tentang Perseroan Terbatas UUPT 2007. Ketentuan dalam undang-undang perseroan jelas disebutkan maksud dan tujuan didirikannya perseroan adalah untuk
mencari keuntungan profit. Untuk melaksanakan segala tindak-tanduk pengurusan atau pengelolaan perseroan tersebut, dipercayakan kepada seorang atau beberapa
orang pimpinan dalam perseroan yang disebut dengan Direksi jamak atau Direktur dalam bentuk tunggal.
73
1. Dasar Hukum Perseroan
Hukum perseroan pada masa bernama Naamloze Vennootschap atau Company Limied by Shares NV, semula diatur dalam KUH Dagang, dasar hukumnya terdapat
pada: a
Buku Pertama, Titel Ketiga, Bagian Ketiga, yang berjudul tentang Perseroan Terbatas;
b Terdiri dari Pasal 36-56, jadi hanya ada 21 pasal saja, sehingga benar-benar
sangat singkat sekali; Bertitik tolak dari singkatnya ketentuan yang mengatur perseroan dalam KUH
Dagang, maka Pasal 1 KUH Dagang menegaskan berlakunya KUH Perdata dalam bidang hukum dagang yaitu, ”Kitab Undang-Undang Hukum Perdata berlaku juga
bagi hal-hal yang diatur kitab undang-undang ini, sekedar di dalam kitab undang- undang ini tidak diatur secara khusus menyimpang”.
Memperhatikan ketentuan Pasal 1 KUH Dagang dimaksud, KUH Dagang sendiri merupakan lex specialis berhadapan dengan KUH Perdata. Kalau begitu
73
Ibid., hal. 22.
Universitas Sumatera Utara
pengaturan perseroan dalam KUH Dagang merupakan lex specialis atas bentuk- bentuk perusahaan persekutuan maatschap, partenrship maupun perkumpulan yang
diatur dalam KUH Perdata atau yang diatur dalam peraturan perundang-undnagan lainnya, oleh sebab itu maka:
74
a Jadi hukum perseroan yang diatur dalam KUH Dagang, merupakan ketentuan
perdata khusus yang mengatur hukum perikatan atau perjanjian antara pihak- pihak yang timbul khusus dari bidang perseroan; dan
b Sedangkan hukum perikatan yang diatur dalam Buku Ketiga KUH Perdata,
merupakan aturan hubungan hukum antara perorangan yang satu dengan yang lain dalam bidang usaha sesuai dengan kehendak dan kebutuhannya sendiri.
Jika dihitung dari kelahiran KUH Dagang yakni pada tahun 1847 dengan Staatsblad 1847-23, sampai diundnagkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995
tentang Perseroan Terbatas UUPT 1995 sebagai pengganti hukum perseroan, kelangsungan eksistensinya hampir lebih 150 tahun. Selama masa kolonial Belanda,
ketentuan Pasal 36-56 yang mengatur perseroan, boleh dikatakan tidak pernah mengalami perubahan. Pada saat dilakukan perubahan KUH Dagang dengan
Staatsblad 1924-556, ketentuan pasal-pasal yang mengatur perseroan tidak ikut mengalami perubahan ataupun penambahan.
Setelah era kemerdekaan, barulah ketentuan pasal-pasal tersebut, pernah mengalami perubahan. Hal itu terjadi pada tahun 1971 dengan Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1971. Pada tanggal 7 Maret 1995, diundangkanlah Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1995 tentang Perseroan Terbatas UUPT 1995. Terdiri atas 12 Bab Bab I sd Bab
74
M. Yahya Harahap., Op. cit., hal. 22.
Universitas Sumatera Utara
XII dan 129 pasal Pasal 1 sd Pasal 129. Pada pasal 128 Ayat 1 UUPT 1995 menegaskan Buku Kesatu, Titel Ketiga, bagian Ketiga yang terdiri atas Pasal 36 sd
Pasal 56 KUH Dagang yang mengatur perseroan berikut segala perubahannya terakhir dengan Undang-Undang nomor 4 Tahun 1971, dinyatakan tidak berlaku lagi.
Alasan penggantian menurut konsideran UUPT 1995 antara lain adalah: a
Ketentuan yang mengatur perseroan dalam KUH Dagang dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan ekonomi dan dunia usaha yang semakin
pesat, baik secara nasional maupun internasional; dan b
Menciptakan kesatuan hukum dalam perseroan yang berbentuk badan hukum rechtspersoon, legal persoon, legal entity
Selanjutnya dikatakan lagi, selain perseroan sebagai badan hukum yang diatur dalam KUH Dagang, hingga saat ini masih terdapat badan hukum lain dalam bentuk
Maskapi Andil Indonesia sebagaimana yang diatur dalam Ordonansi Maskapi Andel Indonesia Ordonantie op de Indonesische Maatschappy, Staatsblad 1939-569 jo 717.
Oleh karena itu, dalam rangka menciptakan kesatuan unification untuk memenuhi kebutuhan hukum baru yang dapat memicu pembangunan nasional, dan
menjamin kepastian penegakan hukum, perlu dihapuskan dualisme pengaturan hukum tentang perseroan.
Selain dari pada konsideran yang dikemukakan di atas, dalam penjelasan umum juga dikemukakan hal-hal berikut, antara lain:
a Sarana umum pembangunan, antara lain diarahkan kepada peningkatan
kemakmuran rakyat; dan
Universitas Sumatera Utara
b Untuk mencapai sasaran tersebut, sarana penunjang antara lain tatanan hukum
yang mampu mendorong dan mengendalikan berbagai kegiatan pembangunan di bidang ekonomi.
Salah satu materi hukum yang diperlukan untuk itu adalah ketentuan di bidang perseroan yang menggantikan ketentuan hukum yang lama. Oleh karena itu,
kebutuhan akan penataan seluruh peraturan di bidang hukum perseroan, dirasakan sangat mendesak.
Selain itu dikatakan lagi, KUH Dagang tidak dapat lagi mengikuti dan memenuhi kebutuhan perkembangan perekonomian dan dunia usaha. Padahal
perekonomian Indonesia tidak dapat menutup diri terhadap pengaruh dan tuntutan globalisasi tanpa mengurangi pengaturan perseroan yang harus tetap bersumber dan
setia pada asas perekonomian yang digariskan UUD 1945, yakni asas kekeluargaan. Dengan demikian, UUPT 1995 yang akan diberlakukan mengganti ketentuan yang
diatur dalam Pasal 36-56 KUH Dagang, harus dapat melindungi kepentingan pemegang saham dan kreditor, maupun pihak lan yang terkait serta kepentingan
perseroan itu sendiri. Hal itu diperingatkan dalam penjelasan umum, karena kenyataannya dalam
satu perseroan dapat terjadi ”pertentangan” atau benturan kepentingan antara pemegang saham dengan perseroan aatau antara kepentingan pemegang saham
minoritas dengan pemegang saham mayoritas. Oleh karena itu, kepada pemegang saham minoritas, perlu diberikan hak,
antara lain:
Universitas Sumatera Utara
a Meminta kepada Direksi agar RUPS diadakan; dan
b Meminta kepada Pengadilan Negeri untuk dilakukan pemeriksanaan jalannya
perseroan. Berdasarkan alasan-alasan yang dikemukakan di atas, yang menjadi dasar
motivasi diundangkannya UUPT 1995, sebagai pengganti ketentuan perseroan yang diatur dalam KUH Dagang. UUPT 1995, tidak lagi ditempatkan sebagai bagian
dalam KUH Dagang maupun KUH Perdata. Akan tetapi, UUPT 1995 tersebut merupakan undang-undang yang terpisah dan berdiri sendiri di luar KUH Dagang
maupun KUH Perdata. Pada tanggal 16 Agustus 2007, diundangkan Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas UUPT 2007 sebagai pengganti UUPT 1995. Hal itu sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 160 yang ditentukan yaitu, Pada
saat undang-undang ini mulai berlaku, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 13
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3587, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku”.
Adapun dasar alasan penggantian UUPT 1995 menjadi UUPT 2007 yang dikemukakan dalam konsideran maupun dalam penjelasan umum, antara lain yaitu:
a Perekonomian nasional harus diselenggarakan berdasarkan asas demokrasi
ekonomi sesuai dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, dan kesatuan ekonomi
nasional;
Universitas Sumatera Utara
b Semua prinsip itu, perlu didukung oleh perkembangan perekonomian yang
kokoh dalam rangka mewujudkan ksejahteraan masyarakat dalam rangka lebih meningkatkan perkembangan perekonomian nasional sekaligus
memberikan landasan yang kokoh bagi dunia dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi pada masa mendatang;
c Perlu diadakan undang-undang yang mengatur tentang perseroan yang dapat
mendukung terselenggaranya iklim dunia usaha yang kondusif; d
Perseroan sebagai salah satu pilar pembangunan perekonomian nasional. Perlu diberi landasan hukum untuk lebih memacu pembangunan nasional yang
disusun sebagai usaha bersama atas dasar kekeluargaan. Sulit untuk menilai apakah pembaharuan hukum Perseroan yang diatur dalam
UUPT 2007 secara substansial lebih baik dan lebih pasti dibandingkan dengan UUPT 1995 juga sulit untuk mengatakan UUPT 2007 sudah sempurna dan memuaskan.
Sebab bagaimanapun bagus dan sempurnanya undang-undang pada saat dibahas dan diperdebatkan di parlemen, namun pada saat undang-undang itu diundangkan, pasti
akan langsung berhadapan dengan seribu satu macam masalah yang sebelumnya tidak diperkirakan dan tidak dapat diprediksi pada saat undang-undang itu dirumuskan.
75
Barangkali demikianlah keadaan objektif yang akan dihadapi UUPT 2007. UUPT 2007 setelah diundangkan akan secara langsung berhadapan dengan berbagai
masalah dalam penerapannya, baik disebabkan adanya kekosongan atau celah hukum yang terbuka, rumusan yang terlampau luas broad term, kekeliruan perumusan atau
75
Ibid., hal. 27.
Universitas Sumatera Utara
pendefenisian ill defined maupun kata atau rumusan yang mengandung ambiguitas ambiguity.
Apalagi jika dihubungkan dengan realitas perubahan masyarakat yang sangat cepat speedy social change pada saat sekarang, semakin membuat UUPT 2007
menjadi rumusan kalimat mati ditingkalkan oleh perubahan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, umur UUPT 2007 ini pun kemungkinan besar tidak mampu bertahan
seperti yang dialami UUPT 1995 dua belas tahun. Memang pada masa teknologi dan informatika sekarang secara objektif dan
universal tidak mungkin menciptakan undang-undang yang bisa bertahan hidup selama 100 seratus tahun. Bahkan sulit untuk mempertahankan undang-undang
yang mampu bertahan puluhan tahun, jika tidak diikuti dengan perubahan atau revisi yang terus-menerus tanpa henti. Apabila dikehendaki UUPT 2007 bisa bertahan lama,
harus tetap diikuti dengan langkah-langkah yang siap dan waspada melakukan perubahan sesuai dengan tuntutan perkembangan dan perubahan nilai-nilai sosial the
development and social change velues. Lahirnya UUPT 2007 ini menurut Bismar Nasution,
76
tidak terlepas kaitannya dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan, informasi dan tekhnologi yang
tersebar ke seluruh penjuru dunia melalui globalisasi dan timbulnya perkembangan terhadap kegiatan bisnis internasional. Di samping itu hal ini
76
Bismar Nasution V., “Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Dalam Perspektif Hukumum Bisnis: Pembelaan Direksi Melalui Prinsip Business Judgment Rule”, Makalah, Disampaikan pada
Seminar Bisnis 46 tahun FE USU: “Pengaruh UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas terhadap Iklim Usaha di Sumatera Utara”, Aula Fakultas Ekonomi USU, 24 November 2007, hal. 1.
Universitas Sumatera Utara
juga telah mendorong pula adanya perubahan terhadap regulasi di bidang ekonomi untuk mengikuti perkembangan tersebut. Perkembangan globalisasi di
bidang ekonomi tersebut telah mempengaruhi berbagai sektor usaha di dunia. Globalisasi hukum mengikuti globalisasi ekonomi tersebut, dalam arti substansi
berbagai undang-undang dan perjanjian-perjanjian menyebar melewati batas- batas negara yang mengakibatkan terjadinya peleburan prinsip-prinsip hukum
pada suatu negara kepada negara lainnya. Konsekwensi logis dari perkembangan ini adalah adanya tuntutan untuk
mengharmonisasikan prinsip-prinsip hukum ekonomi di Indonesia dengan prinsip-prinsip hukum ekonomi di dunia internasional. Tanpa adanya
keharmonisan tersebut, Indonesia dapat dikucilkan dari kegiatan bisnis internasional dan investasi karena tidak ada kepastian terhadap perlindungan
hukum untuk kegiatan bisnis yang telah biasa dilakukan di dunia internasional. Beberapa perkembangan dalam UUPT 2007 antara lain menurut Bismar
adalah:
77
a Diadopsinya prinsip tanggung jawab sosial dan lingkungan Corporate
Social Responsibility CSR. Dalam Pasal 74 UUPT disebutkan bahwa setiap perusahan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang yang
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan prinsip CSR;
b Mengakui prinsip ekonomi syariah yang telah berkembangan pesat
beberapa tahun terkahir ini. Pasal 109 UUPT mengakui prinsip-prinsip ekonomi syariah dengan mewajibkan adanya dewan pengawas syariah di
perusahaan yang mejalankan bisnis berbasis syariah.
c Mengatur tentang pembelian kembali saham oleh perusahaan buy back
dan permisahan perusahaan tidak murni spin off;
77
Ibid., hal. 2-4.
Universitas Sumatera Utara
d Ada juga ditentukan mengenai larangan kepemilikan silang cross
holding dalam Pasal 36 UUPT. e
Dalam hal pertanggunganjawaban Direksi, UUPT 2007 mengalami beberapa perubahan. Misalnya diadopsinya prinsip business judgment rule ketentuan
keputusan bisnis. Prinsip yang berasal dari Negara common law ini memberikan safe harbor bagi para direksi yang mengambil calculated
business decision untuk tidak di hukum apabila nantinya keputusan bisnisnya merugikan perusahaan. Isu ini memang sangat penting bagi perlindungan
direksi yang selama ini tidak jelas di atur dalam UUPT yang lama. Dengan diadopsinya prinsip ini, diharapkan para direksi berani mengambil resiko
dalam keputusan-keputusan bisnisnya karena tanpa adanya keberanian untuk mengambil resiko ini, perkembangan bisnis di Indonesia dapat terhambat.
Jadi, terdapat perkembangan pengaturan yang signifikan dalam Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
2. Maksud dan Tujuan Perseroan