Pengaruh Persepsi tentang KB Pria Terhadap Partisipasi Suami dalam ber-KB

masih ada perbedaan pendapat di mana ada ulama yang membolehkan dan ada yang tidak membolehkan. Temuan di Jawa Tengah dan Jawa Timur tahun 2001 melalui wawancara dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat pada prinsipnya dapat menerima KB sebagai alat untuk menjarangkan dan mengatur kelahiran, tetapi kurang setuju bila KB untuk membatasi kelahiran. Berdasarkan hasil wawancara sebahagian besar responden memeluk agama Islam yaitu sebanyak 63 orang 74,1 . Responden masih merasa bahwa vasektomi tidak sesuai dengan ajaran agama dan melanggar aturan yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Menurut wawancara yang dilakukan terhadap petugas lapangan KB, masyarakat di wilayah Kelurahan Hamdan masih sulit diajak untuk ber-KB terutama para suami. Meskipun mereka memiliki banyak anak dan berada pada tingkat ekonomi menengah ke bawah. Alasan yang dikemukakan bahwa KB terutama vasektomi bertentangan dengan keyakinannya. Hal ini tampak dari hasil penelitian yang menunjukkan hanya ada 4 orang 23,5 responden yang menggunakan metode vasektomi, selebihnya yaitu sebanyak 13 orang 76,5 menggunakan kondom. Responden merasa yakin bahwa setiap anak telah diberikan rizki oleh Tuha n. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan ada perbedaan antara responden yang beragama Islam dengan yang nonmuslim dalam berpartisipasi dalam ber-KB. Dari keseluruhan responden, 63 orang 74,1 beragama Islam dan hanya 9 orang yang menjadi akseptor KB pria, sedangkan 54 orang tidak menggunakan KB pria.

5.1.2. Pengaruh Persepsi tentang KB Pria Terhadap Partisipasi Suami dalam ber-KB

Hasil uji statistik dengan regresi logistik berganda menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel persepsi tentang KB pria terhadap Universitas Sumatera Utara partisipasi suami dalam ber-KB p=0,015. Artinya, terjadi peningkatan partisipasi pria dalam ber-KB seiring dengan persepsi yang semakin baik tentang KB pria B=0,335. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Nunuk 2004, yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara persepsi dengan penggunaan kontrasepsi pada pria OR=5,05 ; Cl=0,95 di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Suami yang memiliki persepsi positif tentang KB pria cenderung untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan mereka yang memiliki persepsi negatif. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa responden yang memiliki persepsi baik memiliki proporsi yang paling besar dalam berpartisipasi dalam ber-KB 36,5. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik persepsi responden maka semakin meningkat partisipasinya terhadap KB pria. Hal ini sejalan dengan penelitian Kotler yang dikutip oleh Nurazizah 2004, yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah faktor psikologis atau persepsi. Responden memiliki persepsi buruk tentang vasektomi. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan responden yang menyatakan bahwa vasektomi sama dengan dikebiri yaitu sebanyak 38 orang 44,7. Vasektomi dianggap tidak layak dijadikan sebagai salah satu metode kontrasepsi karena apabila responden ingin dikembalikan kesuburannya maka hal itu sulit dilakukan sehingga membutuhkan pertimbangan yang benar-benar matang. Bahkan seorang responden yang telah memiliki 3 orang anak tidak mengetahui bahwa ada kontrasepsi menggunakan metode vasektomi. Setelah Universitas Sumatera Utara dijelaskan beliau langsung menyatakan ketidaksetujuannya, meskipun telah dijelaskan bahwa vasektomi tidak sama dengan kebiri. Berdasarkan wawancara dengan petugas lapangan KB, kesulitan yang paling dirasakan dalam meningkatkan cakupan KB pria terutama adalah faktor agama kemudian persepsi yang salah tentang KB pria. Masyarakat masih beranggapan bahwa vasektomi dapat menyebabkan kerusakan atau disfungsi seksual. Masyarakat juga merasa khawatir jika ada keluhan yang dirasakan akibat vasektomi, peluangnya sangat kecil untuk melakukan penyambungan kembali. Petugas juga mengemukakan jika menggunakan kondom, para suami merasa membutuhkan dana yang tidak sedikit, sedangkan untuk memperolehnya di pelayanan kesehatan yang ada mereka merasa malu.

5.1.3. Pengaruh Umur Terhadap Partisipasi Suami dalam ber-KB