C. Hubungan antara kualitas kehidupan bekerja dengan etos kerja.
Etos kerja merupakan semangat kerja yang didasari oleh nilai-nilai atau norma-norma tertentu yang mendatangkan semangat kerja lebih baik guna
memperoleh nilai dalam pekerjaan Harsono dan Santoso ,2006 dan Sukriyanto 2000. Etos kerja menentukan penilaian manusia yang diwujudkan dalam suatu
pekerjaan apakah bernilai baik atau tidak. Etos kerja juga merupakan suatu norma budaya yang mendukung seseorang
untuk melakukan dan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya berdasarkan keyakinan bahwa pekerjaan tersebut memiliki nilai instrinsik Hill, 1999.
Berdasarkan pendapat tokoh diatas, dapat dilihat bahwa etos kerja erat kaitannya dengan nilai-nilai yang dihayati secara intrinsik oleh seseorang. Hal ini diperkuat
oleh Hitt dalam Boatwright Slate, 2000 yang menyamakan etos kerja sebagai suatu nilai dan menyatakan bahwa gambaran etos kerja seseorang merupakan
gambaran dari nilai-nilai yang dimilikinya yang berfungsi sebagai panduan dalam tingkah lakunya.
Menurut jansen 1992, salah satu karakteristik etos kerja adalah bekerja dengan penuh tanggung jawab. Bentuk ini merupakan refleksi dari komitmen
organisasi seorang pekerja terhadap organisasi tempat ia bekerja. Komitmen
Universitas Sumatera Utara
karyawan memegang peranan penting dalam hal kelangsungan organisasi, dan sebaliknya ketiadaan komitmen karyawan memang menjadi sumber petaka bagi
kelangsungan organisasi Gross, 1996. Komitmen karyawan terhadap perusahaan tercermin dalam kinerja karyawan, semakin tinggi komitmen karyawan, maka
kinerjanya akan semakin baik Steers dan Porter, 1983. Menurut Boatwright dan Slate 2000, semakin lama individu bekerja,
semakin tinggilah etos kerja yang ia miliki. Semakin lama individu bekerja, maka semakin tinggilah kemungkinan individu untuk memperoleh kesempatan untuk
mengembangkan dan menggunakan kapasitasnya dan memperoleh peluang untuk pertumbuhan dan mendapatkan jaminan. Kedua hal diatas akan membentuk persepsi
seseorang terhadap kualitas kehidupan bekerjanya Walton, dalam Kossen 1986. Faktor-faktor penentu komitmen karyawan terhadap organisasi, antara lain:
kepuasan akan imbalan yang layak, pekerjaan mental yang menantang, kondisi kerja yang mendukung, dan rekan kerja yang mendukung Chiu dan Chen, dalam
Hasanbasri, 2007. Ketiga faktor ini penting untuk membentuk kualitas kehidupan bekerja yang kondusif bagi karyawan Schermelon, dalam Alwi 2001.
Kualitas kehidupan bekerja merupakan pesepsi seorang pekerja, yaitu bagaimana pekerja melihat kesejahteraannya, suasana dan pengalamannya dimana ia
Universitas Sumatera Utara
bekerja, yang mengacu kepada bagaimana efektifnya lingkungan pekerjaan memenuhi keperluan-keperluan pribadi pekerja sendiri.
Kualitas kehidupan bekerja didefinisikan oleh Lau May 1998 sebagai strategi tempat kerja yang mendukung dan memelihara kepuasan karyawan dengan
tujuan untuk meningkatkan kondisi kerja karyawan dan organisasi serta keuntungan untuk pemberi kerja. Kualitas kehidupan bekerja juga telah dikenal sebagai suatu
konstruk yang bersifat multi dimensi. Beberapa konsep dan perbincangan mengenai kualitas kehidupan bekerja meliputi keselamatan kerja, sistem penggajian yang baik,
upah yang tinggi, kesempatan untuk berkembang, keterlibatan para pekerja, dan peningkatan produktivitas organisasi Havlovic, Straw Heckscher, Scobel, dalam
Lau May, 1998. Konsep-konsep di ataslah yang akan mempengaruhi etos kerja karyawan terhadap pekerjaan yang ia lakukan.
Dalam penelitian ini akan dilihat sejauh mana hubungan antara kualitas kehidupan bekerja dengan etos kerja yang dimiliki pekerja.
D. Hipotesa Penelitian