enam belas tahun, namun pada kenyataannya di lapangan banyak pernikahan dilakukan di luar ketentuan tersebut. Hal inilah yang ingin penulis telusuri di dalam
penelitian ini. Rumusan masalah di atas penulis rinci dalam bentuk pertanyaan sebagai
berikut: 1. Bagaimanakah hukum nikah di bawah umur menurut fikih dan Undang-
Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. 2. Bagaimanakah implikasi nikah di bawah umur terhadap hak-hak reproduksi
perempuan. 3. Bagaimanakah hubungan hak-hak reproduksi perempuan dengan Pasal 7
Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan ayat 1 mengenai batas usia nikah.
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui hukum nikah di bawah umur menurut fikih dan Undang-
Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan 2. Untuk mengetahui implikasi nikah di bawah umur terhadap hak-hak
reproduksi perempuan. 3. Untuk mengetahui hubungan hak-hak reproduksi perempuan dengan Pasal 7
Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan ayat 1 mengenai batas usia nikah.
Adapun manfaat penelitian ini antara lain adalah: 1. Mengetahui kondisi perempuan Indonesia dari berbagai aspek, terutama
aspek kesehatan, psikologis, dan sosial berkaitan dengan hak-haknya dalam perkawinan.
2. Melatih peneliti untuk dapat membuat karya tulis ilmiah sesuai dengan obyek penelitian.
3. Menjadikan penelitian ini sebagai bahan renungan dan masukan bagi pemerintah, masyarakat sebagai pelaku hukum, dan civitas akademika
dalam dunia intelektual Indonesia.
D. Kerangka Teori
Apa yang hendak dilakukan oleh penulis sebenarnya adalah meneliti persoalan nikah di bawah umur yang telah dianggap oleh masyarakat sebagai budaya yang telah
turun temurun. Persoalan nikah di bawah umur berkaitan erat dengan masalah hak- hak reproduksi perempuan. Di sisi lain, hak-hak reproduksi perempuan memiliki
hubungan dengan Pasal 7 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan ayat 1 mengenai batas usia nikah.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori-teori baik itu yang bersumber dari fikih, Undang-Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan, maupun dari segi kesehatan. 1. Teori Fikih dan Hukum Positif
Nikah di bawah umur sebagaimana obyek penelitian ini sebenarnya telah banyak disinggung oleh kitab-kitab fikih klasik dengan istilah al-nikah al-shaghir,
namun ulama kontemporer menyebut nikah di bawah umur dengan istilah al-zawaj al-mubakkir
. Perbedaan ini hanya sebatas penyebutan saja adapun subtansi dan konsepnya tidak berbeda.
15
Abu Hanifah menyatakan bahwa nikah di bawah umur adalah perkawinan laki- laki atau perempuan sebelum masa baligh, kira-kira 15 lima belas tahun menurut
mayoritas ahli fiqih dan di bawah 17 tujuh belas atau 18 delapan belas tahun menurut Abu Hanifah.
16
Adapun Undang-Undang Perkawinan di Indonesia menetapkan batas usia nikah adalah 19 sembilan belas tahun untuk laki-laki dan 16
enam belas tahun untuk perempuan. Pernikahan yang dilakukan salah satu pihak yang usianya lebih rendah daripada batas minimal ketentuan tersebut, maka dapat
dikatakan sebagai nikah di bawah umur.
2. Teori Kesehatan
15
Husen Muhammad, Fiqh Perempuan..., h. 6
16
Al-Kasani, Imam ‘Alauddin Abu Bakar bin Mas’ud, Badai’ al-Shanai’, Kairo: Dar-al- Hadis, 1426 H2005 M, Juz III, h. 358-359, Asy-Syirbini, Syaikh Syamsuddin bin Muhammad bin
Khotib, Mughni al-Muhtaj, Beirut: Dar-al-Fikr, juz.III, h. 191-192
Kesehatan reproduksi perempuan adalah kesehatan yang berhubungan dengan organ-organ tubuh perempuan yang berperan dalam kehamilan dan kelahiran anak.
17
Definisi Wordl Health Organisation yang disingkat dengan WHO 1992 merumuskan:“kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan
sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Kesehatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta proses-
prosesnya”. Sedangkan proses yang dimaksud adalah hak untuk mendapatkan informasi dan akses terhadap metode-metode Keluarga Berencana yang aman, efektif,
terjangkau, dan dapat diterima bagi perempuan maupun laki-laki, dan informasi mengenai metode-metode pengaturan kelahiran yang menjadi pilihan mereka, serta
hak-hak untuk mendapat pelayanan kesehatan yang memungkinkan perempuan menjalani kehamilan dan persalinan dengan selamat.
18
E. Review Kepustakaan Terdahulu