Tujuan Dari Surat Dakwaan Dasar Hukum Penyusunan Surat Dakwaan

penunt ut umum sama sekali t idak menj elaskan secara t erang mengenai siapa pelaku dari kerusakan hut an t ersebut , apakah pelakunya dalam bent uk orang at au badan hukum. Jikalau dilihat dari isi dakwaan keempat Jaksa Penunt ut Umum ini, maka dapat diambil suat u pendapat bahwa Jaksa Penunt ut Umum masih t erdapat keragu-raguan dalam mendakwa t erdakwa, dalam hal ini, dapat dilihat bahwa Jaksa Penunt ut Umum dalam menent ukan pelaku t indak pidana kehut anan dalam dakwaan keempat dengan menggunakan kalimat ” at au” dalam art ian ” Pilihan” sehingga pelet akkan Pasal 50 ayat 3 huruf a Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 t ent ang Kehut anan agak sulit unt uk dit erapkan apabila t erdapat suat u keragu-raguan. Seharusnya dalam uraian dakwaan keempat t erhadap penent uan pelaku t indak pidana t idak memakai kalimat ” at au” , melainkan langsung dit ent ukan siapa yang berhak unt uk dinyat akan pelakunya sesuai dengan bukt i-bukt i yang sudah t erkumpul. Maka dalam hal ini, t erlihat ket idak cermat an sebagaimana yang dirumuskan dalam Pasal 143 ayat 2 huruf b KUHAP Jaksa Penunt ut Umum dalam merumuskan isi dari dakwaan keempat .

3. Tujuan Dari Surat Dakwaan

Tujuan surat dakwaan, dikemukakan oleh A.Karim Nasution sebagai berikut: ” Tujuan utama dari suatu surat tuduhan ialah bahwa Undang-undang ingin melihat ditetapkannya alasan-alasan yang menjadi dasar penuntutan sesuatu peristiwa Universitas Sumatera Utara pidana, untuk itu maka sifat-sifat khusus dari suatu tindak pidana yang telah dilakukan itu harus dicantumkan dengan sebaik-baiknya. Terdakwa harus dipersalahkan karena telah melanggar suatu peraturan hukum pidana, pada suatu saat tertentu dan tempat tertentu, serta dinyatakan pula keadaan- keadaan sewaktu melakukannya” 36 . Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dari suatu surat dakwaan itu adalah menetapkan secara konkret atau nyata, tentang orang tertentu yang telah melakukan tindak pidana tertentu pada waktu dan tempat tertentu pula. Tujuan dan peranan surat dakwaan dalam persidangan sangat penting dan menentukan sehingga menurut Surat Edaran Jaksa Agung RI No.SE- 004JA111993 tanggal 16 November 1993 surat dakwaan bagi penuntut umum merupakan mahkota baginya yang harus dijaga dan dipertahankan secara mantap karena merupakan dasar dan kemampuankemahiran Jaksa Penuntut Umum dalam penyusuanan surat dakwaan 37 . oleh karena itu, berdasarkan aspek diatas dapatlah disebutkan bahwa surat dakwaan mempunyai 2dua dimensi, yaitu: 1. Dimensi positif, bahwa keseluruhan isi surat dakwaan yang terbukti pada persidangan harus dijadikan dasar oleh hakim pada putusannya. 2. Dimensi negatif, bahwa apa yang dapat dibuktikan dalam persidangan harus dapat tercantum pada surat dakwaan 36 A.Karim Nasution dalam bukunya Hamrat Hamid, H, Husein, Harun M, Pembahasan Permasalahan KUHAP Bidang Penuntutan dan Eksekusi, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Jakarta : Penerbit Sinar Grafika, 1992, hal. 37 Surat Edaran Jaksa Agung RI No.SE-004JA111993 Tanggal 16 November 1993 Universitas Sumatera Utara

4. Dasar Hukum Penyusunan Surat Dakwaan

Penyusunan surat dakwaan yang baik, adalah merupakan awal keberhasilan tugas penuntutan, karena surat dakwaan menduduki posisi sentral dalam proses penyelesaian perkara pidana di pengadilan. Dikatakan menduduki posisi sentral, karena surat dakwaan menjadi dasar dan membatasi ruang lingkup pemeriksaan sidang pengadilan, dasar pembuktian, dasar tuntutan pidana, dan dasar putusan pengadilan Litis Contestatio dan dasar dalam melancarkan upaya hukum. Pentingnya fungsi surat dakwaan dalam proses pidana tesebut, maka penyusunannya menuntut kemampuan teknis profesional dan persiapan yang matang dari penuntut umum. Untuk dapat menyusun suatu surat dakwaan yang baik, diperlukan persiapan-persiapan sebagai berikut: a. Mempelajari dan meneliti dengan seksama hasil penyidikan, guna mendapat kepastian apakah dari hasil penyidikan tersebut telah tercukupi semua persyaratan guna melakukan penuntutuan. Tindakan tersebut diatur dalam Pasal 139 jo Pasal 140 ayat1 KUHAP. b. Secara bulat dan utuh memahami, menguasai materi perkara yang antara lain meliputi: 1. Tindak pidana apa yang terjadi 2. Kapan dan dimana tindak pidana itu dilakukan 3. Bagaimana Modus operandi yang dipergunakan dalam melakukan perbuatan itu. Universitas Sumatera Utara 4. Alat apa yang dipergunakan, apa yang menjadi sasaran dan apa yang telah terwujud dalam tindak pidana itu 5. Apakah motivasi yang mendorong dilakukannya tindak pidana itu 6. Siapa-siapa yang mengetahui terjadinya tindak pidana itu 7. Benda-benda apa saja yang dapat diajukan sebagai barang bukti 8. Siapa-siapa saja yang dapat dipertanggung jawabkan atas terjadinya tindak pidana tersebut c. Memahami dan menguasai kelemahan-kelemahan yang melekat pada berkas perkara dan mempersiapkan argumentasi untuk menangkis segala sanggahan, bantahan atau keberatan atau kelemahan itu. d. Mempelajari aspek hukum pidanaMateril dan Formil yang terkait dalam penuntutan perkara tersebut, termasuk mempelajari dan meneliti doktrin serta yurisprudensi yang berhubungan dengan tindak pidana tersebut. e. Mengidentifikasi secara cermat bentuk tindak pidana yang bersangkutan, kemudian menentukan bentuksistematik yang tepat dalam penyusunan dakwaan f. Memperhatikan dan melaksanakan mekanisme penyusunan surat dakwaan yang menganut sistem koreksi berjenjang, antara penuntut umum – Kasi PidumKasi Pidsus dan KAJARI g. Penyusunan surat dakwaan dilakukan secara cermat, jelas, dan lengkap, baik mengenai syarat formil maupun syarat materil sebagaimana dimaksud Pasal 143 ayat2 huruf a, b KUHAP. Universitas Sumatera Utara h. Perumusan surat dakwaan, agar menggunakan bahasa yang sederhana tetapi efektif. Mekanisme pembuatan surat dakwaan melalui ketentuan Surat Edaran Jaksa Agung RI No.SE-004J.A111993 tanggal 16 November 1993 dan Surat Edaran Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum No.B-607E111993 tanggal 22 November 1993, surat dakwaan hendaknya memperhatikan dan mempertimbangkan langkah-langkah sebagai berikut: 38 1. Persiapan pembuatan surat dakwaan: 1. Penelitian berkas perkara 2. Teknis redaksional 3. Pemilihan bentuk surat dakwaan 4. Matriks surat dakwaan 5. Konsep surat dakwaan 2. Pengetikan surat dakwaan 38 Surat Edaran Jaksa Agung RI No.SE-004J.A111993 tanggal 16 November 1993 Dan Surat Edaran Jaksa Muda Tindak Pidana Umum No.B-607E111993 tanggal 22 Novenber 1993 Universitas Sumatera Utara

B. Tindak Pidana Korupsi

1. Pengertian Tindak Pidana Korupsi

Dokumen yang terkait

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/Pdt/2010 Dalam Perkara Perdata Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan Dilaksanakan Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

3 78 117

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Analisis Hukum Terhadap Pidana di Bidang Kehutanan (Studi Putusan No.481/K/Pid.B/2006 PN Jkt.Pst & Putusan Mahkamah Agung No. 2462/K/Pid/2006 dengan terdakwa Darianus Lungguk Sitorus)

6 90 359

Sikap Masyarakat Batak-Karo Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI) No.179/K/SIP/1961 Dalam Persamaan Kedudukan Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Mengenai Hukum Waris (Studi Pada Masyarakat Batak Karo Desa Lingga Kecamatan Simpang...

1 34 150

Efektifitas Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilukada oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi

3 55 122

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN HAKIM DI LUAR DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM TINDAK PIDANA PERSETUBUHAN TERHADAP ANAK

0 3 16

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN HAKIM YANG TIDAK SESUAI DENGAN SURAT DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM (Putusan Mahkamah Agung RI No.1958 K/Pid.Sus/2009)

1 21 214

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN HAKIM YANG TIDAK SESUAI DENGAN SURAT DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM (Putusan Mahkamah Agung RI No.1958 K/Pid.Sus/2009)

1 11 16

Pengabaian Pembuktian Dakwaan Primair Pada Dakwaan Subsidaritas Oleh Judex Factie Sebagai Argumentasi Kasasi Penuntut Umum Pada Perkara Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 2244K/Pid.Sus/2013).

0 0 14