Pengertian Tindak Pidana Korupsi

B. Tindak Pidana Korupsi

1. Pengertian Tindak Pidana Korupsi

Korupsi berasal dari kata latin ” Corruptio” yang kemudian muncul dalam bahasa inggris dan prancis ” Corruption”, dalam bahasa belanda ” Korruptie”, dan selanjutnya dalam bahasa Indonesia dengan sebutan Korupsi. 39 Korupsi secara harfiah berarti ”Jahat” atau ”Busuk” 40 , sedangkan A.I.N. Kramer ST menerjemahkannya sebagai busuk, rusak atau dapat disuapi 41 . Oleh karena itu, tindak pidana korupsi berarti suatu delik akibat perbuatan buruk, busuk, jahat, rusak, atau suap. Memperhatikan Undang-Undang No.31 Tahun 1999 dan Undang-Undang No.20 Tahun 200, maka tindak pidana korupsi itu dapat di lihat dari dua segi yaitu Korupsi aktif dan Korupsi pasif, adapun yang di maksud dengan korupsi aktif adalah sebagai berikut: 1. Secara melawan hukum memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi, yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan tindak pidana korupsi. 39 Hamzah, Andi, dalam buku Prinst, Darwan, Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Cetakan Ke-I, Medan, Penerbit: PT.Citra Aditya Bakti, 2002, hal. 1 40 M. Echols, Jhon, Shadily, Hassan, dalam buku Prinst, Darwan, Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Cetakan Ke-I, Medan, Penerbit: PT.Citra Aditya Bakti, 2002, hal.1 41 Kramer, A.I.N, dalam buku Prinst, Darwan, Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Cetakan Ke-I, Medan, Penerbit: PT.Citra Aditya Bakti, 2002, hal. 1 Universitas Sumatera Utara 2. Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi menyalah gunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan tindak pidana korupsi 3. Memberi hadiah atau janji kepada pegawai Negeri dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan tindak pidana korupsi. 4. Percobaan, perbantuan, atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana korupsi berdasarkan Pasal 15 Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan tindak pidana korupsi. 5. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelengara Negara dengan maksud supaya berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya berdasarkan Pasal 5 ayat1 huruf a Undang-Undang No.20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang- Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 6. Memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelengara Negara karena atau berhubung dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya berdasarkan Pasal 5 ayat1 huruf b Undang-Undang No.20 Tahun 2001 Universitas Sumatera Utara 7. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili berdasarkan Pasal 6 ayat1 huruf a Undang-Undang No.20 Tahun 2001 8. Pemborong atau ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau penjual bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang atau keselamatan Negara dalam keadaan perang berdasarkan Pasal 7 ayat1 huruf a Undang-Undang No.20 Tahun 2001 9. Setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan bahan bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana di maksud dalam huruf a berdasarkan Pasal 7 ayat1 huruf b Undang-Undang No.20 Tahun 2001 10. Setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan TNI atau Kepolisian Negara RI melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keselamatan Negara dalam keadaan perang berdasarka Pasal 7 ayat1 huruf c Undang-Undang No.20 Tahun 2001 11. Setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan TNI atau Kepolisian Negara RI dengan sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam huruf c berdasarkan Pasal 7 ayat1 huruf d Undang-Undang No.20 Tahun 2001 12. Pegawai negeri atau orang lain selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan Universitas Sumatera Utara karena jabatannya, atau membiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil atau di gelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut berdasarkan Pasal 8 Undang-Undang No.20 Tahun 2001 13. Pegawai negeri atau selain pegawai negeri yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau sementara waktu, dengan sengaja memalsu buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi berdasarkan Pasal 9 Undang-Undang No.20 Tahun 2001 14. Pegawai negeri atau selain pegawai negeri yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau sementara waktu dengan sengaja, mengelapkan, menghancurka, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akte, surat atau daftar yang digunakan untuk meyakinkan atau membuktikan di muka pejabat yang berwenang, yang dikuasai karena jabatannya atau membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akte, surat atau daftar tersebut, atau membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akte, surat atau daftar tersebut berdasarkan Pasal 10 Undang-Undang No.20 Tahun 2001 15. Pegawai negeri atau penyelengara Negara yang: 1. Berdasarkan Pasal 12 huruf e Undang-Undang No.20 Tahun 2001 Perubahan atas Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan tindak pidana korupsi Universitas Sumatera Utara 2. Berdasarkan Pasal 12 huruf f Undang-Undang No.20 Tahun 2001 Perubahan atas Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan tindak pidana korupsi 3. Berdasarkan Pasal 12 huruf g Undang-Undang No.20 Tahun 2001 Perubahan atas Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan tindak pidana korupsi 4. Berdasarkan Pasal 12 huruf h Undang-Undang No.20 Tahun 2001 Perubahan atas Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan tindak pidana korupsi 5. Berdasarkan Pasal 12 huruf i Undang-Undang No.20 Tahun 2001 Perubahan atas Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan tindak pidana korupsi 16. Memberi hadiah kepada pegawai negeri dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan itu berdasarkan Pasal 13 Undang-Undang No.31 Tahun 1999 Sedangkan korupsi pasif adalah sebagai berikut: a. Pegawai negeri atau penyelengara Negara yang menerima pemberian atau janji karena berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya berdasarkan Pasal 5 ayat2 Undang- Undang No.20 Tahun 2001 Perubahan atas Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan tindak pidana korupsi. Universitas Sumatera Utara b. Hakim atau advokad yang menerima pemberian atau janji untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili atau untuk mempengaruhi nasehat atau pendapat yang diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili berdasarkan Pasal 6 ayat2 Undang-Undang No.20 Tahun 2001 Perubahan atas Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan tindak pidana korupsi c. Orang yang menerima penyerahan bahan atau keperluan TNI atau POLRI yang membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf a atau huruf c Undang-Undang No.20 Tahun 2001 berdasarkan Pasal 7 ayat2 Undang-Undang No.20 Tahun 2001 Perubahan atas Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan tindak pidana korupsi. d. Pegawai negeri atau penyelengara negara yang menerima hadiah atau janji pada hal diketahui atau patut diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji itu diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya berdasarkan Pasal 11 Undang-Undang No.20 Tahun 2001 Perubahan atas Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan tindak pidana korupsi e. Pegawai negeri atau penyelengara negara yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mengerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya, atau sebagai Universitas Sumatera Utara akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu atau dalam jabatannya yang bertentangannya dengan kewajibannya berdasarkan Pasal 12 huruf a, b Undang-Undang No.20 Tahun 2001 Perubahan atas Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan tindak pidana korupsi f. Hakim yang menerima hadiah atau janji, pada hal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili berdasarkan Pasal 12 huruf c Undang-Undang No.20 Tahun 2001 Perubahan atas Undang- Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan tindak pidana korupsi g. Advokad yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji itu diberikan untuk mempengaruhi nasehat atau pendapat yang diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili berdasarkan Pasal 12 huruf d Undang- Undang No.20 Tahun 2001 Perubahan atas Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan tindak pidana korupsi. h. Setiap pegawai negeri atau penyelengara negara yang menerima gratifikasi yang diberikan berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya berdasarkan Pasal 12 Undang-Undang No.20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan tindak pidana korupsi.

2. Tindak Pidana Korupsi Oleh Korporasi

Dokumen yang terkait

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/Pdt/2010 Dalam Perkara Perdata Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan Dilaksanakan Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

3 78 117

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Analisis Hukum Terhadap Pidana di Bidang Kehutanan (Studi Putusan No.481/K/Pid.B/2006 PN Jkt.Pst & Putusan Mahkamah Agung No. 2462/K/Pid/2006 dengan terdakwa Darianus Lungguk Sitorus)

6 90 359

Sikap Masyarakat Batak-Karo Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI) No.179/K/SIP/1961 Dalam Persamaan Kedudukan Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Mengenai Hukum Waris (Studi Pada Masyarakat Batak Karo Desa Lingga Kecamatan Simpang...

1 34 150

Efektifitas Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilukada oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi

3 55 122

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN HAKIM DI LUAR DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM TINDAK PIDANA PERSETUBUHAN TERHADAP ANAK

0 3 16

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN HAKIM YANG TIDAK SESUAI DENGAN SURAT DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM (Putusan Mahkamah Agung RI No.1958 K/Pid.Sus/2009)

1 21 214

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN HAKIM YANG TIDAK SESUAI DENGAN SURAT DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM (Putusan Mahkamah Agung RI No.1958 K/Pid.Sus/2009)

1 11 16

Pengabaian Pembuktian Dakwaan Primair Pada Dakwaan Subsidaritas Oleh Judex Factie Sebagai Argumentasi Kasasi Penuntut Umum Pada Perkara Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 2244K/Pid.Sus/2013).

0 0 14