disebutkan, aborsi bisa dilakukan bila kehamilan disebabkan perkosaan atau incest hubungan seks sedarah, dan dilakukan saat usia janin tidak lebih dari 40 hari.
103
Hak-hak reproduksi perempuan dalam Islam seperti telah dijelaskan, sesungguhnya begitu lengkap komprehensif. Tetapi masalahnya seberapa jauh hak-
hak itu telah terpenuhi, atau diupayakan secara sungguh-sungguh untuk dipenuhi.
D. Hak Dan Kesehatan Reproduksi Menurut Kesehatan
Kesehatan Reproduksi yang disingkat dengan kespro, berasal dari dua kata, Kesehatan atau ”sehat” yaitu kondisi nyaman atau fit, baik fisik, mental, sosial, dan
Reproduksi yaitu kemampuan seseorang untuk ”membuat kembali”. Jadi kesehatan reproduksi merupakan kemampuan seseorang mendapatkan keturunan atau suatu
proses melanjutkan keturunan pada manusia demi kelestarian hidup manusia. Dalam ICPD International Conference of Population and Development
Programme of Action pada tahun 1994, mendefiniskan secara jelas pengertian dan
hak-hak reproduksi dan kespro yang mencakup ”kesehatan fisik, mental, dan sosial, yang baik secara menyeluruh dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem
reproduksi dan fungsi-fungsinya serta proses-prosesnya.”
104
Pengertian kespro tersebut senada dengan definisi WHO 1992 merumuskan bahwa “kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial
yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Kesehatan dalam segala
103
Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa MUI, 2005
104
Maria Ulfah, Fikih Aborsi..., h. 3
aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta proses-prosesnya”. Sedangkan proses yang dimaksud adalah hak untuk mendapatkan informasi dan akses
terhadap metode-metode Keluarga Berencana yang aman, efektif, terjangkau, dan dapat diterima bagi perempuan maupun laki-laki, dan informasi mengenai metode-
metode pengaturan kelahiran dan yang menjadi pilihan mereka, serta hak-hak untuk mendapat pelayanan kesehatan yang memungkinkan perempuan menjalani kehamilan
dan persalinan dengan selamat.
105
Merujuk dari definisi ini, maka pelayanan kespro secara luas dapat dipahami sebagai konstelasi metode, tekhnik, dan pelayanan yang berkaitan dengan cara
mencegah dan memecahkan masalah kespro.
106
Oleh karenanya kespro ini tidak hanya terkait pada organ reproduksi lelaki dan perempuan. Tapi kesehatan reproduksi
meliputi alat reproduksi, kehamilan, persalinan, pencegahan kanker leher rahim, metode kontrasepsi dan KB, seksual dan gender, perilaku sosial yang sehat dan tidak
beresiko, pemeriksaan payudara dan panggul, impotensi, HIV AIDS, infertilitas, kespro remaja laki-laki dan perempuan, perempuan usia lanjut, infeksi saluran
reproduksi, safe motherhood, kesehatan ibu dan anak, aborsi, serta infeksi menular seksual.
Deklarasi Alma Atta yang dikeluarkan oleh WHO dan United Nation International Children Education Foundation UNICEF pada tahun 1998 bahkan
105
WHO, Landasan Aksi Dan Deklarasi Beijing, Jakarta: Forum Komunikasi Lembaga Swadaya Masyarakat Untuk Perempuan dan Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan, h. 65
106
Maria Ulfah Ansor dkk, Kesehatan Reproduksi Bagi Komunitas Islam, Jakarta: PT. Fatayat NU, 2005, h. 45
menambahkan syarat baru, yaitu: “Sehingga setiap orang akan mampu hidup produktif, baik secara ekonomis maupun sosial”. Dengan penambahan syarat baru ini,
tersirat bahwa dalam definisi kesehatan tercakup pula soal kualitas hidup.
107
Oleh sebab itu, kespro ini sangat penting diperhatikan. Karena persoalan kesehatan reproduksi sangat berkaitan erat dengan kualitas hidup manusia di masa
mendatang. Jika kesehatan reproduksi terganggu maka dalam jangka panjangnya akan mengganggu kualitas hidup manusia secara keseluruhan.
108
Adapun menurut Iskandar MB kesehatan reproduksi adalah ”kondisi yang mencakup dimana wanita dan pria dapat melakukan hubungan secara aman, dengan
atau tanpa tujuan terjadinya kehamilan, dan bila kehamilan diinginkan, wanita dimungkinkan menjalani kehamilan dengan aman, melahirkan anak yang sehat serta
dalam kondisi siap merawat anak yang dilahirkan.”
109
Dengan demikian kespro menyiratkan bahwa setiap orang dapat menikmati kehidupan seks yang aman dan menyenangkan, dan mereka memiiki kemampuan
untuk bereproduksi serta memiliki kebebasan untuk menetapkan kapan dan sering mereka ingin bereproduksi.
Pada konferensi Kependudukan dan Pembangunan yang diadakan di Kairo, Mesir menghasilkan kesepakatan bahwa kespro adalah bagian yang tak terpisahkan
107
Artikel diakses pada tanggal 06 Juni 2009, httpsituskesrepro.infogenderlaw
108
Sururin dkk, Pendidikan Kesehatan Reproduksi Bagi Calon Pengantin, Jakarta: PT. Fatayat NU, September 2007, h. 16
109
Een Sukaedah, “Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Sikap Terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja,” Studi Kasus pada siswa Kls.2 SMU Negeri Kota Tangerang
, h. 11
dari Hak Asasi Manusia HAM. Indonesia termasuk salah satu negara yang menandatangani kesepakatan tersebut.
Di antara hak-hak tersebut adalah: 1. Hak untuk menentukan jumlah anak;
2. Hak atas kesehatan seksual; 3. Hak untuk memperoleh informasi dan layanan kesehatan reproduksi.
110
Program kesehatan reproduksi di Indonesia bertujuan terutama meningkatkan kesadaran dan kemandirian masyarakat dalam mengatur fungsi dan peran
reproduksinya, termasuk kehidupan seksualnya, sehingga hak-hak reproduksinya dapat terpenuhi yang ada pada akhirnya menuju peningkatan kualitas hidupnya.
111
Adapun tujuan Program Kesehatan Reproduksi, antara lain adalah; 1. Meningkatnya kemandirian perempuan dalam memutuskan peran dan fungsi
reproduksinya; 2. Meningkatnya hak dan tanggung jawab sosial perempuan dalam
menentukan kehamilan, jumlah anak, dan jarak antara kehamilan dan meningkatnya peran sosial laki-laki terhadap akibat dari perilaku sosial dan
fertilitasnya kepada kesejahteraan isteri dan anak-anaknya.
112
110
Kartono Muhammad, Kespro sebagai Hak dalam Jurnal Perempuan, edisi Mei, 2007, Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, h. 11
111
Een Sukaedah, “Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Sikap Terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja...,
h. 12
112
Maria Ulfah, Kesehatan Reproduksi Bagi Komunitas Islam, h. 47
Berangkat dari penjelasan di atas, maka persoalan kehamilan harus menjadi concern
bersama, baik suami–isteri, masyarakat, dan pemerintah.
E. Pengaruh Usia Perkawinan terhadap Kesehatan Reproduksi