B. Syarat Dan Rukun Perkawinan
Pada dasarnya perdebatan tentang syarat dan rukun nikah merupakan masalah yang serius di kalangan para ulama dan imam mazhab. Sehingga terjadi silang
pendapat berkenaan dengan apa yang termasuk rukun dan mana yang tidak. Bahkan terjadi perbedaan pendapat dalam menentukan mana yang termasuk rukun dan mana
yang termasuk syarat. Bisa jadi sebagian ulama menyebutnya rukun dan sebagian lain menyebutnya syarat.
40
Menurut penelitian Khoiruddin Nasution, berkesimpulan bahwa tidak seorang pun fuqaha konvensional yang secara tegas memberikan definisi syarat dan rukun
perkawinan. Ada memang beberapa fuqaha yang menyebutkan unsur mana yang menjadi syarat dan unsur mana yang menjadi rukun perkawinan. Namun jumlahnya
ulama yang menyebut sangat sedikit tidak mewakili.
41
Seperti halnya Abdur Rahman al-Jaziri dalam kitabnya Al-Fiqh ‘ala Mazahibi al-Arba’ah
menyebutkan yang termasuk rukun adalah al-ijab dan al-qabul di mana tidak ada nikah tanpa keduanya.
42
Senada dengan Sayyid Sabiq dalam Fiqh al-
40
Amir Nuruddin Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, Undang Undang No.11974 sampai KHI,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, cet.ke-ke-3, h. 60
41
Khoiruddin Nasution, Islam Tentang Relasi Suami dan Isteri: Hukum Perkawinan I, Yogyakarta: Academia dan Tafazza, 2004, Dilengkapi Perbandingan Undang-Undang Negara
Muslim, h. 27
42
Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqh ‘ala Mazahibi al-Arba’ah, Dar- al-Fikr, t.th, jilid IV, h. 12
Sunnah menyimpulkan pendapat fuqaha, rukun nikah terdiri dari ijab qabul.
Sedangkan ketentuan yang lain termasuk dalam syarat. Namun terlepas dari istilah yang digunakan oleh ahli hukum Islam di atas,
penulis dalam hal ini menggunakan istilah dan rukun syarat perkawinan yang diterima oleh sebagian besar ulama. Meskipun pada penempatannya berbeda-beda.
Karena pada dasarnya perlunya pengaturan syarat dan rukun adalah untuk merealisasikan pernikahan yang sakinah, mawaddah, warahmah agar tujuan
disyari’atkannya perkawinan dapat tercapai. Adapun rukun perkawinan yang disertai syarat-syarat tertentu tersebut,
diantaranya yaitu;
43
1. Adanya calon suami atau calon mempelai laki-laki. 2. Adanya calon isteri, atau calon mempelai perempuan.
3. Adanya Wali. 4. Ijab qabul.
5. Saksi Nikah. Adapun Undang-Undang Perkawinan menetapkan bahwa syarat-syarat
perkawinan diatur dalam Pasal 6 s.d Pasal 11 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yang pada pokoknya adalah sebagai berikut
44
: 1. Terdapat persetujuan kedua mempelai.
43
Zainuddin bin ‘Abd al-Aziz al-Malibary, Fath al-Mu’in bin Syarh al-Qalyubi, Semarang: Thoha Putra, t.th, h. 99
44
Lihat Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan, h. 142-143
2. Terdapat izin dari orang tuawali bagi calon mempelai yang belum berumur 21 dua puluh satu tahun.
3. Umur calon mempelai pria sudah mencapai 19 sembilan belas tahun dan mempelai wanita sudah mencapai 16 enam belas tahun.
4. Antara kedua calon mempelai tidak ada hubungan darah yang dilarang kawin. 5. Tidak terikat hubungan perkawinan dengan orang lain.
6. Tidak bercerai untuk kedua kali dengan suami atau isteri yang sama, yang hendak dikawini.
7. Bagi seorang wanita janda tidak dapat kawin lagi sebelum masa tunggu berakhir.
45
Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam telah diatur tentang rukun dan syarat perkawinan dalam Pasal 14 yaitu dalam satu perkawinan harus ada:
a. Calon suami, b. Calon isteri,
c. Wali Nikah, d. Dua orang saksi,
e. Ijab dan Kabul.
46
45
Lihat Sayuti Talib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, h.142-143
46
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, h. 116-117
C. Tujuan Dan Hikmah Perkawinan