemegang saham yang menjadi Direksi, sebab apabila pemegang saham sebagai Direksi ini tidak memiliki saham lagi, maka mesti mengundurkan diri. UUPT yang dimaksud adalah UUPT 2007, selanjutnya disebut dalam penelitian ini UUPT saja secara umum menyatakan dalam Pasal 92 Ayat 3 bahwa suatu perseroan sekurang-kurangnya harus diurus oleh satu orang atau lebih anggota direksi, dengan pengecualian dalam Pasal 92 Ayat 4, bagi perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun danatau mengelola dana masyarakat, perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat, atau perseroan terbuka wajib mempunyai paling sedikit 2 dua orang anggota Direksi. Mengenai kewarganegaraan Direksi, tidak ada suatu pembatasan mengenai keanggotaan Direksi dalam perseroan. Tidak hanya warga negara Indonesia, melainkan juga warga negara asing yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Departemen Tenaga Kerja dapat menjadi anggota direksi perseroan. 85 Dalam UUPT mensyaratkan bahwa anggota Direksi haruslah orang perseorangan. Ini berarti dalam sistem hukum perseroan Indonesia tidak dikenal adanya pengurusan perseroan oleh badan hukum perseroan lainnya maupun oleh badan usaha lain, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum. 86 Selanjutnya dalam Pasal 93 Ayat 1 disebutkan orang perorangan tersebut adalah mereka yang cakap untuk bertindak dalam hukum, tidak pernah dinyatakan pailit oleh 85 Ibid., hal. 54. 86 Ahmad Yani., dan Gunawan Widjaja., Seri Hukum Bisnis: Perseroan Terbatas, Jakarta: Rajawali Press, 1999, hal. 99. Universitas Sumatera Utara pengadilan maupun yang menjadi anggota Direksi atau Komisari perseroan lain yang pernah manyatakan bersalah telah menyebabkan pailitnya perseroan tersebut dan belum pernah dihukum karena melakukan tindakan pidana yang merugikan keuangan negara dalam jangka waktu lima tahun terhitung sejak tanggal pengangkatannya. Pasal 94 Ayat 1 UUPT ditentukan bahwa anggota Direksi diangkat harus melalui RUPS. Ini berarti tidak dimungkinkan bagi pengangkatan anggota Direksi di luar rapat dalam perseroan. Pendiri perseroan berhak melakukan pengangkatan anggota Direksi untuk pertama kali pengangkatan anggota Direksi dalam akta pendirian sebagaimana disebutkan dalam Ayat 2. Pada Ayat 3 anggota Direksi diangkat untuk jangka waktu tertentu dan dapat diangkat kembali. Dalam hal ini Anggaran Dasar perseroan mengatur tata cara pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota Direksi dan dapat juga mengatur tentang tata cara pencalonan anggota Direksi. Keputusan RUPS mengenai pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota Direksi juga menetapkan saat mulai berlakunya pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian tersebut. Dalam hal RUPS tidak menetapkan saat mulai berlakunya pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota Direksi, pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota Direksi tersebut mulai berlaku sejak ditutupnya RUPS. Dalam hal terjadi pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota Direksi, Direksi wajib memberitahukan perubahan anggota Direksi kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan dalam jangka waktu paling lambat 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS tersebut. Dalam hal pemberitahuan belum dilakukan, Menteri Universitas Sumatera Utara menolak setiap permohonan yang diajukan atau pemberitahuan yang disampaikan kepada Menteri oleh Direksi yang belum tercatat dalam daftar Perseroan. Meskipun masa jabatan keanggotaan masing-masing anggota Direksi telah ditentukan dalam Anggaran Dasar perseroan sebagaimana ketentuan dalam Pasal 94 Ayat 3 dan 94, namun ketentuan tersebut tidaklah membatasi hak dari Rapat Umum Pemegang Saham untuk setiap saat memberhentikan salah satu atau lebih anggota Direksi sebelum berakhirnya masa jabatan yang ditentukan dalam Anggaran Dasar, baik dengan mengangkat penggantinya yang baru maupun dengan hanya memberhentikan keanggotaan Direksi yang bersangkutan selama dan sepanjang syarat minimum jumlah anggota Direksi sebagaimana ditentukan dalam Anggaran Dasar maupun peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku tetap dipertahankan. Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham tersebut hanya dapat diambil setelah anggota Direksi yang hendak diberhentikan tersebut diberikan kesempatan untuk membela diri maupun menyatakan pendapatnya dalam Rapat Umum Pemegang Saham. Selain pemberhentian permanen oleh RUPS, UUPT memungkinkan juga melakukannya skorsing atau pemberhentian sementara anggota Direksi, baik oleh RUPS maupun oleh Dewan Komisaris. Pemberitahuan mengenai pemberhentian sementara tersebut wajib disampaikan secara tertulis kepada anggota Direksi yang bersangkutan. Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal pemberhentian sementara harus diselenggarakan RUPS untuk mencabut keputusan pemberhentian sementara tersebut atau secara formal memberhentikan Universitas Sumatera Utara secara tetap anggota Direksi tersebut. Dalam RUPS tersebut, anggota Direksi yang bersangkutan diberikan kesempatan untuk membela diri. Jika dalam jangka waktu tiga puluh hari RUPS tidak diselenggarakan, maka pemberhentian sementara tersebut menjadi batal demi hukum dan anggota Direksi yang diberhentikan sementara tersebut menjabat kembali sebagai anggota Direksi perseroan dengan segala hak dan kewajibannya. Selama masa pemberhentian sementara tersebut, anggota Direksi berkenaan tidak diperkenankan untuk menjalankan tugasnya sebagai anggota Direksi. 87 Pemberhentian anggota Direksi dalam perseroan dapat juga disebabkan oleh hal-hal tidak terpenuhinya kembali syarat-syarat mengenai keanggotaan Direksi sebagaimana ditentukan dalam UUPT, peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku, maupun anggaran dasar perseroan. UUPT memberikan kebebasan kepada para pendiri maupun pemegang saham perseroan untuk menentukan sendiri ketentuan mengenai pengisian sementara jabatan anggota Direksi dalam hal, kerena pemberhentian tersebut, jabatan Direksi menjadi lowong atau kurang dari persyaratan minimum yang diperlukan.

2. Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab Direksi Menurut UUPT