BAB III GAMBARAN UMUM
YOUTH ISLAMIC STUDY CLUB YISC AL-AZHAR JAKARTA
A. Sejarah Tentang Youth Islamic Study Club YISC Al-Azhar
Mei 1971, Rabu sore itu Majelis Taklim Kaum Ibu Masjid Al-Azhar
berlangsung marak. Tema yang dibahas cukup menarik para jamaah, yakni masalah keluarga di kota besar yang sedang mengalami disiintegrasi pada
periode awal pembangunan nasional. Majelis Taklim kaum ibu itu ternyata juga banyak dihadiri oleh remaja putri yang belum menikah sementara topik
yang dibahas dalam pengajian itu tidak hanya terbatas hanya pada topik mengatur rumah tangga, merawat anak, mendisain rumah, manajemen
keuangan dan perilaku suami yang nyeleneh setelah naik daun dalam karirnya, juga kadang membahas masalah sex.
Pembahasan yang dibawakan oleh pembicara secara terbuka dan secara terus terang populer dan memikat tersebut tak urung kadang membuat
susana yang riuh. Tak terkecuali senyum yang dikulum, tawa tertahan disertai rona wajah juga milik dua gadis yan duduk di pojok masjid. Mereka adalah
Farida Hayati Tobri, dan Filomena Ibrahim yang kala itu masih muda belia.
Mereka berdua masih duduk di tingkat I Universitas Indonesia. Rona merah yang tergores pada wajah mereka menunjukkan rasa sungkan dan malu
mendengar pengajian tersebut. Diam-diam, hal itu diperhatikan oleh seorang ibu yang duduk disamping mereka. Ibu yang arif itu, ibu R. Basari Husna
adalah salah seorang pengurus Pengajian Ibu-ibu Al-Azhar Rabu Sore.
34
35
Dengan jiwa keibuannya, Ibu Basari Husna dapat merasakan betapa sungkan-nya kedua gadis itu menyusaikan diri dengan ibu-ibu di Majlis
tersebut. Adat-istiadat mengajarkan, remaja seperti mereka belum patut mengetahui banyak romantika asmara dan keluarga. Dengan bijak, ibu Basari
mendekati kedua remaja itu untuk saling kenal dan bertukar pikiran tentang cita-cita dan keIslaman. Gayung bersambut, kata berjawab, akhirnya
muncullah kesepakatan untuk melahirkan pengajian yang dikelola oleh dan untuk kaum remaja.
Rintisan itu mulanya dikonfirmasikan dengan beberapa mahasiswa yang demen nongkrong di Masjid Al-Azhar, antara lain Sabit Kertalegawa,
Muhammmad Anwar, Euis Rodiah dan banyak lagi yang lainnya sehingga
terkumpul 20 orang remaja.Saat itu dilakukan usaha penghimpunan dana dan berhasil terkumpul sejumlah 70 ribu rupiah cukup lumayan untuk masa itu.
Pengajian perdana pun dimulai pada tanggal 2 Rabiul Awal 1391 H,
bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW atau tanggal 16 Mei 1971
M. Penceramah kala itu adalah Bapak Prof. Usman Ralibi. Tanggal tersebut