29 3
Hindari pemberian apapun melalui mulut bayi selain ASI. Bayi bisa tersedak
4 Baringkan bayi pada alas keras pada punggungnya atau pada sisi
badannya. 5
Hindari penggunaan bantal pada kepala bayi dan tempat tidurnya. d.
Mencegah infeksi 1
Cuci tangan selalu sebelum memegang bayi. 2
Jaga tali pusat bayi dalam keadaan bersih selalu dan letakkan popok dibawah tali pusat. Jika pusat kotor, cuci basuh dengan air bersih yang
telah dimasak. Jangan memberi apapun pada pusat bayi. 3
Muka, pantat dan tali pusat bayi perlu dibersihkan dengan air bersih dan hangat dengan sabun setiap hari.
4 Jaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan pastikan siapapun
yang memegaang bayi mencuci tangannya terlebih dahulu.
2. Tanda-tanda Bahaya pada Bayi Baru Lahir
1. Pernafasan : sulit atau lebih dari 60 kali per menit
2. Kehangatan : terlalu panas 38
C atau terlalu dingin 36
6. Tinjakemih : tidak berkemih dalam tiga hari, atau tidak berkemih
dalam 24 jam. C.
3. Warna : kuning terutama pada 24 jam pertama. Biru atau
pucat. 4. Pemberian makan
: hisapan lemah, mengantuk berlebihan, rewel, banyak muntah, tinja lembek, ada lendir atau darah pada tinja.
5. Tali pusat : merah, bengkak, keluar cairan nanah, bau busuk.
30 7. Aktifitas
: menggigil atau tangis yang tidak biasa, rewel, lemas, terlalu mengantuk, kejang.
Hal yang harus dilakukan apabila terjadi tanda bahaya pada ibu dan bayi baru lahir adalah segera melaporkan pada petugas kesehatan atau membawa ke petugas
kesehatan agar segera mendapat pertolongan Pusdiknakes, 2003.
C. Partisipasi Suami dalam Asuhan Masa Nifas
Pengertian partisipasi dalam kesehatan reproduksi adalah bentuk nyata dari kepedulian dan keikutsertaan suami dalam pelaksanaan upaya-upaya kesehatan
reproduksi. Asuhan masa nifas merupakan salah satu bentuk dari upaya pemeliharaan reproduksi BKKBN, 2000. Kesehatan reproduksi merupakan suatu kesehatan dalam
keadaan sempurna baik fisik, mental, sosial dan lingkungan serta bukan semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan
sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya BKKBN, 2001. Pandangan baru yang perlu diperkenalkan dan lebih disosialisasikan kembali untuk memberdayakan kaum suami
mendasarkan pada pengertian bahwa : Suami memainkan peranan yang sangat penting terutama dalam pengambilan keputusan berkenaan dengan kesehatan reproduksi
pasangannya, suami sangat berkepentingan terhadap kesehatan reproduksi pasangannya, saling pengertian serta kesetimbangan peranan antara kedua pasangan dapat membantu
meningkatkan perilaku yang kondusif terhadap peningkatan kesehatan reproduksi. Pasangan yang selalu berkomunikasi tentang rencana keluarga maupun kesehatan
reproduksi antara satu dengan yang lainnya akan mendapatkan keputusan yang lebih efektif dan lebih baik. Begitu pentingnya partisipasi suami dalam asuhan mulai dari
kehamilan sampai masa nifas, namun ini keadaan masih merupakan bagian kecil dalam