5.2 Sikap Suami tentang Asuhan Kehamilan
Berdasarkan hasil penelitian tentang sikap suami terhadap asuhan kehamilan diperoleh sikap yang paling banyak pada kategori sikap cukup yaitu
dari 55 responden terdapat 30 responden 54.5 mempunyai sikap yang cukup terhadap asuhan kehamilan. Dapat diketahui dari ada sebanyak 45.5 suami yang
setuju pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan dipuskesmas atau tenaga kesehatan, 40 tidak setuju ibu hamil melakukan pekerjaan yang berat ,
menjawab tidak setuju 36.4 masalah kehamilan hanya merupakan urusan ibu hamil, hanya 20 suami yang menjawab setuju bahwa kehamilan tidak perlu
diketahui oleh suami serta sebanyak 72.7 yang menjawab setuju bila membantu menyiapkan kebutuhan istri dapat dilakukan oleh suami.
Menurut Sunaryo2004 faktor penentu sikap seseorang salah satunya adalah faktor komunikasi sosial. Informasi yang diterima individu tersebut dapat
menyebabkan perubahan sikap pada diri individu tersebut. Positif atau negatif informasi dari proses komunikasi tersebut tergantung seberapa besar hubungan
sosial dengan sekitarnya mampu mengarahkan individu tersebut bersikap dan bertindak sesuai dengan informasi yang diterimanya. Hal ini dapat dilihat dari
jawaban responden yang memperoleh informasi dari petugas kesehatan cenderung bersikap positifbaik yaitu sebanyak 16 orang 64.0, tidak ada responden yang
bersikap baik yang memperoleh informasi dari Tvradiomedia massa, yang memperoleh informasi dari temankeluarga ada 7.7 yang bersikap baik dan
sebanyak 14.3 yang bersikap baik yang memperoleh informasi dari pengalaman. Sementara Maulana 2009 Sikap dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Sehingga diketahui adanya responden yang bersikap negatif bisa
Universitas Sumatera Utara
disebabkan karena kecendrungan dan kebiasaan dari diri mereka sendiri faktor internal yaitu tidak mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam
situasi dan kondisi yang sebenarnya, meskipun sebenarnya mereka tahu bahwa kehamilan merupakan masa yang penting dan ibu memerlukan perhatian selama
kehamilannya. Dari hasil penelitian dapat dilihat dimana berdasarkan pendidikan
responden dengan kategori sikap baik terdapat pada responden dengan pendidikan Universitas yaitu 1 orang 100, sementara responden pada tingkat pendidikan
SD didapati sikap kurang yang paling banyak yaitu sebanyak 2 orang 50. Hal ini dapat menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
semakin besar kemungkinan untuk memperoleh kesempatan mendapatkan informasi dimana responden dengan pendidikan universitas akan lebih banyak
mendapat informasi dari perkuliahannya dahulu. Sementara responden yang berpendidikan rendah cenderung memiliki sikap negatif.
Sementara dari segi faktor eksternal hal ini dapat disebabkan masih kuatnya budaya patrilineal yang yang melekat pada diri suami yang pada
umumnya adalah suku Batak Toba dimana para suami menganggap mereka adalah kepala rumah tangga maka wanita hanya bertugas melayani kebutuhan dan
keinginan suami sehingga untuk pemenuhan kebutuhan termasuk gizi suami lebih dinomor satukan karena merupakan kepala rumah tangga dan yang mencari
nafkah yang kemudian mengakibatkan asupan gizi istri terutama yang sedang hamil menjadi kurang.
Universitas Sumatera Utara
5.3 Partisipasi Suami terhadap Asuhan Kehamilan