Penceramah kala itu adalah Bapak Prof. Usman Ralibi. Tanggal tersebut

35 Dengan jiwa keibuannya, Ibu Basari Husna dapat merasakan betapa sungkan-nya kedua gadis itu menyusaikan diri dengan ibu-ibu di Majlis tersebut. Adat-istiadat mengajarkan, remaja seperti mereka belum patut mengetahui banyak romantika asmara dan keluarga. Dengan bijak, ibu Basari mendekati kedua remaja itu untuk saling kenal dan bertukar pikiran tentang cita-cita dan keIslaman. Gayung bersambut, kata berjawab, akhirnya muncullah kesepakatan untuk melahirkan pengajian yang dikelola oleh dan untuk kaum remaja. Rintisan itu mulanya dikonfirmasikan dengan beberapa mahasiswa yang demen nongkrong di Masjid Al-Azhar, antara lain Sabit Kertalegawa, Muhammmad Anwar, Euis Rodiah dan banyak lagi yang lainnya sehingga terkumpul 20 orang remaja.Saat itu dilakukan usaha penghimpunan dana dan berhasil terkumpul sejumlah 70 ribu rupiah cukup lumayan untuk masa itu. Pengajian perdana pun dimulai pada tanggal 2 Rabiul Awal 1391 H, bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW atau tanggal 16 Mei 1971

M. Penceramah kala itu adalah Bapak Prof. Usman Ralibi. Tanggal tersebut

kemudian disepakati sebagai hari jadi Milad Youth Islamic Study Club YISC Al-Azhar, Organisasi yang berada di bawah naungan YPI Al-Azhar Bagian Kepemudaan. Berdirinya Youth Islamic Study Club cukup mendapat respon positif dari masyarakat. Pada masa itu cukup ngetrend kelompok-kelompok atau geng-geng muda-mudi yang kebanyakan mempunyai kecenderungan memuja prilaku negatif, hedonis dan mbalelo dari norma-norma kehidupan yang berlaku di masyarakat kita. Gejolak dan perilaku sosial itu mengarah pada 36 ekses negatif, hal ini tentu saja teramat memprihatinkan. Hal itu juga ditambah lagi dengan menyusutnya organisasi-organisasi kepemudaan. Dengan latar belakang demikianlah kegiatan Youth Islamic Study Club memberi alternatif kegiatan bagi kaum muda saat itu. Kajian demi kajian mewarnai aktivitas remaja Masjid Al-Azhar ini. Penceramah yang tampil diantaranya HM Rasyidi, Prof. Dr. Zakiyah Drajat dan Buya Hamka. Tokoh-tokoh tersebut dikenal memiliki komitmen yang tinggi dalam membina umat dan beliau-beliau itulah yang secara aktif membimbing generasi muda Al-Azhar kala itu. Dilihat dari proses kelahirannya, Youth Islamic Study Club memang merupakan organisasi yang sangat sederhana dan tanpa tujuan yang muluk- muluk. YISC berorientasi menggugah semangat beragama secara kontekstual. Pendidikan yang diadakan YISC lebih berfungsi sebagai pembekalan untuk kehidupan sehari-hari. Keinginan untuk melakukan dialog-dialog keagamaan tanpa melupakaan konteksnya terhadap kehidupan merupakan visi belajar YISC. Bagi sahabat-sahabat yang terbiasa dengan lingkungan yang homogen dalam beragama mungkin merupakan kesempatan yang baik untuk belajar memahami berbagai macam perbedaan di YISC. Dalam perjalanannya hingga kini, YISC telah mengukir banyak prestasai melalui kegiatan-kegiatannya yang bersifat perintis atau pionir, pengembangan diri, serta kegiatan yang bermanfaat bagi kepentingan umat. Dalam lima tahun terakhir kegiatan YISC antara lain: Jambore dan Baksos di Lebak 97; Dapur Reformasi 98; Sunatan Massal 99. Kegiatan 37 pada Tahun 20002002: Posko Bengkulu; Gempita Anak Sholeh; Dialog Interaktif di Cafe; Pesantren Anak Bank Mandiri; Pesantren Anak Pertamina Balongan, Festival Nasyid Sejabotabek; Orasi Kebudayaan; Silaturahmi Remaja Masjid; YISC Peduli Thallasaemia; dan berbagai kegiatan rutin seperti Muhasabah Tahun Baru, Cahaya Ramadhan Cahaya Masjid. Pada peringatan Hari Idul Adha, YISC tercatat telah melakukan kegiatan pemotongan dan pembagian hewan qurban di daerah yang tingkat ekonominya memang perlu dibantu, Desa Dago, Parung, Bogor . Kegiatan yang sama dilakukan pada tahun berikutnya di Desa Cibeuteung Muara, Parung pada tanggal 23 Februari 2002. Kepedulian YISC terhadap kaum dhuafa diwujudkan melalui kegiatan rutin yang bersifat pembinaan adik asuh yang berasal dari kalangan keluarga kurang mampu. Kegiatan ini berada dalam wadah Pembinaan Adik Asuh YISC atau lebih dikenal dengan PAYISC.

B. Profil Organisasi