Media Cetak LANDASAN TEORI

itu interaksi internalnya melalui surat pembaca, para kontributor, pemerhati, dan pemberi masukan serta kritik. 11 Semua itu dijalankan oleh kelembagaan media yang menetapkan peranan, tujuan, dan visi, sikap, serta orientasi nilai bagi masyarakat. Misalnya, menetapkan dengan baik kebijakan editorial dan kebijakan perusahaannya. Dari sanalah, dihasilkan berita, komentar, dan opini. Para wartawannya bekerja berdasarkan kompetensi dan berlandaskan kode etik profesi dan kebijakan redaksi. Maka karena itu, masyarakat mempercayainya, membelinya, dan mengembangkannya. Kehidupan media cetak – setelah proses penyempurnaan pada mesin cetak – ditentukan oleh kondisi di mana ia hidup, yakni: sistem politik, sistem kekuasaan serta kultur kekuasaan. Pada awal sejarah media cetak amatlah dekat dengan hal itu. Setiap pemimpin negara mempunyai karakter kekuasaan tertentu dalam membuat birokrasi. Misalnya, media cetak, surat kabar The New Republic di Amerika Serikat, yang dibredel oleh pemerintahan presiden John Adams, karena memuat berita bohong tentang dirinya. Karena pada saat itu media cetak surat kabar menjadi alat propaganda politik. Berbeda halnya pada zaman modern sekarang, media cetak kini mendapatkan sesuatu yang lain yang lebih penting yakni, tidak lagi diperalat sebagai senjata perang politik yang saling menjatuhkan ataupun bisnis yang individualis, melainkan menjadi media berita yang semakin objektif yang lebih mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pihak-pihak tertentu saja. 11 Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005, h. 85 17 Tapi, di sisi lain, sesuai dengan sifat media yang tak mau stagnan, media cetak dalam sejarahnya selalu berkembang di segala sisinya. Selain mengikuti periodik terbitnya setiap pagi atau sore, sebagai harian, mingguan, atau bulanan, dan sesekali menerbitkan edisi khusus, perwajahan surat kabar pun ikut mengadakan perubahan. Tahun 1950, industri televisi mulai mengancam dominasi media cetak. Meskipun media cetak lebih dulu hadir sebagai produk budaya, pengaruh media elektornik merasuk kehidupan umat manusia tidak dapat dibendung. Namun, sampai sekarang media cetak masih bertahan. Kenyataan menunjukkan bahwa berbagai media cetak surat kabar, majalah, bulletin, brosur atau pamflet telah menjadi bagian dari kehidupan manusia pada umumnya. Ini karena karakter khususnya yang mampu membedakan dirinya dari media lainnya seperti televisi dan radio.

C. Surat Kabar

Surat kabar merupakan salah satu bagian dari media cetak. Surat kabar terbit secara berkala yang berisi berita kemudian dimultiplikasi secara massal. 12 Menurut Onong Uchjana Efendy, surat kabar adalah: ―Lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat, dengan ciri-ciri: terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa atau aktual, mengenai apa saja dan di mana saja di seluruh dunia, yang mengandung nilai untuk diketahui khalayak pembaca.‖ 12 R Masri Sareb Putra, Media Cetak, Bagaimana Merancang dan Memroduksi Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007, h. 8. 18 Ide surat kabar sendiri sudah ada sejak zaman Romawi kuno, di mana setiap harinya, kejadian sehari-hari diterbitkan dalam bentuk gulungan yang disebut dengan ―Acta Diurna‖. Pakar sejarah mencatat, ketika Julius Caesar dinobatkan menjadi Konsul 59 SM, ia memerintahkan supaya di Forum Romanum pasar Roma dipasang papan pengumuman yang disebut acta diurna atau catatan harian acta: catatan, diurnadiurnal: harian. 13 Maka dari sinilah kita mengenal istilah jurnal atau terbitan berkala di mana biasa kita sebut dengan surat kabar. Surat kabar cetak pertama terbit dan beredar di China dengan nama ―King Pau‖ sejak tahun 911 M dan pada tahun 1351 M Kaisar Quang Soo telah mengedarkan surat kabar itu secara teratur seminggu sekali. 14 Sedangkan pelopor surat kabar sebagai media berita pertamakali bernama ―Gazetta‖ lahir di Vanesia, negara Italia tahu 1536 M. Saat itu Republik Vanesia, sedang perang melawan Sultan Sulaiman. Pada awalnya surat kabar ini ditulis tangan dan para pedagang penukar uang di Rialto menulisnya dan menjualnya dengan murah. Tapi kemudian surat kabar ini dicetak. Surat kabar cetak yang terbit kalipertama dengan teratur setiap hari adalah Oxford Gazette di Inggris pada tahunn 1665 M. Dengan jalannya waktu surat kabar ini kemudian berganti nama menjadi London Gazette dengan editor pertama kalinya Henry Muddiman dan dia menggunakan istilah newspaper sebagai istilah media informasi dalam media cetak. Istilah inilah yang dipergunakan hingga saat ini. 13 R Masri Sareb Putra, Teknik Menulis Berita dan Feature Jakarta: Indeks Kelompok Gramedia, 2006, h. 4. 14 Suhaemi, Ruli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, h. 4. Dalam perkembangannya, sebuah surat kabar berbeda dari tipe publikasi lain karena kesegeraannya, karakteristik headline-nya, dan keanekaragaman liputan yang menyangkut berbagai topik isu dan peristiwa. Ini terkait dengan kebutuhan pembaca akan sisi menarik informasi yang ingin dibacanya dari surat kabar. Pada abad ke-19, surat kabar independen pertama memberikan kontribusi signifikan bagi penyebaran keaksaraan kemelekhurufan dan berbagai konsep hak asasi manusia dan kebebasan demokratis. Surat kabar terus-menerus mengasah pandangan- pandangan ikhwal ―global village‖, perkampungan dunia, di akhir abad ke-20. Setiap kejadian internasional terkait erat dengan kepentingan setiap orang di belahan dunia di manapun berada. Setiap kisah tragedi perseorangan menjadi milik setiap orang untuk mempersoalkannya ke dalam drama persoalan internasional. Asumsinya ialah setiap orang memiliki hak untuk mengetahui segala pernak-pernik kejadian. Karena, dari bekal informasi itulah, setiap orang dapat turut berpartisipasi di dalam kehidupan masyarakat. Untuk mendapatkan informasi dan kemampuan itu, setiap orang membutuhkan wartawan surat kabar: yang bertugas sebagai wakil masyarakat untuk mencari dan memberi tahu tentang segala peristiwa yang terjadi yang dibutuhkan masyarakat. Dari sinilah, mengapa wartawan memiliki hak untuk tahu pada segala informasi publik, dan diberi keleluasan untuk mencari kemanapun informasi itu berada. Sebab, wartawan bertanggung jawab pada kebutuhan masyarakat akan informasi yang ada di lingkungannya. 15 15 Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005, h. 87 20