Analisis komparatif antara sistem redaksi konvensional dan sistem newsroom di harian umum Republika

(1)

ANALISIS KOMPARATIF ANTARA SISTEM REDAKSI

KONVENSIONAL DAN SISTEM

NEWSROOM

DI HARIAN UMUM

REPUBLIKA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh Moh. Khalil NIM: 109051100033

KONSENTRASI JURNALISTIK

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M


(2)

ANALISIS KOMPARATIF ANTARA SISTEM REDAKSI

KONVENSIONAL DAN SISTEM

NEWSROOM

DI HARIAN UMUM

REPUBLIKA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh Moh. Khalil NIM: 109051100033

KONSENTRASI JURNALISTIK

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M


(3)

(4)

(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti karya ini hasil jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 30 Desember 2014

Moh. Khalil


(6)

ABSTRAK Moh. Khalil

Analisis Komparatif Antara Sistem Redaksi Konvensional dan Sistem

Newsroom di Harian Umum Republika

Media massa saat ini sudah memasuki era digital. Semua informasi sudah dapat diakses melaui gadget berupa smartphone. Tentu perkembangan teknologi ini membuat industri media khususnya media cetak yang memberikan informasi melalui tulisan yang dikemas dalam bentuk barang cetakan seperti, koran dan majalah harus mencari akal supaya tetap berkiprah dalam memberikan informasi kepada publik. Untuk itu, media cetak melakukan perubahan pada sistem manajemennya. Dengan sistem yang baik, lembaga pers yang terdiri atas berbagai jenjang manajerial (pemimpin redaksi, wakil pemimpin redaksi, redaktur pelaksana, redaktur, reporter, tata letak, sirkulasi, newsroom, tata usaha, dan lain sebagainya) akan terkontrol secara rapi.

Harian umum Republika dalam melakukan perubahan pada sistem manajemennya tentu memiliki konsep yang sesuai dengan visi-misi agar berjalan dengan rapi. Seperti, sistem redaksi konvensional yang selama ini digunakannya merupakan sistem yang lebih simple dalam struktural, karena menggunakan sistem berjenjang dari pemimpin redaksi sampai reporter. Berbeda halnya dengan sistem newsroom yang saat ini digunakan dalam manajemen harian umum Republika, merupakan tempat bagi jurnalis—baik itu reporter, redaktur, editor— berkerja bersama-sama untuk mengumpulkan berita yang selanjutnya dipublikasikan.

Dalam manajemen harian umum Republika terjadi revolusi sistem di mana manajemen redaksi konvensional model lama yang diterapkan sejak 1993 hingga akhir 2004 tidak dipergunakan lagi. Perubahan teknologi tidak memungkinkan Republika menggunakan sistem tersebut. Maka dibuatlah sistem newsroom sebagai sistem manajemen baru. Dalam struktur kerja ini reporter tidak lagi berada pada komando redaktur pelaksana, tapi beralih di bawah komando kepala newsroom.

Manajemen dalam setiap lembaga atau organisasi media pada umumnya berkaitan dengan struktur manajemen organisasi, kebijakan sebuah media, dan tujuan sebuah media. Manajemen harian umum Republika saat menggunakan sistem konvensional memiliki keunggulan dalam sistem struktural, misalnya setiap divisi/bagian menggunakan satu redaktur yang membawahi reporter-reporter sehingga peliputan cepat terealisasi dalam kontrol yang ketat. Namun sistem ini tak akan terealisasi jika manajemen beralih pada ekosistem baru berupa dunia digital. Sistem newsroom pun demikian mempunyai keunggulan, salah satunya pada sistem kerja reporter pada newsroom lebih terfokus pada bidang berita. Jadi mereka dapat menghasilkan berita lebih mendalam. Namun sistem ini masih mempunyai kelemahan pada kontrol yang tidak leluasa dilakukan redaktur pelaksana kepada newsroom karena tidak ada garis komando dalam struktural.


(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan hidayahNya serta karuniaNya sehingga peneliti dapat merampungkan skripsi ini dengna sebaik-baiknya. Shalawat beserta salam kepada junjungan baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing peneliti untuk mendobrak kejahiliaan dan membawa kita kepada jalan yang super intelektual.

Skripsi yang berjudul “Analisis Komparatif Antara Sistem Redaksi

Konvensional dan Sistem Newsroom Di Harian Umum Republika” ini semoga

dapat memberikan manfaat kepada semua pihak serta menambah wawasan bagi yang membacanya, khususnya pada ilmu manajemen jurnalistik.

Setelah bersyukur atas rahmat Allah yang telah memberi kekuatan dalam penyelesaian skripsi ini, peneliti menyadari benar bahwa begitu banyak dukungan dan perhatian yang peneliti dapatkan dari berbagai pihak sehingga segala kesulitan dan hambatan dalam menyusun skripsi ini akhirnya dapat dilalui. Tentunya, ucapan terima kasih saja belum dirasakan cukup untuk membalas dukungan-dukungan tersebut. namun bagaimanapun, peneliti menghaturkan terima kasih sedalam-dalamnya atas dukungannya baik moril maupun materil selama proses penyelesaian study kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Suprapto M. Ed, Ph. D., selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik. Drs. Jumroni, M.Si, selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Dr. H. Sunandar MA selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.


(8)

2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si dan Rubiyanah MA (kajur lama) beserta sekretaris Konsentrasi Jurnalistik, Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA dan Ade Rina Farida (sekjur lama) yang selalu berkenan membantu saya dalam keperluan akademis.

3. Drs. Helmi Hidayat, MA selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, dan nasehat kepada peneliti dalam menyusun skripsi.

4. Seluruh dosen dan seluruh staf tata usaha fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmunya kepada peneliti serta membantu peneliti dalam keperluan akademis atau surat-menyurat. Staff Perpustakaan Dakwah dan staff Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu peneliti mempermudah dalam mendapatkan bahan untuk skripsi ini.

5. Seluruh redaksi harian umum Republika khususnya Elba Damhuri atas bantuannya penulis mendapatkan kemudahan dalam melaksanakan penelitian. Juga Fahmi sebagai staf sekretaris harian umum Republika dan Ida Hamidah selaku sekretaris harian umum Republika terimaksih atas info-info yang telah diberikan kepada peneliti.

6. Keluargaku terbaik, kedua orangtuaku terbaik, H. Jufriyadi dan Hj. Munirah terima kasih atas segala dukungan kalian, baik semangat maupun materi.

7. Teman-teman seperjuangan kelas Jurnalistik A angkatan 2009.

8. Teman-teman KKN Seruling 2012 tiada pelajaran yang peneliti dapatkan selain pelajaran moral dari pengalaman bersama kalian.


(9)

9. Teman-teman RDK FM 107,9 media tempat peneliti belajar siaran.

Ucapan terima kasih banyak peneliti sampaikan juga kepada pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu dengan berkenan dan membantu peneliti dalam mengerjakan karya ini. Akhirnya, peneliti berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat dan sebagai bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya dan pembaca pada umumnya.

Wassalam

Jakarta, 30 Desember 2014


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Metodologi Penelitian ... 7

1. Metode Penelitian ... 7

2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 8

3. Subjek dan Objek Penelitian ... 8

4. Teknik Pengumpulan Data ... 9

5. Teknik Analisis Data ... 10

6. Pedoman Penulisan ... 11

G. Tinjauan Pustaka ... 11

H. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II LANDASAN TEORI A. Media Massa... 14

B. Media Cetak ... 15

C. Surat Kabar ... 18

D. Pengertian Sistem ... 22

E. Fungsi Manajemen ... 23

F. Organisasi Manajemen Media ... 25


(11)

G. Teori Hirarki ... 29

BAB III GAMBARAN UMUM A. Sejarah Harian Umum Republika ... 43

B. Visi dan Misi HU Republika ... 46

C. Perkembangan Harian Umum Republika ... 48

D. Struktur Redaksi Harian Umum Republika ... 50

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Manajemen Organisasi HU Republika ... 52

1. Manajemen Perusahaan Model Lama ... 53

2. Manajemen Redaksi Model Lama ... 55

3. Manajemen Perusahaan Model Baru ... 60

4. Manajemen Redaksi Model Baru ... 61

B. Alur Produksi Berita HU Republika ... 68

1. Sistem Lama ... 68

2. Sistem Baru ... 69

C. Keunggulan dan Kelemahan Sistem Newsroom di Harian Umum Republika ... 73

TABEL I ... 79

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 81

B. Saran-saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83

LAMPIRAN ... 85


(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberadaan media massa, baik cetak, elektronik maupun online memiliki peran penting dalam memberikan informasi kepada masyarakat. Dengan banyaknya media massa yang kini bermunculan di tengah-tengah masyarakat khususnya media cetak, tidak sedikit media yang melakukan perubahan sistem supaya tetap berkiprah di industri media. Hal ini perlu dilakukan mengingat pers merupakan lembaga kontrol sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebab itu pula pers dituntut untuk menjalin hubungan yang baik dan solid antara personal maupun dalam organisasi media, dikarenakan misi dari pers sendiri ditentukan dari sistem yang dipakai.

Media massa khususnya cetak tentu tidak luput dari sebuah sistem yang digunakan lembaga pers untuk membangun sebuah organisasi agar misi dari media tersebut berjalan sesuai struktur yang berlaku. Dengan adanya sebuah sistem maka dengan sendirinya lembaga pers yang terdiri dari berbagai komponen (pemimpin redaksi, wakil pemimpin redaksi, redaktur, redaktur pelaksana, tata letak, sirkulasi, newsroom, wartawan, tata usaha, dan lain sebagainya) akan terkontrol secara bijaksana dan menuntun pada kebijakan redaksi.

Pada dasarnya kebijakan redaksi merupakan dasar pertimbangan suatu lembaga media massa untuk memberitakan atau menyiarkan suatu berita. Kebijakan redaksi itu penting untuk menyikapi suatu peristiwa karena dalam dunia pemberitaan yang penting bukan saja peristiwa, tetapi juga sikap


(13)

terhadap peristiwa itu sendiri. Kalau suatu media massa tidak memiliki kebijakan redaksi, dapat dipastikan beritanya tidak akan konsisten karena ia tidak mempunyai pendirian dalam memberitakan suatu peristiwa dan akan seperti keranjang sampah yang memuat apa saja.1 Karena itu, media cetak (surat kabar, majalah dan tabloid) dibangun dengan sebuah sistem untuk dapat leluasa melakukan serta menjalankan visi dan misinya agar terlaksana sesuai rencana.

Umumnya, sebuah media khususnya cetak terlebih kepada penerbitan surat kabar mempunyai perpaduan dari tiga bidang kegiatan, bidang keredaksian, percetakan dan bidang usaha. Ketiga bidang tersebut dalam melaksanakan kegiatannya harus saling terkait dan terikat pada penyelesaian pekerjaan masing-masing sesuai dengan aturan yang sudah ditentukan.2 Pekerjaan penerbitan pers melibatkan banyak personil yang ada dalam ketiga bidang tersebut, dengan segala kemampuannya guna menciptakan suatu produk penerbitan yang berkualitas. Semua elemen berperan penting dalam memproduksi surat kabar, namun posisi yang penting untuk diperhatikan adalah bagaimana membuat komponen isi dari sebuah produk sesuai dengan keinginan khalayak. Salah satunya adalah dengan diberdayakannya pola sistem keredaksian.

Dalam memproduksi suatu penerbitan pers, masing-masing bidang mempunyai tanggung jawab, peran serta tujuan yang sama. Misalnya pemimpin redaksi (pemred), tugas utamanya adalah mengendalikan kegiatan keredaksian di perusahaannya yang meliputi penyajian berita, penentuan

1

Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h. 150.

2

Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers (Bandung: PT Remaja Rosadakarya, 2000), h. 15.


(14)

liputan, pencarian fokus pemberitaan, penentuan topik, pemilihan berita utama (head line), berita pembuka halaman (opening news) menugaskan atau membuat sendiri tajuk dan sebagainya. Itu sebabnya pemred dituntut untuk memiliki wawasan yang luas terhadap perkembangan situasi baik politik, sosial maupun budaya.

Pemimpin redaksi dalam melaksanakan tugasnya tidak sendiri artinya dapat dibantu oleh beberapa tenaga lain yang biasanya disebut dengan redaktur pelaksana. Jadi redaktur pelaksana di bawah arahan pemimpin redaksi. Redaktur pelaksana sendiri dibentuk untuk membantu pemimpin redaksi seperti disebut di atas yang dalam pelaksanaan tugas sehari-hari redaktur pelaksana mengatur pelaksanaan tugas sesuai dengan yang digariskan oleh pemimpin redaksi. Dalam keadaan tertentu radaktur pelaksana bisa membebankan tugas kepada reporter, sama halnya dengan kordinator liputan yang membawahi semua reporter yang bertanggung jawab terhadap isi halaman surat kabar. Tugas kordinator liputan adalah menerima bahan berita, baik dari kantor berita (newsroom), wartawan, koresponden, atau bahkan press release dari lembaga, organisasi, instansi pemerintah atau perusahaan swasta.3

Kemudian tugas dari wartawan atau reporter sendiri adalah seseorang yang bertugas mencari, mengumpulkan, dan mengolah informasi menjadi berita, untuk disiarkan melalui media massa.4 Dari sinilah pada dasarnya sebuah penerbitan pers menjadikan wartawan sebagai ujung tombak. Mereka yang paling banyak menyuplai berita diantara bagian bidang yang lain.

3

Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers. h. 21.

4


(15)

Dalam sistem keredaksian yang mempunyai kekuasaan paling tinggi tentunya adalah pemimpin redaksi, tetapi hanya sebatas pada bidang keredaksiannya saja. Artinya, pemimpin redaksi tidak mempunyai wewenang terhadap bidang kordinator liputan dan kantor berita (newsroom) di mana keduanya mempunyai aturan dan kewenangan masing-masing.

Sama seperti media massa pada umumnya khususya media cetak, surat kabar harian umum Republika misalnya, mempunyai struktur manajemen yang menjadi acuan utama pernerbitan pers dalam menjalankan usahanya mulai dari keredaksian, bidang printing, sampai kepada bidang usaha, di mana ketiganya saling berkaitan satu sama lain. Namun di sini penulis ingin meneliti lebih kepada bagian keredaksian di mana selain menjadi ujung tombak dari sebuah manajemen juga sebagai tolak ukur dari sebuah penerbitan pers demi tercapainya visi dan misi.

Melihat dari beberapa surat kabar lainnya yang memiliki struktur organisasi yang bervariasi dari segi penyuntingan naskah, editor, hingga layout, dan tata letak dalam surat kabar harian umum Republika ada beberapa konsep yang kiranya sangat menarik untuk diteliti. Misalnya dari keredaksiannya yang mempunyai pola sistem keredaksian seperti pemimpin redaktur, redaktur dan newsroom yang mempunyai elektabilitas sendiri dalam memainkan perannya. Artinya, masing-masing mempunyai tujuan tergantung kepada kinerjanya namun mempunyai visi misi yang sama.

Dalam penyajian isi, kualitas informasi yang disajikan dan cara pengemasannya (design/layout) merupakan faktor penting dalam memberi kepuasan pada masyarakat, agar masyarakat sebagai penikmat informasi dapat 4


(16)

mengerti dengan mudah apa yang disampaikan dan dapat menerima pesan yang disampaikan melalui sesuatu yang disajikan sesuai dengan batas nalarnya. Hal inilah yang kemudian menjadi cara untuk menarik perhatian pembaca. Selain itu, faktor yang lebih diutamakan adalah sesuai dengan target pembaca yang dituju.

Melihat dari sistem redaksi konvensional yang banyak diterapkan oleh media massa pada umumnya membuat sebagian media mulai memikirkan tentang bagaimana memakai sistem yang lebih efisien, seperti misalnya harian umum Republika yang mempunyai tempat tersendiri untuk bagian pemberitaan atau newsroom agar lebih memudahkan dalam menyuplai berita. Walaupun demikian newsroom tidak lepas dari kontrol pemimpin umum perusahaan di mana kinerja dari seluruh redaksi di bawah alih kekuasaannya. Di sinilah kemudian peneliti tertarik bagaimana harian umum Republika dengan sedemikian rupa mempunyai sistem dengan dua model keredaksian berbeda yang di terapkannya hingga saat ini.

Berangkat dari alasan tersebut di atas, maka peneliti tertarik meneliti dengan judul “Analisis Komparatif Antara Sistem Redaksi Konvensional dan Sistem Newsroom di Harian Umum Republika.

B. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan konsisten dalam menganilis maka peneliti menitikberatkan masalah penelitian ini pada kedua sistem redaksi konvensional dan sistem newsroom yang diterapkan oleh harian umum Republika, untuk mengetahui perbedaan keduanya.


(17)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana sistem keredaksian yang diterapkan oleh harian umum Republika?

2. Bagaimana struktural redaksi Konvensional dan Newsroom yang dibuat oleh harian umum Republika?

3. Apa kelebihan dan kekurangan sistem redaksi Konvensional dan Newsroom yang telah diterapkan oleh harian umum Republika?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah pertanyaan di atas, secara khusus penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui dua sistem keredaksian yang diterapkan oleh harian umum Republika.

2. Untuk mengetahui bagaimana sistem struktur redaksi Konvensional dan Newsroom yang dibuat oleh harian umum Republika.

3. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan konsep dari sistem redaksi Konvensional dan Newsroom yang diterapkan oleh harian umum Republika.


(18)

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran pada disiplin Ilmu Jurnalistik, khususnya tentang sistem keredaksian media massa yang dalam penelitian ini dikhususkan pada harian umum Republika yang nantinya dapat menjadi bahan referensi pada media massa lainnya.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat keilmuan bagi pembaca, khususnya praktisi ilmu komunikasi, baik lembaga, maupun perorangan. Selain itu juga dapat memberikan sedikit gambaran bagi para peneliti yang lain dan pihak-pihak lain dalam penulisan masalah ini.

F. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan model deskriptif komparatif. Metode pengumpulan data yang digunakan ialah instrumen wawancara, observasi, serta dokumentasi. Dengan model deskriptif, penelitian ini akan mendeskripsikan atau memberikan gambaran bagaimana penerapan dua sistem redaksi saat ini di harian umum Republika. Penelitian deskriptif ditujukan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengindentifikasi masalah, dan membuat perbandingan.5 Kemudian dalam

5

Jalaluddin Rakhmat, Metode penelitian Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 25


(19)

penerapannya, penelitian ini berdasarkan pada pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah sebuah riset yang tidak mengutamakan besar atau banyaknya populasi atau sampling. Riset ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data dengan wawancara.6

Namun, peneliti tidak hanya terbatas pada penggambaran sistem redaksi yang diterapkan harian umum Republika, peneliti juga menekankan kepada kelebihan dan kelemahan terkait dengan dua sistem redaksi yang digunakannya.

2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini berlangsung di harian umum Republika, yang beralamat: Jl. Warung Buncit Raya No. 37, Jakarta 12510. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan selama 8 bulan yaitu dari bulan Mei sampai dengan bulan Desember 2014.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah harian umum Republika, sedangkan objek penelitian ini dititikberatkan pada dua sistem redaksi yang diterapkan harian umum Republika, yakni sistem redaksi konvensional dan sistem newsroom.

6

Rachmat Kriyantoro, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2006), h. 58


(20)

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: a. Kategorisasi Primer dan Sekunder; primer dalam penelitian ini

diperoleh melalui observasi ke tempat harian umum Republika, dan wawancara dengan pihak redaksi mengenai sistem redaksi konvensional dan sistem newsroom. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari buku-buku, ensiklopedia, artikel, jurnal, dan literatur lain yang berkaitan dengan penelitian. b. Observasi; yaitu pengamatan secara langsung kondisi yang terjadi

di lapangan yang memiliki relevansi terhadap permasalahan yang dikaji. Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sering digunakan untuk jenis penelitian kualitatif.7 Dalam hal ini penelitian dilakukan dengan cara mencermati sistem redaksi yang diterapkan oleh harian umum Republika.

c. Wawancara; dalam riset kualitatif peneliti menggunakan jenis wawancara tersrtuktur (Strectured Interview), merupakan bentuk spesifik yang berisi instruksi yang mengarahkan peneliti dalam melakukan wawancara secara sistematis dan pertanyaan yang diajukan kepada responden sudah disusun secara sistematis.8 Dengan tujuan mendapatkan data yang mendalam dan wawancara

7

Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: Gintanyali, 2004), h. 186

8

Rachmat Kriyantono, Teknik Prakris Riset Komunikasi (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h. 99.


(21)

akan dilakukan bersama narasumber dari redaksi harian umum Republika.

d. Dokumentasi; yaitu pengumpulan data-data yang berkaitan dengan penelitian ini atau sumber-sumber tertulis dari bahan-bahan kepustakaan yang berkaitan dengan objek penelitian yang dimaksud.

5. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh akan dianalisis melalui tiga alur kegiatan yang akan dilakukan secara bersamaan, yakni melalui penyajian data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan serta verifikasi.

Penyajian data merupakan susunan sekumpulan informasi yang memungkinkan menarik kesimpulan dan mengambil tindakan. Analisis data kualitatif mulai dengan mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat, dan proposisi. Peneliti akan menarik kesimpulan-kesimpulan secara longgar, tetap terbuka dan skeptis, kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh. Kesimpulan tersebut diverifikasi selama proses penelitian melalui peninjauan atau pemikiran kembali pada catatan lapangan secara terperinci dan seksama, bertukar pikiran dengan informan peneliti. Makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya sehingga membentuk validitasnya.

Reduksi data merupakan sebuah proses penelitian, pemusatan 10


(22)

perhatian pada penyederhanaan, pengabstraksian dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Data kualitatif disederhanakan atau ditransformasikan dalam aneka ragam cara, seperti seleksi dan penyortiran ketat ringkasan atau uraian singkat penggolongan dengan mencari pola yang lebih luas.

Peneliti juga akan menggunakan uji perbandingan guna mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara hasil penelitian yang dilakukan terhadap sistem redaksi konvensional dan sistem newsroom.

6. Pedoman Penulisan

Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi), karya Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, tahun 2007.

G. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan pengamatan langsung peneliti di Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, mengenai skripsi yang membahas pola sistem keredaksian pada surat kabar harian umum Republika dalam analisis komparatif. Peneliti meninjau skripsi-skripsi yang sudah ada yang berkaitan dengan judul yang dianalisis peneliti, seperti:

1. Skripsi karya Ina Salmah Febriani, Mahasiswi Konsentrasi Jurnalistik, angkatan 2006 dengan judul “Analisis Deskriptif Manajemen Redaksi


(23)

Republika Online”. Pada skripsi ini, penulis hanya melihat manajemen sebuah organisasi media cetak, di mana manajemen tersebut menurut penulis sangat berkaitan dengan kebijakan redaksi. Hal ini tentunya juga menunjang dalam penilitian yang akan penulis lakukan.

2. Skripsi karya Nurhasanah, Mahasiswi Konsentrasi Jurnalistik, dengan judul “Kebijakan Redaksional Surat Kabar Media Indonesia dalam Penulisan Editorial”. Skripsi ini lebih mengacu kepada bagaimana memproduksi atau membedah dengan mendeskripsikan pada sebuah konsep aktual dan lebih kepada teks.

Dari beberapa skripsi tersebut peneliti mengambil kesimpulan bahwa belum ada mahasiswa yang meneliti dengan judul skripsi ―Analisis Komparatif Antara Sistem Redaksi Konvensional dan Sistem Newsroom di Harian Umum Republika”.

H. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah serta teraturnya skripsi ini dan memberikan gambaran yang jelas serta lebih terarah mengenai pokok permasalahan yang dijadikan pokok dalam skripsi ini, maka peneliti mengelompokkan dalam lima bab pembahasan, yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI


(24)

Bab ini menjelaskan tentang konsep analisis komparatif, pengertian sistem, pengertian redaksi, pengertian kebijakan redaksi, serta konsep media massa. Selain itu dalam bab ini juga menjelaskan tentang fungsi dari struktur organisasi dan penerapannya dalam media massa.

BAB III GAMBARAN UMUM

Bab ini berisi gambaran umum harian umum Republika dan sistem yang mereka terapkan. Peneliti akan membahas tentang sejarah berdirinya harian umum Republika dan membahas konsep struktur yang dipakai.

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Bab ini mendeskripsikan bagian mengenai analisis komparatif antara sistem redaksi konvensional dan sistem newsroom yang diterapkan di harian umum Republika. Pada bagian analisis ini terdiri dari beberapa pokok pembahasan, yaitu; sistem redaksi yang digunakan harian umum Republika, konsep apa yang diterapkan dalam menjalankan sistem keredaksian, serta kelebihan dan kelemahan dari sistem redaksi konvensional dan sistem newsroom yang ada di harian umum Republika.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan tahap akhir dari penelitian skripsi yang berisikan mengenai kesimpulan mulai dari tahap awal sampai akhir penelitian dan penutup kesimpulan dan saran.


(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Media Massa

Media massa merupakan istilah yang digunakan oleh publik dalam mereferensi tempat dipublikasikannya suatu berita. Media massa mengandung informasi massa, yaitu informasi yang diperuntukkan kepada masyarakat dan bukan disuguhkan untuk seorang saja. Media massa dapat diartikan sebagai media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal. Setiap berita hasil kerja wartawan dipublikasikan melalui media massa agar bermakna dalam menyampaikan informasi serta sebagai bacaan masyarakat atau publik. Di antara fungsi media massa adalah memberikan dan menyebarluaskan informasi dan mengiklankan produk. Karakteristik media massa yang menyebarluaskan informasi kepada publik, pesannya yang bersifat umum mengenai segala aspek kehidupan dan semua peristiwa pada masyarakat, berita yang diberikan secara tetap dan berkala, informasinya berkelanjutan terus-menerus sesuai jadwal terbitnya, serta yang utama adalah aktual dalam penerbitannya tanpa menghilangkan nilai akurasinya.

Pada hakikatnya media massa memiliki beberapa perspektif yang beragam. McQuail dalam bukunya Mass Communication Theory (1989) menjelaskan bahwa peran media massa dalam masyarakat modern memiliki arti; sebagai sarana belajar media massa, alat untuk mengetahui berbagai informasi dan peristiwa; sebagai refleksi fakta informasi, merupakan


(26)

gambaran mengenai peristiwa yang terjadi di masyarakat; sebagai penyaring berbagai informasi serta isu agar layak dan tidaknya perhatian dari publik; sebagai alternatif petunjuk arah yang kurang pasti dan beragam; sebagai sarana untuk mensosialisasikan ide atau informasi kepada publik agar memperoleh tanggapan; media massa tidak sekedar informasi semata, melainkan memungkinkan terjadinya komunikasi yang interaktif.9

Media massa yang dikenal terdiri atas media cetak (printed media), media elektronik (elektronic media), dan media online (cybermedia). Media elektronik adalah media yang menggunakan alat elektronika dan teknologi yang menjadi ciri dan kekuatannya, seperti radio, televisi, dan film. Sedangkan media cetak berdasarkan formatnya terdiri atas koran atau surat kabar, tabloid, majalah, dan buku. Media online adalah website internet yang berisikan informasi aktual layaknya media massa cetak.

B. Media Cetak

Media cetak merupakan salah satu media massa yang berbentuk tulisan cetak. Media cetak juga disebut dengan istilah pers yang berasal dari kata pressa (Latin) atau Press (Inggris) yang artinya mesin cetak.10 Kemudian pengertian itu berkembang menjadi media yang menyebarkan ide atau pesan kepada masyarakat dengan menggunakan mesin cetak. Bentuk dari media cetak tersebut di antaranya buku, surat kabar, majalah, bulletin, tabloid, brosur, atau pamflet yang isinya mengandung informasi yang ditujukan

9

Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar; Teori dan Praktik (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 37.

10

Anwar Arifin, Sistem Komunikasi Indonesia (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011), h. 123.


(27)

kepada masyarakat. Dalam prosesnya media cetak menghasilkan tulisan dalam berbagai macam dan aneka bentuk sesuai dengan maksud dan tujuannya. Di dalam proses itu, terjadi interkomunikasi antarmanusia, sehingga media cetak tidak hanya sebatas alat saja, tetapi juga memiliki fungsi sebagai sarana komunikasi massa.

Media cetak pertama yang diproduksi bukanlah buku yang menggunakan bahan kertas, melainkan papyrus atau vellum (kulit domba) yang digunakan manusia untuk menuangkan ide dan gagasannya dengan cara menuliskannya di atas benda tersebut. Hasil karya tulis menggunakan materi sudah dapat disebut sebagai medium cetak. Jadi, ruang lingkup produksi media cetak ialah hasil karya berupa olah pikir dan olah budaya manusia sebagai alat komunikasi yang tertulis dan tergambar (cetak).

Sejak awal ditemukannya mesin cetak pada abad ke-15 oleh Gutenberg, dengan kemampuan mesin yang sangat sederhana dan hanya dapat mencetak beberapa buku dan surat kabar saja, namun temuan itu menjadi awal dari kebangkitan media cetak pada abad-abad berikutnya hingga saat ini.

Perjalanan panjang media cetak bertahan sampai saat ini tentu tak luput dari berbagai masalah dan kendala yang dihadapi beberapa media cetak. Ini dikarenakan faktor intern atau sistem politik. Di mana sisi internal media cetak harus memiliki manajemen yang mampu mengatur hubungan antar pelbagai pihak seperti para pendiri, karyawan, wartawan, khalayak pelanggan dan pembaca, mitra kerja, agen loper, pemasangan iklan, dan biro iklan. Selain 16


(28)

itu interaksi internalnya melalui surat pembaca, para kontributor, pemerhati, dan pemberi masukan serta kritik.11

Semua itu dijalankan oleh kelembagaan media yang menetapkan peranan, tujuan, dan visi, sikap, serta orientasi nilai bagi masyarakat. Misalnya, menetapkan dengan baik kebijakan editorial dan kebijakan perusahaannya. Dari sanalah, dihasilkan berita, komentar, dan opini. Para wartawannya bekerja berdasarkan kompetensi dan berlandaskan kode etik profesi dan kebijakan redaksi. Maka karena itu, masyarakat mempercayainya, membelinya, dan mengembangkannya.

Kehidupan media cetak – setelah proses penyempurnaan pada mesin cetak – ditentukan oleh kondisi di mana ia hidup, yakni: sistem politik, sistem kekuasaan serta kultur kekuasaan. Pada awal sejarah media cetak amatlah dekat dengan hal itu. Setiap pemimpin negara mempunyai karakter kekuasaan tertentu dalam membuat birokrasi. Misalnya, media cetak, surat kabar The New Republic di Amerika Serikat, yang dibredel oleh pemerintahan presiden John Adams, karena memuat berita bohong tentang dirinya. Karena pada saat itu media cetak surat kabar menjadi alat propaganda politik.

Berbeda halnya pada zaman modern sekarang, media cetak kini mendapatkan sesuatu yang lain yang lebih penting yakni, tidak lagi diperalat sebagai senjata perang politik yang saling menjatuhkan ataupun bisnis yang individualis, melainkan menjadi media berita yang semakin objektif yang lebih mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pihak-pihak tertentu saja.

11

Septiawan Santana K, JurnalismeKontemporer (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 85


(29)

Tapi, di sisi lain, sesuai dengan sifat media yang tak mau stagnan, media cetak dalam sejarahnya selalu berkembang di segala sisinya. Selain mengikuti periodik terbitnya setiap pagi atau sore, sebagai harian, mingguan, atau bulanan, dan sesekali menerbitkan edisi khusus, perwajahan surat kabar pun ikut mengadakan perubahan.

Tahun 1950, industri televisi mulai mengancam dominasi media cetak. Meskipun media cetak lebih dulu hadir sebagai produk budaya, pengaruh media elektornik merasuk kehidupan umat manusia tidak dapat dibendung. Namun, sampai sekarang media cetak masih bertahan. Kenyataan menunjukkan bahwa berbagai media cetak surat kabar, majalah, bulletin, brosur atau pamflet telah menjadi bagian dari kehidupan manusia pada umumnya. Ini karena karakter khususnya yang mampu membedakan dirinya dari media lainnya seperti televisi dan radio.

C. Surat Kabar

Surat kabar merupakan salah satu bagian dari media cetak. Surat kabar terbit secara berkala yang berisi berita kemudian dimultiplikasi secara massal.12 Menurut Onong Uchjana Efendy, surat kabar adalah: ―Lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat, dengan ciri-ciri: terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa atau aktual, mengenai apa saja dan di mana saja di seluruh dunia, yang mengandung nilai untuk

diketahui khalayak pembaca.‖

12

R Masri Sareb Putra, MediaCetak, Bagaimana Merancang dan Memroduksi

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 8.


(30)

Ide surat kabar sendiri sudah ada sejak zaman Romawi kuno, di mana setiap harinya, kejadian sehari-hari diterbitkan dalam bentuk gulungan yang

disebut dengan ―Acta Diurna‖. Pakar sejarah mencatat, ketika Julius Caesar dinobatkan menjadi Konsul (59 SM), ia memerintahkan supaya di Forum Romanum (pasar Roma) dipasang papan pengumuman yang disebut acta diurna atau catatan harian (acta: catatan, diurna/diurnal: harian).13 Maka dari sinilah kita mengenal istilah jurnal atau terbitan berkala di mana biasa kita sebut dengan surat kabar.

Surat kabar cetak pertama terbit dan beredar di China dengan nama

King Pau‖ sejak tahun 911 M dan pada tahun 1351 M Kaisar Quang Soo telah mengedarkan surat kabar itu secara teratur seminggu sekali.14 Sedangkan

pelopor surat kabar sebagai media berita pertamakali bernama ―Gazetta‖ lahir di Vanesia, negara Italia tahu 1536 M. Saat itu Republik Vanesia, sedang perang melawan Sultan Sulaiman. Pada awalnya surat kabar ini ditulis tangan dan para pedagang penukar uang di Rialto menulisnya dan menjualnya dengan murah. Tapi kemudian surat kabar ini dicetak.

Surat kabar cetak yang terbit kalipertama dengan teratur setiap hari adalah Oxford Gazette di Inggris pada tahunn 1665 M. Dengan jalannya waktu surat kabar ini kemudian berganti nama menjadi London Gazette dengan editor pertama kalinya Henry Muddiman dan dia menggunakan istilah newspaper sebagai istilah media informasi dalam media cetak. Istilah inilah yang dipergunakan hingga saat ini.

13

R Masri Sareb Putra, Teknik Menulis Berita dan Feature (Jakarta: Indeks Kelompok Gramedia, 2006), h. 4.

14

Suhaemi, Ruli Nasrullah, BahasaJurnalistik (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 4.


(31)

Dalam perkembangannya, sebuah surat kabar berbeda dari tipe publikasi lain karena kesegeraannya, karakteristik headline-nya, dan keanekaragaman liputan yang menyangkut berbagai topik isu dan peristiwa. Ini terkait dengan kebutuhan pembaca akan sisi menarik informasi yang ingin dibacanya dari surat kabar.

Pada abad ke-19, surat kabar independen pertama memberikan kontribusi signifikan bagi penyebaran keaksaraan (kemelekhurufan) dan berbagai konsep hak asasi manusia dan kebebasan demokratis. Surat kabar terus-menerus mengasah pandangan-pandangan ikhwal ―global village‖, perkampungan dunia, di akhir abad ke-20. Setiap kejadian internasional terkait erat dengan kepentingan setiap orang di belahan dunia di manapun berada. Setiap kisah tragedi perseorangan menjadi milik setiap orang untuk mempersoalkannya ke dalam drama persoalan internasional.

Asumsinya ialah setiap orang memiliki hak untuk mengetahui segala pernak-pernik kejadian. Karena, dari bekal informasi itulah, setiap orang dapat turut berpartisipasi di dalam kehidupan masyarakat. Untuk mendapatkan informasi dan kemampuan itu, setiap orang membutuhkan wartawan surat kabar: yang bertugas sebagai wakil masyarakat untuk mencari dan memberi tahu tentang segala peristiwa yang terjadi yang dibutuhkan masyarakat. Dari sinilah, mengapa wartawan memiliki hak untuk tahu pada segala informasi publik, dan diberi keleluasan untuk mencari kemanapun informasi itu berada. Sebab, wartawan bertanggung jawab pada kebutuhan masyarakat akan informasi yang ada di lingkungannya.15

15

Septiawan Santana K, JurnalismeKontemporer (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 87


(32)

Surat kabar harian sendiri terbit untuk mewadahi keperluan informasi. Informasi menjadi instrumen penting dari masyarakat industri. Maka itulah, surat kabar harian bisa disebut sebagai produk dari industri masyarakat.16 Di mana masyarakat dapat dengan mudah menerima dan memberikan informasi mengingat dari kondisi kebebasan pers yang berkembang di sebuah masyarakat.

Perkembangan surat kabar sendiri bisa dilihat dari tiga fase, yaitu fase pertama: fase para pelopor, yang mengawali penerbitan surat kabar secara sporadis, dan secara gradual kemudian menjadi penerbit reguler yang teratur waktu terbit dan materi pemberitaan serta khalayak pembacanya. Berbagai surat kabar awal terbit di masyarakat yang belum paham betul akan fungsi media; ditambah, cara membaca huruf-huruf berita cetak – karena keterbiasaan retorika oral jadi penghubung antar indivdu sosial. Namun, perkembangan masyarakat akhirnya membuat pertumbuhan surat kabar menjadi institusi yang diakui masyarakat.

Fase kedua: sistem otokrasi yang masih menguasai masyarakat membuat surat kabar kerap ditekan kebebasan menyampaikan laporan pemberitaannya. Penyensoran terhadap beberapa subyek materi informasinya kerap diterima surat kabar. Setiap surat kabar harus memiliki izin (lisensi) dari berbagai pihak yang berkuasa. Semua itu akhirnya mengurangi indepedensinya sebagai instrumen media informasi.

Fase ketiga: kebebasan pers memang telah didapat. Berbagai pemberitaan sudah leluasa disampaikan. Akan tetapi, sistem kapitalisasi

16


(33)

industri masyarakat kerap jadi pengontrol. Ini dilakukan antara lain melalui pengenaan pajak, penyuapan, dan sanksi hukum yang dilakukan kepada media dan pelaku-pelakunya.17

Berangkat dari tiga fase tersebut itulah, indepedensi surat kabar ditentukan di sebuah masyarakat. Di mana kebebasan pers mulai diwarnai dengan berbagai bentukan pengendalian, dan kehidupan demokrasi dalam masyarakat diberi tingkatan tertentu.

D. Pengertian Sistem

Istilah sistem diserap dari kata system dalam bahasa Inggris yang artinya cara atau metode. Dalam berbagai kamus, selain berarti cara atau metode, sistem dapat juga bermakna pola, rencana, skema, prosedur, susunan yang teratur, ideologi, wawasan, perspektif, teori atau asas. Selain itu sistem juga diartika sebagai seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Sejumlah ilmuwan kemudian mengembangkan teori tentang sistem yang dikenal juga dengan sebutan teori sistem umum (general system theory).18

Secara umum dapat dijelaskan bahwa teori atau perspektif sistem adalah seperangkat prinsip yang terorganisasikan secara longgar dan bersifat abstrak, yang berfungsi mengarahkan jalan pikiran, membentuk suatu kegiatan yang beriorentasi ke arah tujuan yang sama. Dalam teori sistem dijelaskan bahwa prinsip sebuah sistem ialah suatu totalitas atau keseluruhan dari sesuatu.

17

Septiawan Santana K, JurnalismeKontemporer. h. 89

18

Anwar Arifin, Sistem Komunikasi Indonesia (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011), h. 25.


(34)

Sejalan dengan hal tersebut maka sistem didefinisikan oleh Anwar Arifin (1992) sebagai sebuah kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian saling bergantung dan kait-mengait satu dengan yang lainnya. Demikian juga Rapport (1968) merumuskan bahwa sistem adalah totalitas yang berfungsi sebagai keseluruhan karena adanya saling ketergantungan dari bagian-bagiannya.19

Pada intinya sistem menunjuk dua hal, yaitu: pertama; menunjukkan suatu identitas, suatu wujud benda (abstrak atau konseptual maupun benda kongkrit) yang memiliki tata aturan atau susunan struktural dari bagian-bagiannya. Kedua; menunjuk suatu metode atau tata cara yang menunjuk pada suatu rencana metode, alat atau tata cara untuk mencapai sesuatu.

E. Fungsi Manajemen

Fungsi manajemen adalah hal yang dilakukan para manajer dan bersifat universal. Fungsi ini diarahkan sedemikian rupa sehingga terdapat kesatuan irama gerak dan cara pandang untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen dapat dilakukan dalam bentuk perusahaan apapun.20

Berangkat dari pengertian manajemen di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi pokok atau tahapan-tahapan dalam manajemen menurut Basu

Swastha DH, dalam bukunya ―Asas Manajemen Modern‖ diterbitkan Liberty, Yogyakarta, yaitu suatu proses dari tindakan untuk melakukan hal sebagai berikut:

19

Anwar Arifin, Sistem Komunikasi Indonesia. h. 27.

20


(35)

1. Planning (perencanaan)

Planning atau perencanaan merupakan langkah awal kegiatan sebelum memproduksi barang. Merumuskan visi misi media massa tersebut dan merencanakan keputusan apa yang akan diambil.

Planning juga bisa diartikan sebagai rencana awal serta ramalan (prediksi) apa yang akan terjadi dan tujuan membuat sebuah media massa haruslah jelas terlebih dahulu. Perencanaan berarti pemilihan penetapan tujuan, penentuan strategi, kebijakan, program, proyek, prosedur, sistem, metode, anggaran, termasuk standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

2. Organizing (Organisasi)

Organizing adalah susunan organisasi yang telah menduduki posisinya masing-masing haruslah mengerti tugas pokok dan fungsi masing-masing.

Maksud dari hal tersebut bahwa para manajer mengkoordinasi sumber daya manusia dan material organisasi. Kekuatan suatu organisasi terletak pada kemampuan untuk menyusun sumber dayanya dalam mencapai suatu tujuan.21

3. Leading (memimpin)

Leading atau memimpin adalah fungsi yang membuat orang lain melaksanakan tugasnya. Mendorong dan memotivasi bawahan, serta menciptakan iklim atau suasana pekerjaan yang kondusif khususnya dalam

21

T. Hani Handoko, ManajemenEdisiII, (Yogyakarta, BPFE, 1984), h. 82


(36)

metode komunikasi dari atas ke bawah atau sebaliknya, sehingga timbul saling pengertian dan kepercayaan yang baik.

4. Actuating (tindakan)

Actuating adalah suatu fungsi manajemen untuk menggerakkan orang-orang untuk bekerja sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pemimpin organisasi harus dapat memberi motivasi sehingga setiap karyawan ingin bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pelaksanaan merupakan fungsi yang paling penting karna berhubungan dengan sumber daya manusia.

5. Controlling (pengawasan)

Controlling adalah mengawasi jalannya sebuah media massa. Seorang pemimpin haruslah mengerti terlebih dahulu semua permasalahan yang dihadapi semua pimpinan bagian.22

F. Organisasi Manajemen Media

Organisasi berasal dari bahasa Yunani, organon, yang berarti ―alat‖ (tool). Kata ini masuk ke bahasa Latin menjadi organizatio dan kemudian masuk ke bahasa Prancis pada abad ke-14 menjadi orgaisation. Pengertian awalnya tidak merujuk pada benda atau proses, melainkan tubuh manusia atau makhluk biologis lainnya. Tidak sama dengan alat mekanis, organon terdiri atas bagian-bagian yang tersusun dan terkoordinasi hingga mampu menjalankan fungsi tertentu secara dinamis. Singkatnya, organisasi adalah penyusunan dan pengelolaan berbagai aktifitas manusia (baik dengan

22

Rosady Ruslan, ManajemendanPublicRelationdanMediaKomunikasi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), h. 2


(37)

institusi/lembaga maupun tidak), yang bertujuan menjalankan suatu fungsi atau maksud tertentu.23

Karakteristik utama organisasi adalah terdapatnya tujuan (purpose), anggota (people), dan rencana (plan). Dalam aspek rencana terkandung semua ciri lainnya, seperti sistem, struktur, desain, strategi dan proses yang seluruhnya dirancang untuk menggerakkan unsur manusia (people) dalam mencapai beberapa tujuan yang telah ditetapkan.

Berangkat dari pengertian organisasi ini, pada dasarnya semua perusahaan tak terkecuali perusahaan media, dari media lokal sampai media nasional, pasti memiliki organisasi manajemen tertentu untuk mengelola jalannya program-program yang akan dilakukan. Pengorganisasian kerja media pers tidak hanya berkutat pada kerja produksi berita saja, tapi juga mencakup pekerjaan administrasi perusahaan, teknis percetakan atau produksi siaran dan atau elektronis, serta penjualan atau pemasaran dan pencarian pemasukan uang dari iklan.

Maka dari itu, dibutuhkan sebuah kerangka manajemen yang agak berbeda dengan sistem kerja perusahaan bukan pers. Pada pers, manajemen meliputi bagian-bagian yang spesifik, menurut kebutuhan institusi yang bertugas sebagai lembaga yang memproduksi/melaporkan informasi. Biasanya manajemen pers terbagi ke dalam berbagai departemen, yang terdiri atas, redaksi (yang bertugas mengumpulkan dan mempersiapkan berita-berita dan hiburan, serta opini atau pandangan atau komentar), periklanan (yang mempersiapkan pesan-pesan komersial), percetakan atau produksi siaran atau

23

Kusdi, TeoriOrganisasidanAdministrasi (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), h. 4


(38)

tampilan layar situs (yang mengubah segala materi informasi ke dalam bentuk lembaran cetakan atau siaran audio-visual atau halaman-halaman elektronis di layar monitor), sirkulasi (yang mendistribusikan informasi tersebut kepada khalayak), dan manajemen perusahaan (yang mengatur keseluruhan kegiatan).

Umumnya, media memiliki struktur organisasi guna melakukan aktivitas-aktivitas ke dalam fungsi-fungsi yang terpisah, yang mengacu pada hubungan di antara elemen-elemen sosial yang meliputi orang, posisi, dan unit-unit organisasi di mana mereka berada. Struktur organisasi mendefinisikan bagaimana tugas-tugas dialokasikan, siapa melapor kepada siapa, serta mekanisme-mekanisme koordinasi formal dan pola-pola interaksi yang menyertainya. Tujuannya agar beberapa bidang dan fungsi tidak tercampur dengan fungsi-fungsi lain.

Berbagai penjelasan tentang beberapa bagian, posisi, dan kewenangan yang terdapat di dalam manajemen media pemberitaan itu bisa disimak melalui struktur menajemen organisasi sebuah lembaga penerbitan surat kabar pada umumnya. Menurut Septiawan Santana K, posisi tertinggi dalam manajemen penerbitan dipegang oleh pemimpin redaksi; yang menjadi kepala bagian editorial atau ruang pemberitaan (newsroom), bertanggung jawab atas isi redaksional media, serta menerima langsung hasil kerja redaksional berbagai redaktur yang dipimpinnya. Para reporter tidak berhubungan langsung dengannya dalam meliput – kecuali bila menyangkut pemberitaan yang krusial dan mendesak. Pemimpin redaksi dalam melaksanakan tugasnya tidak sendiri, dibantu oleh wakil pemimpin redaksi (wapemred), yang membantu pemimpin redaksi seperti disebut di atas sesuai dengan yang


(39)

digariskan oleh pemimpin redaksi. Keduanya dibantu oleh redaktur pelaksana; penanggung jawab utama seluruh pelaksanaan pencarian berita dan menjadi sosok yang selalu hadir di ruangan pemberitaan. Setiap redaktur (editor yang dibawahinya) dan wartawan akan berhubungan dengannya. Juga berhak memutuskan berbagai berita utama harus ditempatkan di halaman mana. Melakukan rapat-rapat yang membahas biaya (budget) ruang pemberitaan. Juga membuat kebijakan redaksi – berdasar hasil konfirmasinya dengan Pemimpin Redaksi. Redaktur; merupakan bagian yang mengurus pemberitaan. Di mana bertanggung jawab terhadap isi halaman surat kabar yang di terima dari berbagai bidang materi berita. Mulai dari redaktur opini; yang membidangi halaman opini, tajuk rencana, di mana mencerminkan sikap media terhadap berbagai kejadian aktual di masyarakat. Juga ada redaktur berita: bagian yang mengontrol naskah sebelum naik cetak, di mana editing akhir berita dikerjakan serta halaman didesain dan headlines ditulis. 24

Sementara itu, Totok Djuroto menjelaskan, kordinator liputan; bertugas menerima bahan berita, baik dari kantor berita (newsroom), wartawan, koresponden, atau press release dari lembaga, organisasi, instansi pemerintah atau perusahaan swasta. Kemudian tugas dari wartawan atau reporter sendiri adalah seseorang yang bertugas mencari, mengumpulkan, dan mengolah informasi menjadi berita, untuk kemudian disiarkan melalui media massa.25

Jika digambarkan, struktur organisasi media cetak surat kabar adalah sebagai berikut;

24

Septiawan Santana K, JurnalismeKontemporer (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 191

25

Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers (Bandung: Remaja Rosdakarya), h. 22


(40)

GAMBAR I

STRUKTUR MANAJEMEN MEDIA SURAT KABAR

G. Teori Hirarki Pengaruh

Teori hirarki pengaruh isi media diperkenalkan oleh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese. Teori ini menjelaskan tentang pengaruh terhadap isi dari suatu pemberitaan media oleh pengaruh internal dan eksternal. Shoemaker dan Reese membagi kepada beberapa level pengaruh isi media, yaitu pengaruh dari individu pekerja media (individual level), pengaruh dari rutinitas media (media routines level), pengaruh dari organisasi media (organizational level), pengaruh dari luar media (outside media level), dan yang terakhir adalah pengaruh ideologi (ideology level).26

26

Stephen D. Reese, Journalism Research and The Hirarchy of Influences Model: A Global Perspective (Brazil: Dossier, 2007), h. 30.

Sekretariat Redpel Mingguan

Redpel Harian Pemred/Pemimpin Umum

Wakil Pemimpin Redaksi

Redaktur Redaktur Redaktur

Redaktur

Redaktur Redaktur

Redaktur

Redaktur

Redaktur Redaktur

Redaktur Redaktur


(41)

Asumsi dari teori ini adalah bagaimana isi pesan media yang disampaikan kepada khalayak adalah hasil pengaruh dari kebijakan internal organisasi media dan pengaruh dari eksternal media itu sendiri. Pengaruh internal pada konten media sebenarnya berhubungan dengan kepentingan dari pemilik media, individu wartawan sebagai pencari berita, dan rutinitas organisasi media. Sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh pada konten media berhubungan dengan para pengiklan, pemerintah, masyarakat dan faktor eksternal lainnya.

Stephen D. Reese mengemukakan bahwa isi pesan media atau agenda media merupakan hasil tekanan yang berasal dari dalam dan luar organisasi media. Dengan kata lain, isi atau konten media merupakan kombinasi dari program internal, keputusan manajerial dan editorial, serta pengaruh eksternal yang berasal dari sumber-sumber non-media, seperti individu-individu berpengaruh secara sosial, pejabat pemerintah, pemasang iklan dan sebagainya.

Dari teori ini kita akan melihat seberapa kuat pengaruh yang terjadi pada tiap-tiap level. Walaupun level organisasi media atau faktor kepemilikan sebuah media tidak bisa mengesampingkan faktor yang lainnya karena saling terkait satu dengan yang lainnya.

1. Level Pengaruh Individu Pekerja Media

Pemberitaan suatu media dan pembentukan konten media tidak terlepas dari faktor individu seorang pencari berita atau jurnalis. Arah pemberitaan dan unsur-unsur yang diberitakan tidak dapat dilepaskan dari seorang jurnalis. Latar belakang dan karakteristik dari seorang pekerja media 30


(42)

atau jurnalis, perilaku, nilai dan kepercayaan dari seorang jurnalis dan yang terakhir adalah orientasi dari seorang jurnalis.

Faktor latar belakang dan karakteristik dari seorang pekerja media menurut Shoemaker dan Reese dibentuk oleh beberapa faktor yaitu masalah gender atau jenis kelamin dari jurnalis, etnis, orientasi seksual, faktor pendidikan dari sang jurnalis dan dari golongan manakah jurnalis tersebut, orang kebanyakan atau golongan elit.

Faktor-faktor latar belakang dan karakteristik dari seorang pekerja media tersebut sedikit banyak dapat mempengaruhi individu seorang jurnalis. Fokusnya adalah faktor latar belakang dan karakteristik seorang jurnalis dilihat dari segi pendidikan seorang jurnalis. Banyak perdebatan mengenai kompetensi seorang jurnalis dilihat dari segi pendidikan. Ini dikarenakan tingkat intelektualitas atau disiplin ilmu yang diambil seorang jurnalis ketika di bangku kuliah dapat mempengaruhi pemberitaan sebuah media.

2. Level Implementasi Media

Pada level ini mempelajari tentang efek pada pemberitaan dilihat dari sisi kegiatan media. Kegiatan atau rutinitas media adalah kebiasaan sebuah media dalam pengemasan dan sebuah berita. Media rutin terbentuk oleh tiga unsur yang saling berkaitan yaitu sumber berita (suppliers), organisasi media ( processor), dan audiens (consumers).27 Ketiga unsur ini saling berhubungan dan berkaitan dan pada akhirnya membentuk rutinitas media yang membentuk pemberitaan pada sebuah media.

27

Stephen D. Reese, Journalism Research and The Hirarchy of Influences Model: A Global Perspective h. 36


(43)

Sumber berita atau suppliers adalah sumber berita yang didapatkan oleh media untuk sebuah pemberitaan. Organisasi media atau processor adalah bisa dikatakan redaksi sebuah media yang mengemas pemberitaan dan selanjutnya dikirim kepada audiens. Kemudian terakhir audiens atau consumer adalah konsumen sebuah berita di media yaitu bisa jadi pendengar, pembaca atau penonton.

3. Level Pengaruh Organisasi

Level ketiga dalam teori hirarki pengaruh media adalah level organisasi media. Pengaruh organisasi pada sebuah media kepada sebuah pemberitaan ini berkaitan dengan struktur manajemen oraganisasi pada sebuah media, kebijakan sebuah media dan tujuan sebuah media.

Berkaitan dengan level sebelumnya pada teori hirarki pengaruh yaitu level individu dan level media rutin, level organisasi lebih berpengaruh dibanding kedua level sebelumnya. Ini dikarenakan kebijakan terbesar dipegang oleh pemilik media melalui editor pada sebuah media. Jadi penentu kebijakan pada sebuah media dalam menentukan sebuah pemberitaan tetap dipegang oleh pemilik media. Ketika tekanan datang untuk mendorong, pekerja secara individu dan rutinitas mereka harus tunduk pada organisasi yang lebih besar dan tujuannya. Kebijakan dari pimpinan sebuah organisasi media lebih kuat dibanding level yang lebih rendah yang meliputi pekerja media dan rutinitas.

Berkaitan dengan struktur dan kebijakan sebuah organisasi dari sebuah media tentunya berkaitan dengan tujuan dari sebuah media. Tujuan dari sebuah media pada sistem ekonomi kapitalis tentunya berkaitan dengan profit. 32


(44)

Seperti apa yang dikatakan oleh Shoemaker dan Reese bahwa nilai kepercayaan mendasar pada sistem ekonomi kapitalis adalah kepemilikan individu, pengejaran untuk yang berkaitan dengan kepentingan pengusaha dan pasar bebas.28 Tujuan dari profit ini selain untuk menggerakkan roda organisasi dan kelangsungan sebuah media juga berkaitan dengan keuntungan yang akan didapat dari sebuah media yang menyebabkan jarang sekali mengkritisi sebuah sponsor yang memberikan keuntungan pada sebuah media, dalam hal ini seperti iklan. Jarang sekali media yang mengkritisi pemakaian produk rokok pada masyarakat yang menjadi sponsornya. Ini dikarenakan jika sebuah media mengkritisi maka perusahaan rokok yang mensponsori sebuah media akan menarik iklannya dari media tersebut. Dan pada akhirnya akan menyebabkan kerugian pada media tersebut.

Selain kebijakan yang berkaitan dengan sponsor, terkadang pemilik sebuah media memiliki afiliasi politik atau pemimpin sebuah partai politik. Inilah yang mempengaruhi pemberitaan sebuah media karena berkaitan dengan kepentingan politik pemilik media. Jadi besar kemungkinan pemberitaan yang diberitakan tidak akan bertentangan dengan kebijakan politik sebuah organisasi yang berafiliasi dengan pemilik media.

Dalam organisasi media ada tiga tingkatan umum. Lini depan karyawan, seperti penulis, wartawan dan staf kreatif, mengumpulkan dan mengemas bahan baku. Tingkat menengah terdiri dari manajer, editor, produser dan orang lain yang mengkoordinasi proses dan memediasi komunikasi antara level bawah dan level atas yang mengeluarkan kebijakan

28

Stephen D. Reese, Journalism Research and The Hirarchy of Influences Model: A Global Perspective. h. 45


(45)

organisasi. Eksekutif tingkat atas perusahaan dan berita membuat kebijakan organisasi, anggaran yang ditetapkan, membuat keputusan penting, melindungi kepentingan komersial dan politik perusahaan dan bila perlu mempertahankan karyawan organisasi dari tekanan luar.

Jadi menurut Shoemaker dan Reese ada tiga tingkatan pada struktur sebuah media, yaitu tingkatan pertama, yang terdiri dari pekerja lapangan seperti penulis berita, reporter dan tim kreatif. Sedangkan tingkatan menengah, terdiri dari manager, editor, produser dan lembaga yang berhubungan dengan tingkatan pertama dengan tingkatan ketiga. Level yang teratas adalah korporasi media yang membuat kebijakan dan keputusan pada sebuah media.

Jika dilihat dari model struktur yang disebutkan di atas, terjadi jarak antara para jurnalis atau pencari berita dengan para pemimpin di sebuah media. Posisi editor yang berada di tengah-tengah antara pemimpin media dengan para jurnalis, membuat posisinya terbagi dua. Di satu sisi editor sebagai pengolah berita, tapi di satu sisi editor dituntut untuk mengemas pemberitaan yang menjual yang akan mendatangkan keuntungan yang besar bagi sebuah media. Editor harus memahami di mana anggaran mereka cocok dengan gambaran keuangan yang lebih besar dari perusahaan mereka, dan di mana prioritas berita sesuai rencana strategis secara keseluruhan.

Semakin kompleksnya struktur organisasi pada sebuah media telah membuat sistem kebijakan pada sebuah media menjadi semakin hirarkis. Sistem birokrasi yang rumit antara pekerja media dengan para pemimpin 34


(46)

media semakin menghilangkan sisi sensitif antar pemimpin media dengan pekerjanya. Dan ini adalah bentuk profesionalisme di dunia media.

Para pemimpin media tidak terlalu sering mengintervensi dan mempengaruhi sebuah berita secara spesifik, tetapi terkadang jika sebuah media mendapatkan intervensi dari sebuah institusi yang lebih berkuasa seperti pemerintah, pemimpin media akan langsung mengintervensi pemberitaan. Bahkan terkadang jika dibutuhkan atau mendesak, para pemimpin media terkadang mengintervensi melalui kebijakannya walaupun merubah rutinitas sebuah media.

Di satu sisi tujuan keuntungan untuk sebuah perusahaan turut mempengaruhi konten dari sebuah media. Dan sifatnya mengikat pada pekerja media yang mengharuskan pekerja media mencari pemberitaan yang menguntungkan. Titik fokus level ini adalah pada pemilik atau pemimpin media yang menentukan kebijakan sebuah media.

4. Level Pengaruh Luar Organisasi Media

Level keempat dalam Teori Hirarki Pengaruh Media adalah level pengaruh dari luar organisasi media atau yang biasa disebut extra media level. Extra media level sendiri adalah pengaruh-pengaruh pada isi media yang berasal dari luar organisasi media itu sendiri. Pengaruh-pengaruh dari media itu berasal dari sumber berita, pengiklan dan penonton, kontrol dari pemerintah, pangsa pasar dan teknologi.

Extra media dari unsur sumber berita memiliki efek yang sangat besar pada konten sebuah media massa, karena seorang jurnalis tidak bisa menyertakan pada laporan beritanya apa yang mereka tidak tahu. Contohnya,


(47)

adalah seorang jurnalis hampir tidak pernah menjadi saksi mata sebuah kecelakaan pesawat. Hingga untuk mendapatkan sebuah berita mereka mendapatkan informasi dari jurnalis lainnya, dari orang yang berada di tempat kejadian, dari sumber resmi pemerintah dan polisi, dari petugas bandara dan dari advokasi keselamatan konsumen; dan dari tiap individu memiliki sudut pandang yang unik dan berbeda tentang apa yang terjadi.

Contoh di atas, menjelaskan bahwa isi media yang diberitakan oleh seorang juranlis dapat dibentuk oleh sumber berita. Karena sudut pandang yang berbeda dari sumber berita itu sendiri. Bahkan kadang sumber berita juga bisa menjadi bias bagi sebuah berita karena sumber berita juga bisa bohong terhadap seorang jurnalis dalam sebuah wawancara.

Unsur selanjutnya dari level extra media adalah unsur pengiklan dan pembaca. Unsur ini sangat berpengaruh dalam level ekstra media karena iklan dan pembaca adalah penentu kelangsungan sebuah media, kedua unsur inilah yang membiayai jalannya produksi dan sumber keuntungan dari sebuah media. Menurut J. H. Altschull yang dikutip oleh Shoemaker dan Reese:

―Sebuah konten dari pers secara langsung berhubungan dengan kepentingan

yang membiayai sebuah pers. Sebuah pers diibaratkan sebagai peniup terompet, dan suara dari teromper itu dikomposisikan oleh orang yang membiayai peniup terompet tersebut. Ini bukti secara substansi bahwa isi dari media secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh pengiklan dan pembaca.

Pengaruh pemasangan iklan juga terlihat pada isi media yang dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki pola-pola yang sama dengan 36


(48)

pola konsumsi target konsumen. Media dalam hal ini mencoba menyesuaikan pola yang konsumen yang ingin dicapai oleh para pengiklan untuk mendapatkan keuntungan sangat besar. Pemasang iklan menggunakan kekuatan modalnya yang membiayai sebuah media, agar konten dari media tidak bertentangan dengan kepentingan citra dari produknya.

Karena pemasukan dari iklan sangat penting bagi berlangsungnya kehidupan sebuah media massa komersil, perusahaan iklan yang lebih besar menjadi memiliki kekuatan yang lebih besar, contohnya perusahaan multinasional dan agensi periklanan memiliki kekuatan untuk menyensor pesan atau pemberitaan yang diberikan sebuah media.

Misalnya, perusahaan rokok bisa jadi memiliki kontrol yang sangat besar terhadap konten sebuah media. Pemberitaan sebuah media biasanya tidak memberitakan secara gamblang tentang bahaya merokok. Jika pun ada pemberitaan tentang bahaya merokok biasanya pemberitaan dibuat secara bias oleh sebuah media. Pengaruh yang besar dari perusahaan rokok ini dikarenakan perusahaan rokok adalah pengiklan yang sangat menguntungkan bagi sebuah media, dan inilah yang membentuk kekuatan tersendiri bagi perusahaan rokok untuk mempengaruhi isi sebuah media.

Unsur ketiga yang mempengaruhi konten pada pemberitaan sebuah media adalah kontrol dari pemerintah. Pemerintah dapat mengkontrol pemberitaan sebuah media jika bertentangan dengan kebijakan sebuah pemerintahan dalam sebuah negara. Kontrol dari pemerintah biasanya berupa sebuah kebijakan peraturan perundang-undangan atau dari lembaga negara seperti Kementerian atau lembaga negara lainnya.


(49)

Penguasa atau pemerintah memberikan pengaruh besar kepada isi pesan media. Kekuatan media dalam membentuk agenda publik sebagian tergantung pada hubungan media bersangkutan dengan pusat kekuasaan. Jika media memiliki hubungan yang dekat dengan kelompok elit di pemerintahan, maka kelompok tersebut akan mempengaruhi apa yang harus disampaikan oleh media.

Biasanya kontrol terhadap media yang sangat ketat terjadi pada negara-negara yang tidak terlalu demokratis dalam penerapan pemerintahannya. Faktor ini dikarenakan negara yang lebih demokratis lebih memberikan kebebasan kepada media dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. Sedangkan Negara-negara yang tidak demokratis cenderung lebih ketat dalam pengawasan terhadap media. Pada sebagian negara dimana medianya dimiliki oleh swasta, kontrol yang dilakukan oleh pemerintah antara lain melalui hukum, regulasi, lisensi dan pajak. Sedangkan pada negara yang medianya sebagian besar dimiliki oleh pemerintah, bentuk kontrol pemerintahnya adalah melalui keuangan media itu sendiri.

Kekuatan yang besar dari pemerintah yang mengikat sebuah media membuat pemberitaan sebuah media tidak dapat bertentangan dengan kebijakan pemerintah sebuah negara. Jika pemberitaan sebuah media bertentangan dengan pemerintah, maka akan terjadi sensor yang akan dilakukan oleh sebuah lembaga negara. Dan hal inilah mengapa peran pemerintah dalam membentuk pemberitaan sebuah media menjadi sangat besar sekali.


(50)

Unsur keempat yang mempengaruhi isi dari pemberitaan sebuah media adalah pangsa pasar media. Media massa beroperasi secara primer pada pasar yang komersil, di mana media harus berkompetisi dengan media lainnya untuk mendapatkan perhatian dari pembaca dan pengiklan. Inilah yang membuat media berlomba-lomba untuk mendapatkan keuntungan dari iklan dan pembaca lewat konten dari media itu sendiri.

Komunitas media dimana media tersebut juga dapat mempengaruhi konten dari media itu sendiri. Komunitas media adalah lingkungan dimana media tersebut beroperasi, dan komunitas ekonomi tersebut sama seperti masalah sosial yang dapat berefek terhadap media itu sendiri. Contohnya adalah komunitas atau pasar yang lebih besar pada sebuah stasiun televisi biasanya membentuk pemberitaan yang spontan tentang sebuah kejadian, sedangkan stasiun televisi pada pasar yang lebih fokus pada jenis pemberitaan seperti feature dan acara lain yang bisa disiapkan sebelumnya.

Stasiun TV dengan pasar yang lebih kecil juga biasanya lebih terfokus oleh pemberitaan yang bersifat lokal dibanding stasiun tv yang memiliki pasar yang lebih besar. Kecendrungan seperti ini dikarenakan dana yang lebih sedikit dan staff yang lebih sedikit yang dimiliki oleh stasiun TV kecil dibanding dengan stasiun TV yang lebih besar. Sama seperti yang terjadi pada media elektronik seperti televisi, di media cetak seperti koran pun kecendrungan ini terjadi. Biasanya koran yang lebih kecil lebih terfokus pada suara komunitas yang lebih kecil dibanding koran besar yang lebih pada pemberitaan yang lebih luas.


(51)

Unsur yang terakhir yang membentuk efek dari luar organisasi media adalah teknologi. Konten media dapat dipengaruhi oleh teknologi yang digunakan. Kemajuan teknologi turut memberikan pengaruh bagi konten sebuah media. Teknologi seperti komputer dapat memudahkan sebuah media untuk memberikan berita yang lebih luas kepada masyarakat.

Ada empat alasan mengapa teknologi dapat mempengaruhi sebuah media terutama media cetak, pertama, komputer membantu editor dan penyunting berita untuk menyiapkan grafik informasi yang bisa memberikan pemberitaan yang lebih baik. Kedua, teknologi pada komputer dapat membuat kualitas foto yang lebih baik bagi media cetak. Ketiga, reporter menggunakan komputer untuk mengakses data dan menggunakan informasinya untuk menyiapkan berita yang lebih baik. Keempat, sebuah media cetak dapat membuat halaman dengan komputer, editor dapat memiliki kontrol yang lebih terhadap design dari halaman.

Dan terobosan dalam hal teknologi yang melahirkan media baru seperti internet, turut menciptakan era konvergensi media. Konvergensi media sangat membantu karena turut mempercepat arus informasi. Media seperti televisi, koran, telepon dan media informasi lainnya menyatu dalam internet. Kemajuan ini sangat menguntungkan tapi juga berpengaruh pada konten media. Biasanya konten berita pada media seperti internet lebih pada model berita straight news. Ini dikarenakan arus pemberitaan yang sangat cepat dan berita yang lama lebih cepat tergantikan dengan berita yang baru. Dan internet juga memunculkan fenomena citizen journalism yaitu pemberitaan dari 40


(52)

masyarakat pembaca itu sendiri, ini dikarenakan pada internet masyarakat dapat membuat beritanya sendiri.

5. Level Pengaruh Ideologi

Level yang terakhir pada teori hirarki pengaruh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese adalah level pengaruh ideologi pada konten media. Pada level ini kita membahas ideologi yang diartikan sebagai kerangka berpikir tertentu yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya. Berbeda dengan level pengaruh media sebelumnya yang tampak konkret, level ideologi ini abstrak. Level ini berhubungan dengan konsepsi atau posisi seseorang dalam menafsirkan realitas dalam sebuah media.

Ideologi menurut pandangan teori kritis adalah sekumpulan ide-ide yang menyusun sebuah kelompok nyata, sebuah representasi dari sistem atau sebuah makna dari kode yang memerintah bagaimana individu dan kelompok melihat dunia. Dalam Marxisme klasik, sebuah ideologi adalah sekumpulan ide-ide keliru yang diabadikan oleh ide yang dominan.29 Dalam pandangan Marxis klasik, ideologi hanyalah ide-ide atau pemahaman yang digunakan oleh kelas yang dominan untuk menanamkan kesadaran palsu bagi kelas yang tertindas untuk melanggengkan kekuasaannya.

Ada tiga definisi ideologi menurut seorang pakar cultural studies Raymond Williams, ideologi adalah sebuah sistem kepercayaan yang dimiliki oleh kelompok atau kelas tertentu, sebuah sistem kepercayaan yang dibuat ide palsu atau kesadaran palsu, proses umum produksi makna dan ide.

29


(53)

Ada beberapa kesamaan definisi tentang ideologi menurut para pemikir Marxis klasik dengan Raymond Williams. Keduanya memandang bahwa ideologi adalah sistem artikulasi makna yang dikuasai oleh kelompok dominan yang dibuat ide palsu atau kesadaran palsu.

Pada level ideologi lebih dekat pada kekuatan di masyarakat dan mempelajari bagaimana kekuatan yang bermain di luar media. Artinya adalah bahwa ideologi memiliki hubungan dengan kepentingan dan kekuasaan, dan kekuasaan yang menciptakan simbol adalah kekuasaan yang tidak netral. Tidak hanya berita tentang kelas yang berkuasa tetapi struktur berita agar kejadian-kejadian diinterpretasi dari perspektif kepentingan untuk mempengaruhi sebuah pemberitaan dengan kepentingan yang bersifat individu atau yang bersifat mikro tapi kepentingan kelas yang berkuasa. Kelas yang berkuasa yang melanggengkan sistem kapitalis secara struktural melalui media.


(1)

Nah dari sini kita melihat revolusi terhadap dunia digital kan tinggi. Sekarang ini mungkin ada 600 juta orang memakai facebook dan itu bukan di koran, cetak maupun di majalah itu digital. Belum lagi berapa juta orang pakai twitter belum lagi blog-blog, belum yang mempunyai kanal-kanal dan macam-macam tergantung kegunaan. Makanya masyarakat sekarang itu berubah dan di Indonesia terkena dampak dari perubahan itu. Nah dari sini kita melihat kita harus mengubah struktur media supaya bisa menjawab tantangan global ini. Tantangan yang terjadi seluruh elemen tidak bisa menolak tantangan ini bahkan dari kita juga tidak bisa menolak perubahan ini. Di kampung-kampung sekarang masyarakatnya menggunakan sudah smartphone dengan harga yang sangat terjangkau. Dari sini kemudian kita mengubah struktur media di Republika itu menjadi bentuk newsroom ini dan revolusi tadi menghasilkan jurnalisme baru di mana industri utama media itu tidak lagi koran tidak lagi online tapi konten. Nah newsroom ini memproduksi konten. Itu bisa berita, tulisan mendalam, bisa tulisan investigasi, bisa majalah, bisa koran, majalah digital. Jadi semua konten masuk dalam newsroom. Redaktur sekarang tidak lagi memiliki wartawan. Wartawan kumpul di newsroom semua. Ini penting karena nanti di newsroom itu tetep wartawan itu bekerja seperti biasa cuma mereka tidak lagi bekerja untuk koran. Jadi sekarang tidak ada lagi wartawan koran, wartawan online yang ada sekarang adalah wartawan Republika. Kalo kita tanya ke BBC kita bingung mereka TV apa online makanya semua wartawan menyebut wartawan BBC. Di Belanda juga sama, mulai dari kantor radio, online, TV jadi satu.

Sekitar tahun 2005 newsroom diterapkan oleh Republika. Sebenarnya itu adalah tren global tidak hanya di Indonesia di luar negeri juga sama sperti itu. Jadi


(2)

newsroom itu berperan kepada kedalaman berita, keaktualan berita, berita berimbang atau tidak itu newsroom yang menentukan. Nah di newsroom kita tidak membawahi para editor. Jadi nanti tuh ada koran editornya sendiri, ROL juga sendiri editornya. Kemudian kita juga punya namanya digital, di sini beda artiannya dengan ROL, yakni kita membat majalah, membuat web, itu disebut dengan revolusi baru media multivatom, jadi newsroom itu bekerja multifakom bekerja untuk koran, bekerja untuk online, bekerja untuk TV, dan bekerja untuk digital. Newsroom berada digaris terdepan untuk masalah berita.

Meskipun Republika di bawah Perusahaan Mahaka Media dan mempunyai banyak media kita tidak menyuplai berita ke pihak tersebut. Sekarang Republika tidak lagi di bawah Mahaka. Republika sekarang sudah punya perusahaan sendiri atau holding sendiri namanya Republika Media Mandiri. Nah newsroom ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan Jak TV, Female Radio dan lain sebagainya. Karena ini murni milik Republika. Nah nanti kalo Republika punya TV ya TV-nya Republika dan sekarang lagi kita garap.

Sebenarnya untuk masalah kordinasi newsroom dan pimpinan redaksi dalam sehari kita punya dua tempat pagi dan sore, malam juga sudah ada kebijakan. Sebenarnya itu tidak terlalu sulit untuk kordinasi. Karena kita sudah punya sebuah sistem di mana semua elemen dapat berjalan dengan sistem, jadi kita tidak khawatir di sini kehilangan, di sana kehilangan, tinggal sistem saja yang mengatur. Misalnya sekarang ada isu tentang Gaza dan newsroom akan mengerahkan team khusus untuk liputan soal Gaza karena, Republika menjadi salah satu media yang dianggap kompeten dan akurat memberitakan Timur Tengah. Karena kalau meelihat media lain yang mungkin meedia-media islam itu


(3)

beritanya lebih propokatif, kadang-kadang beritanya dilebih-lebihkan jadi, tingkat kepercayaan masyarakat kepada berita menjadi lemah. Nah kalau Republika meskipun kita media Isla dan Gaaza diserang kita tetap objektif memberitakan itu karena ini soal HAM bukan soal agama. Artinya kita membuat berita tidak berlebihan dan tidak bohong di newsroom inilah berita terpantau semua.

Dalam struktur redaksi di newsroom cuma ada dua yaitu reporter dan redakatur. Jadi untuk yang lain ya berada di bidang masing-masing. Redaktur koran ya di sana, redaktur online ya juga di sana. Jadi kita punya satu redpel dan empat redaktur. Karena reporter berada dalam struktur newsroom maka berhak komando atas mereka. Newsroom sendiri tetap lapor ke pemred. Tapi untuk pekerjaan teknis itu kan level redpel kebawah, pendalaman isu, pendalaman kasus itu ada di redpel bawah. Kepala newsroom ya redpel itu namanya redaktur pelaksana newsroom. Jadi kita tidak keluar dari struktur pemred. Kita hanya persedur kerja saja. Laporan tetap ke pemred, laporan ke direksi. Sebenarnya tidak ada masalah dengan intruksi pemred terhadap reporter walaupun di bawah komando newsroom karena, kadang-kadang dalam pekerjaan jurnalis itu ada hal searingkali di luar kewajaran banyak perubahan dan biasanya begitu.

Newsroom itu tidak ada dampak negatif ya karena, newsroom itu kalau kita lihat Republika itu adalah salahsatu media Islam yang masih bertahan di Indonesia. Semua group media Islam di Indonesia itu mati. Karenna tidak diolah secara profesional. Kita paham ini adalah industri yang sulit adalah ketika kita mengawinkan industri pers dengan idealisme pers. Itu adalah pekerjaan berat kita apalagi media Islam seperti Republika yang menyorot banyak dan sekarang kita mencoba untuk profesional dan newsroom merupakan bagian dari perubahan yang


(4)

terjadi tadi itu dan ini banyak dampak positifnya. Dari newsroom kita bisa bikin berita bagus, bisa membuat konten-konten bagus, membuat peliputan yang berimbang, nah itu lebih banyak positif sebenarnya. Reporter juga nanti akan menjadi spesialis. Karena zamannya berubah, industri media seperti yang saya katakan tadi sudah berubah. Jadi, wartawan zaman dulu 80-90an itu tidak bisa lagi melihat perubahan yang sekarang, makdunya berbeda kehidupan mereka, ekosistem mereka berbeda. Kalau saya merasakan dua zaman, revolusi dan sesudah revolusi. Revolusi digital tidak bisa dilawan. Sekarang perusahaan mana yang tidak memiliki akun facebook, sekarang kampanye mana yang tidak punya FB dan twitter, kampanye nolak jokowi nolak prabowo dan mereka tidak butuh koran, tidak butuh majalah.

Kelebihan dan kelemahan dari newsroom mungkin lebih banyak kelebihannya ya, kalau kelemahannya pada masalah-masalah non-teknis. Kalau kelebihannya artinya kita tidak perlu jadi media itu sekarang integretid ini sesuatu yang pada tahun 80-90an cuma teori sekarang integrited tidak bisa lagi Republika koran sendiri dia akan mati. Dia butuh ROL, butuh Republika digital, butuh Republika TV, dan dia butuh radio itu integretid media. bentuk media seperti ini tidak bisa dikelola dengan gaya konservatif seperti dulu. ketika semua orang berpikir integritid media. Nah maka disinilah gunanya newsroom bagaimana mengelola media berintegrasi ini. dari sini juga kemudian kita melahirkan orang yang mampu bekrja untuk koran, untuk online dan memprsiapkan orang-orang untuk TV. Koran, Online, buku, dan digital untuk yang jalan sekarang. nah digital kan sebuah revolusi baru di mana media massa itu tidak hanya bicara tentang teks, tapi di sana ada gambar, foto, ilustrasi, tidak hanya itu tapi juga ada


(5)

video juga film. Jadi bagaimana sebah berita dikemas dengan multimedia seperti di tv semua ada, tapi ini digital. Sisi positifnya ya disitu, jadi newsroom ini bisa menjawab kebutuhan media terintegrasi itu. Jadi kalau dibayangkan saya lama di koran tiba-tiba saya dipindah ke online atau TV akan terjadi persoalan nanti di situ. Nah kalau begini kan mereka sudah bergerak dalam dunia yang sama.

Perkembangan newsroom saat ini lebih baik Republika bisnis semakin bagus. Untuk melihat sebuah media bagus atau tidak kan dari bisnisnya. Lihat saja media itu masi merekrut orang apa tidak? Kalau tidak berarti ada masalah dengan media itu, trus bagaimana pengaruhnya di luar. Ya bisa di lihat lah pengaruh para peneliti, para politisi, bisa dilihat koran di Indonesia cuma dua, Kompas dengan Republika. Yang lain saya tidak tahu, karena kebanyakan masyarakat tahu Republika dan Kompas dan mempunyai pengaruh besar. Nah ini adalah indikasi bahwa peubahan yang kita lakukan memberikan hasil positif. Dari kesejahtraan misalnya, masih naik. Nah itu indikasi positif dari perubahan yang terjadi. Tetapi bukan berarti sistem yang lama nggak bagus. Untuk kondisi media pada masa lalu itu oke ketika kita bekerja untuk koran saja, itu strukturnya bagus. Tetapi disaat kondisi seperti ini struktur ini tidak bisa kita pakai maka dibuatlah newsroom diperbaharui. Jadi dua-duanya bagus tergantung situasi yang mana. Ya memang masing-masing mempunyai kelebihan-kelebihan yang sama-sama bagus. Bayangin dengan sistem lama kita pakai sistem newsroom itu pemborosan namanya. Dan tidak menutup kmungkinan kedepannya kita mempunyai sistem baru dengan banyak ramalan bahwa media cetak itu selesai karena sekarang buat kertas aja sudah tidak perlu pohon kan mungkin kedepannya ada loncatan lagi kita belum tahu.


(6)

Dengan karakter penyeimbang yang di miliki Republika tidak ada perubahan karena tidak ada hubungannya dengan visi misi Republika. Visi kita kan koran rahmatan lilalamin jadi harus objektif, harus juga membela sesuatu yang benar, dia harus konsisten dy juga harus faktual, harus profesional karena profesional itu kan bagian dari ibadah. Karena kalau kita profesional berarit sudah bekerja dengan aturan yang berlaku. Kita tidak boleh bohong, korupsi, penipu, dan itu adalah nilai-nilai dari Republika dan ketika newsroom dibentuk tidak ada dampaknya sama sekali tetep tidak berubah. Tetap nila-nilai tadi kita pakai.

Kordinasi antara pemred dan kepala newsroom tidak berubah, dari dulu sama. Struktur media itu kan ada pemred, ada redaktur pelaksana, nah sebenarnya yang menjadi komandan reporter ya redpel ini jadi pemred hanya mengarahkan ini, mengarahkan itu. Dan itu tidak berubah sekarang pun masih sama. Penugasan juga tetap tidak berubah. Yang berperan redpel dan para redaktur. Yang di newsroom redaktur, redpel, dan reporter. Pemred bertugas lebih besar lagi buat loby-ngeloby.

Koran 150 ribu sehari. Jumat tambah 20 ribuan karena ada dialog Jumat. Jabodetabek paling banyak.

Dompet Duafa sudah tidak masuk ke jajaran Republika lagi. Tahun 2000-an awal keluar dari Republika. Sejarahnya reporter mendapatkan amplop. Sudah tidak ada hubungannya.