Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Doa adalah seruan dari yang lebih rendah kepada yang lebih tinggi. 1 Doa tidak ditujukan kecuali kepada yang kekuasaannya lebih tinggi dan lebih besar dari kekuasaan orang yang memohonkannya. Doa dalam Chritian Science sangat berbeda dengan agama Kristen Protestan pada umumnya. Perbedaan tersebut terletak pada cara melakukan dan pemaknaan terhadap doa. Mereka berusaha menghayati dan mempraktekan ajaran Yesus dalam kehidupan sehari-hari dengan penekanan khusus kepada ‘Doa Kristiani’ yang mereka yakini bersumber dari ‘Kristus Sang Ahli Ilmupengetahuan’. 2 Mary Baker Eddy sebagai pendiri Gereja Christian Science melihat sekelumit kebenaran saat ia mendapat kesembuhan dari sakit yang dideritanya. Ia sembuh setelah membaca salah satu penyembuhan yang dilakukan Yesus dalam Alkitab. Pada tahun 1866 3 suatu penyembuhan dari kecelakaan yang fatal telah membuka pikiran Mary Baker Eddy, ia merasa mencapai pengetahuan Allah dari Alkitab. Sesudah itu dia mulai membuat catatan-catatan yang didasarkan pada dalil-dalil Alkitab, yang disusun dalam bukunya yang berjudul Science and Health 1 M. Mutawalli Asy-Sya’arawi, “Doa yang Dikabulkan” , Jakarta: Penerbit Akbar Media Eka Sarana, 2001, h. 1. 2 Wawancara Pribadi dengan Sri Umiyati Haryono, Jakarta, tanggal 20 Desember 2006. 3 Makalah Lyin Noerhadi Pengurus Gereja Christian Science Kesatu di Jakarta, tt, Mengenal Penemu dan Pendiri Christian Science. with Key to the Scriptures Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci. Dengan ajaran-ajaran yang ditulisnya dalam buku tersebut, maka menjadi terkenallah namanya dalam dunia Kristen dan banyak orang menaruh perhatian kepada ajaran atau kepercayaannya. 4 Pengikut Christian Science berdoa dengan tujuan untuk mengetahui dan memahami kebenaran dengan lebih baik. 5 Berdoa menurut Christian Science adalah membiarkan kebaikan Allah membanjiri kesadaran dengan cahaya Kasih yang menghalau kegelapan penderitaan. 6 Doa yang terbaik menurut mereka bukanlah terletak pada gerak tubuh yang baik. Berlutut, duduk dengan mata tertutup, menyanyikan lagu gereja, bermeditasi, atau mengosongkan pikiran bukanlah suatu jaminan bahwa orang tersebut sudah berdoa. Mereka berpendapat bahwa doa yang terbaik bukan semata-mata dimulai dengan apa yang manusia lakukan dengan tubuhnya, melainkan apa yang manusia lakukan secara mental dan spiritual. Hal yang terpenting dalam berdoa menurut mereka adalah, menundukkan pikiran kepada kemauan Budi atau Ilahi. 7 Keyakinan Gereja Christian Science terhadap ‘Doa Kristiani’ sangatlah menarik untuk dikaji. Akan tetapi, pada umumnya respon di kalangan gereja- gereja terhadap cara ritualnya dipandang negatif. Di Indonesia sendiri, tampaknya pandangan negatif terhadap aliran ini masih tertanam di kalangan gereja-gereja 4 Jans S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan Sekitar Gereja, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1996, h. 380. 5 Evan Mehlenbacher, “ABC dalam Mendoa”, Bentara Christian Science,triwulan I, 2006, h. 5. 6 Evan Mehlenbacher, “ABC dalam Mendoa”, h. 6. 7 Wawancara Pribadi dengan Musa Natawiyogya, Pegurus Gereja Christian Science Jakarta, Jakarta, tanggal 20 Juli 2006. meskipun pemerintah sudah mengakui keberadaan Christian Science sebagai salah satu bagian dari ke-Kristenan. Sesuai dengan latar belakang yang telah diungkapkan di atas, Penulis tertarik untuk mengupas salah satu keyakinan mereka tentang ‘Doa’, karena menurut ajaran mereka doa adalah faktor yang mempengaruhi seluruh dinamika kehidupan mereka. Maka untuk lebih jelasnya Penulis membuat judul penelitian skripsi ini adalah: “Doa dalam Gereja Christian Science”.

B. Perumusan Masalah