Hubungan Melalui Facebook Yang Dialami Mahasiswa USU Dalam Perspektif Fenomenologi

(1)

HUBUNGAN MELALUI FACEBOOK YANG DIALAMI MAHASISWA USU DALAM PERSPEKTIF FENOMENOLOGI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1)

Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi Disusun Oleh :

FIRSTY PUTRI YOSLIN GIRSANG 080904038

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Hubungan Melalui Facebook Yang dialami Mahasiswa USU dalam Perspektif Fenomenologi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Latar belakang, pendapat, ketertarikan serta manfaat yang dialami Mahasiswa USU dalam menjalin hubungan melalui facebook. Subjek atau informan dalam penelitan ini adalah Mahasiswa USU dengan jumlah informan sebanyak lima orang. Objek penelitian ini adalah semua hal yang melekat dan terdapat pada jalinan hubungan melalui Facebook yang dialami mahasiswa USU. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif melalui paradigma fenomenologi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi dan studi literatur. Teknik analisis data menggunakan metode pendekatan fenomenologi transdental ( fenomenologi klasik) yang terdiri dari empat tahap, yaitu: epoche, reduksi fenomenologi, variasi imajinasi dan yang terakhir sintesis makna dan esensi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada banyak jenis hubungan yang terbentuk melalui facebook. Facebook dapat mendatangkan banyak manfaat bagi penggunanya serta juga menjadi wadah awal terbentuknya hubungan yang berkualitas.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat, rahmat dan kasihNya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Hubungan Melalui Facebook Yang Dialami Mahasiswa USU Dalam Perspektif Fenomenologi, guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Peneliti menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini mengingat terbatasnya waktu, pengetahuan dan kemampuan peneliti. Oleh karena itu, dengan hati yang tulus dan iklas peneliti menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca dan nantinya berguna di hari yang akan datang.

Peneliti juga ingin menyampaikan terima kasih yang mendalam kepada kedua orang tua peneliti, Bapak Drs. Jonsen Girsang M.Pd dan Ibunda Rosa Delina Saragih, S.Pd yang selalu menjaga, mendoakan, memberi nasehat, semangat serta dukungan moral dan materi. Peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Adik-adik peneliti, Lydwine, Frederik, Lyoni dan Carolus. Terimakasih buat doa dan dukungan dari kalian selama ini hingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini. Tak lupa pula peneliti ucapkan terimakasih kepada seluruh keluarga, opung, tante, bou, panggi, kela, tulang, mami dan sepupu-sepupu yang tak bisa peneliti sebutkan satu per satu.


(4)

Dalam kesempatan ini peneliti juga menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku dekan FISIP USU.

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A dan Ibu Dra. Dayana Manurung, M.Si

selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

3. Ibu Dra.Inon Beydha, M.Si, Ph.D selaku dosen pembimbing peneliti yang

senantiasa meluangkan waktu serta sabar dalam membimbing peneliti dalam mengerjakan penelitian ini. Terimakasih, buat setiap nasehat dan cerita yang memotivasi yang sangat berharga bagi Peneliti.

4. Bapak Drs. Humaizy M.A selaku dosen wali peneliti yang senantiasa

membimbing peneliti dari dimulainya semester satu hingga akhir.

5. Seluruh dosen/staf pengajar di Fakultas Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, khususnya para dosen Departemen Ilmu Komunikasi. Terimakasih yang tulus peneliti sampaikan atas jasa-jasa yang telah diberikan selama perkuliahan.

6. Kak Cut, Kak Maya dan Kak Ros yang telah membantu pada setiap urusan

adminitrasi yang diperlukan peneliti.

7. Kepada Archiman Simbolon S.H, kekasih, abang sekaligus sahabat yang

selalu ada di sisi peneliti yang dengan sabar memberi nasihat, kritikan dan cintanya untuk peneliti.

8. Sahabat-sahabat peneliti yang telah menghabiskan waktunya bersama

peneliti, berbagi suka dan duka dan tumbuh dewasa bersama. Terimakasih sahabat-sahabatku Monika, Ester, Theresia, Siqa, Isty, Stevany, Melisa,


(5)

Niko, Agust, Desi, Rani, Uly, Iboy, Dwiko, Ola, Tina. Kita memang tak akan selalu bersama-sama, tapi hati kita tak akan pernah terpisahkan.

9. Teman-teman seperjuangan Koncho, Hendra, Ibam, Suci, Bella, Bebe, dan

yang lainnya yang juga berjuang bersama peneliti dalam menyelesaikan skripsi kami.

10.Kepada seluruh kakanda, teman-teman dan adinda di GMKI FISIP USU,

yang sudah menjadi tempat peneliti bertumbuh dan menjalin persaudaraan yang indah selama menjalani perkuliahan.

11.Abang, kakak, teman dan adek Pemuda GKPS Jalan Sudirman Pematang

Siantar, tempat peneliti bernaung dan belajar menjadi pemuda kristen yang sesungguhnya.

12.Kepada Maktua, Sara, Ipan, Bang Andy, Kak Siska Yohana, Ana, Nciho,

Arta, Lusi, Tary, Rosi dan seluruh penghuni Hartila Kost yang telah menjadi saudara dan tempat bernaung peneliti selama empat tahun terakhir.

13.Informan-informan yang telah bersedia meluangkan waktu dan berbagi

pengalamannya dalam menjalin hubungan melalui facebook pada peneliti.

14.Keluarga besar komunikasi angkatan 2008 yang sudah lama bersama-sama

dengan peneliti menimba ilmu yaitu kurang lebih empat tahun. Terima kasih buat semua kenangannya selama ini. Semoga kita dapat meraih apa yang kita cita-cita kan dan selalu berusaha untuk berikan yang terbaik

15.Semua pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan penelitian ini,


(6)

Akhir kata peneliti mengucapkan terimakasih atas bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak, semoga Tuhan Yesus Kristus akan membalasnya dengan limpahan rahmat kepada kita semua.

Medan, Agustus 2012 Peneliti,


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. .. Konteks Masalah ... 1

1.2. Fokus Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

2.1. Paradigma Penelitian ... 7

2.2. Kajian Pustaka ... 13

2.3. Model Teoretik ... 15

2.3.1. Media Digital dan Facebook ... 15

2.3.2. Pengungkapan Diri di Dunia Maya ... 21

2.3.3. Technology Relationship/Hubungan secara Online... 24

2.3.4. Jenis-Jenis Hubungan ... 27

2.3.5. Mahasiswa... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 34

3.1. Metode Penelitian ... 34

3.2 Objek Penelitian ... 36

3.3. Subjek Penelitian... 36

3.4. Kerangka Analisis ... 38

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 40


(8)

3.5.2. Data Sekunder ... 41

3.6. Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1. Hasil Penelitian ... 44

4.1.1. Proses Penelitian ... 44

4.1.2. Teknis Data Primer dan Sekunder ... 46

4.2. Pembahasan ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

5.1. Kesimpulan ... 68

5.2. Saran ... 69

5.3. Interpretasi Penelitian ... 69

LAMPIRAN


(9)

DAFTAR GAMBAR

No.Gambar Halaman

Gambar II : Model Teoritis ……….33


(10)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Hubungan Melalui Facebook Yang dialami Mahasiswa USU dalam Perspektif Fenomenologi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Latar belakang, pendapat, ketertarikan serta manfaat yang dialami Mahasiswa USU dalam menjalin hubungan melalui facebook. Subjek atau informan dalam penelitan ini adalah Mahasiswa USU dengan jumlah informan sebanyak lima orang. Objek penelitian ini adalah semua hal yang melekat dan terdapat pada jalinan hubungan melalui Facebook yang dialami mahasiswa USU. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif melalui paradigma fenomenologi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi dan studi literatur. Teknik analisis data menggunakan metode pendekatan fenomenologi transdental ( fenomenologi klasik) yang terdiri dari empat tahap, yaitu: epoche, reduksi fenomenologi, variasi imajinasi dan yang terakhir sintesis makna dan esensi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada banyak jenis hubungan yang terbentuk melalui facebook. Facebook dapat mendatangkan banyak manfaat bagi penggunanya serta juga menjadi wadah awal terbentuknya hubungan yang berkualitas.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Konteks Masalah

Bidang teknologi informasi saat ini telah berkembang secara massal dan cepat. Teknologi tersebut telah berhasil mengubah bentuk masyarakat manusia, dari masyarakat manusia lokal menjadi masyarakat manusia global. Saat ini pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah mencakup berbagai bidang kehidupan menandai perubahan peradaban manusia menuju

masyarakat informasi. Internet berkembang demikian pesat sebagai kultur

masyarakat modern, dikatakan sebagai kultur karena melalui internet berbagai

aktifitas masyarakat cyber seperti berpikir, berkreasi, dan bertindak dapat

diekspresikan di dalamnya, kapanpun dan dimanapun. Kehadirannya telah membentuk dunia tersendiri yang dikenal dengan dunia maya (cyberspace) atau dunia semu yaitu sebuah dunia komunikasi berbasis komputer yang menawarkan realitas yang baru berbentuk virtual (tidak langsung dan tidak nyata).

Kecepatan dalam mengakses informasi telah menjadi hal yang wajib bagi setiap orang di muka bumi ini. Hampir semua kalangan memanfaatkan hasil dari teknologi. Hal ini dijawab oleh internet yang memudahkan setiap orang memperoleh dan menyebarkan informasi dengan cepat, murah dan menjangkau wilayah yang sangat luas. Komunitas masyarakat yang ikut bergabung di dalamnya pun kian hari semakin meningkat.

Kecenderungan masyarakat untuk berkonsentrasi dalam cyberspace

merupakan bukti bahwa internet telah membawa kemudahan-kemudahan bagi

masyarakat. Bagi sebagian orang munculnya fenomena ini telah mengubah perilaku manusia dalam berinteraksi dengan manusia lain, baik secara individual maupun secara kelompok. Di samping itu, kemajuan teknologi tentunya akan berjalan bersamaan dengan munculnya perubahan-perubahan di bidang kemasyarakatan.


(12)

Teknologi informasi yang berkembang secara pesat memberikan banyak manfaat baik itu dari segi keamanan, kenyamanan dan kecepatan. Hal ini dapat kita rasakan dalam kehidupan kita sehari-hari, misalnya saja saat melakukan pemesanan tiket pesawat, hotel, pembayaran tagihan telepon serta listrik, pemesanan barang secara online dan berbagai kemudahan lainnya. Aktivitas masyarakat yang dulunya membutuhkan waktu yang panjang kini dapat dilakukan dalam waktu yang sangat singkat.

Seiring berjalannya waktu, internet tidak lagi hanya menjadi sumber informasi tapi juga menyediakan tempat bagi interaksi antara para penggunanya. Hal inilah yang menjadi salah satu kelebihan internet dibanding media lainnya. Internet selain berfungsi sebagai media massa juga berfungsi sebagai media

antarpersonal melalui chatting dan email. Internet telah menjadi saluran

perubahan, percepatan, perluasan sekaligus perputaran gagasan. Salah satu fungsi media interner yang paling baru dan sangat diminati penggunanya saat ini adalah jejaring sosial.

Manusia terlahir sebagai mahkluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, ia membutuhkan interaksi dengan manusia lain dalam memenuhi kebutuhannya. Interaksi tersebut dikenal juga dengan istilah interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan orang per orang, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dan kelompok-kelompok manusia. (Soekanto, 2002: 62) .

Kebutuhan akan pemenuhan sifat dasar manusia tersebut sekarang tidak lagi hanya dapat dilakukan di dunia nyata. Dengan kehadiran situs jejaring sosial, interaksi dapat terjadi dengan lebih luas dan lebih beragam.

Situs jejaring sosial (social networking sites) merupakan suatu situs yang menawarkan berbagai macam cara untuk berkomunikasi melalui internet dengan orang-orang baru dari seluruh dunia. Situs ini mengizinkan seseorang untuk menciptakan halaman profil pribadi serta membangun jaringan pertemanan secara online dengan mudah dan sederhana. Pengguna situs ini dapat berkomunikasi


(13)

melalui profil mereka baik dengan teman-teman ataupun dengan orang-orang di luar daftar koneksi mereka.

Adanya situs jejaring sosial menunjukkan bahwa kehidupan manusia mengikuti pola berjejaring, bukan berkelompok. Kita adalah manusia berjejaring, bukan manusia berkelompok. Kehidupan nenek moyang kita yang hidup berkelompok sebenarnya belum menunjukkan hakikat hidup manusia yang sesungguhnya. Itu semacam kehidupan yang belum ditopang oleh kebudayaan yang lebih tinggi, sehingga hakikat kemanusiaan kita belum tampak. Hakikat manusia sebagai mahkluk berjejaring masih terpendam sampai akhirnya menemukan perangkat budaya yang memungkinkan kita hidup berjejaring, salah satunya situs jejaring sosial (Fahmi, 2011:25).

Saat ini tersedia banyak website jejaring sosial yang kita ketahui bisa diakses di internet secara cuma-cuma seperti; Friendster, Myspace, Flickr, Twitter dan yang paling fenomenal saat ini adalah Facebook. Memang tidak dapat dipungkiri saat ini twitter juga fenomenal dan banyak diperbincangkan, namun pengguna twitter tidak seberagam facebook dimana kita bisa menemukan orang dengan status sosial dari konglomerat hingga tukang bakso keliling. Hal ini menunjukkan bahwa di facebook diminati oleh beragam kalangan.

Facebook atau disingkat FB adalah situs jejaring sosial yang populer yang

diluncurkan pada tanggal 4 Februari 2004. Facebook didirikan oleh Mark

Zuckerberg, yang merupakan seorang mahasiswa Harvard University. Pada

awalnya facebook ini sendiri keanggotaannya hanya dibatasi untuk mahasiswa

dari Harvard saja, karena banyak yang tertarik dengan jejaring sosial ini, maka beberapa tahun kemudian berkembang hingga sampai ke berbagai belahan dunia (http://www.asal-usul.com/2011/03/facebook-data-dan-fakta-sejarah.html)

Aplikasi yang terdapat dalam facebook memungkinkan setiap orang yang

memiliki account untuk menampilkan informasi personal, seperti hobi, musik

favorit, kampung halaman, tempat tinggal begitu juga dengan foto atau gambar pribadi. Selain itu, pengguna juga dapat mengirimkan pesan yang setara dengan

fasilitas pesan elektronik lainnya, dan facebook juga menampilkan dan

menyediakan informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan situs jaringan sosial online lainnya.


(14)

Perkembangan facebook begitu pesat, berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan oleh compete.com pada Januari 2009 facebook mendapat peringkat

pertama sebagai situs jaringan sosial yang paling banyak digunakan di dunia setiap bulan oleh para pengguna aktifnya (http://compete.com)

Boyd menyatakan bahwa facebook sebagai sebuah situs jaringan sosial

memudahkan individu untuk bertemu dengan orang lain yang memiliki minat yang sama, mendukung hubungan renggang, dan khususnya memudahkan individu untuk mengakses jaringan teman-teman dan orang lainnya, yang berpotensi membuat jaringan pertemanan menjadi lebih luas dan lebih heterogen (Kito, 2005) .

Dalam dunia online individu bertemu dan berkenalan dengan orang lain pada kelompok dengan minat yang sama. Hal ini memudahkan individu untuk memperoleh informasi satu sama lain dan memfasilitasi terjadinya komunikasi.

Pada dasarnya, semua orang memiliki satu kebutuhan yang sama yakni kebutuhan untuk saling terhubung satu sama lain. Hal ini semakin dipermudah dengan adanya facebook. Beberapa kejadian unik, menarik bahkan mengagumkan yang belum pernah terjadi sebelumnya, terjadi melalui situs jejaring sosial yang merupakan fenomena baru dalam kehidupan kita saat ini.

Kehadiran situs jejaring sosial seperti facebook telah mengubah cara

orang berperilaku. Komunikasi tatap muka mulai berkurang intensitasnya, diganti oleh komunikasi secara online melalui situs jejaring sosial. Cara kita mencari teman mulai berubah, tidak lagi harus bertemu dan mencari kesempatan yang pas. Mengungkapkan perasaan secara terbuka lebih memungkinkan dilakukan dengan situs jejaring sosial. Kita bisa menjadi populer seiring kepopuleran kita di dunia maya.

Saat ini, hanya dengan memiliki satu profil di situs facebook, seseorang dapat mengakses siapa saja yang hendak diajak berkomunikasi. Melalui situs ini, seseorang bisa menemukan teman lama, mencari teman baru, mempertahankan teman yang sudah dijalin di dunia nyata, mencari pasangan, mencari komunitas yang disukai.


(15)

Facebook yang telah mendunia ini juga tentunya mempunyai dampak negatif bagi penggunanya. Ada saja orang yang tertipu oleh teman facebook-nya, bahkan ada yang sampai terluka dan mengalami berbagai hal buruk lainnya. Tetapi disini peneliti lebih tertarik untuk menyoroti dampak positif dan segala hal mengagumkan yang bisa didapat dari facebook.

Kenyataan- kenyataan di atas membuat peneliti tertarik untuk melihat lebih dalam, apakah pertemanan di facebook dapat mempengaruhi kehidupan seseorang di dunia nyata. Peneliti pula ingin mengetahui ikatan-ikatan serta manfaat yang dimunculkan oleh facebook pada penggunanya.

Jenjang usia pengguna facebook secara aktif yaitu antara 15 hingga 23 tahu ataupun mahasiswa. Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan, mahasiswa dengan segala kebutuhan sosialnya diketahui sebagai salah satu pengguna facebook yang paling aktif. Kalangan terpelajar ini umumnya banyak menghabiskan waktunya di dunia maya, dalam hal ini facebook. Sebagian besar diantara mereka mengalami pertemanan melalui facebook.

Ada beberapa hal yang mendasari peneliti memilih mahasiswa USU sebagai subjek penelitian. Peneliti telah melakukan pengamatan di lapangan, dan menemukan bahwa mahasiswa USU adalah sebagai subjek penelitian yang mengalami pertemanan melalui facebook. Selain itu pula, peneliti meyakini bahwa mahasiswa USU adalah subjek yang tepat untuk diteliti karena selain mudah ditemukan di sekitar peneliti, juga akan menghemat waktu dan biaya dalam melakukan penelitian.

1.2Fokus Masalah

Pertemanan yang terjadi melalui facebook tidak terjadi begitu saja. Tentu ada penyebab dan hal-hal yang mendukung terjadinya hal tersebut. Demikian pula, pertemanan yang terjadi tersebut dapat mendatangkan manfaat bagi penggunanya. Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan masalah pada pertemanan yang terjadi melalui facebook yang dialami mahasiswa USU. Pertemanan tersebut termasuk di dalamnya, bagaimana pertemanan itu terjadi,


(16)

bagaimana kelanjutannya di dunia nyata dan manfaat apa yang diperoleh mahasiswa dari pertemanan tersebut. Berdasarkan hal-hal diatas maka dapat dirumuskan fokus masalah dalam peneltian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimana pertemanan yang terjadi melalui facebook yang dialami mahasiswa USU?”.

1.3Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti tentunya memiliki tujuan tertentu. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi terjalinnya pertemanan

melalui facebook yang dialami mahasiswa USU.

2. Untuk mengetahui bagaimana pertemanan tersebut berjalan kemudian,

apakah hanya mampu bertahan di dunia maya atau berlanjut ke dunia nyata.

3. Untuk mengetahui apakah pertemanan yang terjalin berpengaruh pada

kehidupan mahasiswa USU di dunia nyata.

4. Untuk mengetahui keterikatan serta manfaat seperti apa yang diperoleh mahasiswa USU dari pertemanan melalui facebook tersebut.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Secara Teoritis, penelitian ini merupakan penerapan ilmu yang

diperoleh peneliti selama kuliah serta menambah wawasan peneliti mengenai pertemanan yang terjalin melalui dunia maya khususnya facebook .

2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah dan

memperkaya bahan penelitian, bahan referensi, serta sumber bacaan tentang penelitian fenomenologi yang masih sedikit jumlahnya di lingkungan Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.


(17)

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pikiran dan masukan kepada pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini.


(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Paradigma Kajian

Manusia memiliki paradigma tersendiri dalam memaknai sebuah realitas. Pengertian paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigma menunjukkan sesuatu yang penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif, menunjukkan kepada praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau epistimologis yang panjang (Mulyana, 2003: 9).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan fenomenologi sebagai paradigma kajian. Kata fenomenologi berasal dari bahasa Yunani, phenomenon, yang berarti sesuatu yang tampak yang terlihat karena bercakupan. Dalam bahasa Indonesia biasa dipakai istilah gejala. Jadi, fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan fenomena atau segala sesuatu yang menampakkan diri (Praja, 2010: 179).

Pada dasarnya Fenomenologi adalah suatu tradisi pengkajian yang digunakan untuk mengeksplorasi pengalaman manusia. Seperti yang dikemukakan oleh Littlejohn (2008:37) bahwa fenomenologi adalah suatu tradisi untuk mengeksplorasi pengalaman manusia. Dalam konteks ini ada asumsi bahwa manusia aktif memahami dunia disekelilingnya sebagai sebuah pengalaman hidupnya dan aktif menginterpretasikan pengalaman tersebut.

Penelitian dalam pandangan fenomenologi berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan–kaitannya terhadap orang–orang yang berada dalam situasi– situasi tertentu. Inkuiri fenomenologi memulai dengan diam yang merupakan tindakan untuk menangkap pengertian sesuatu yang sedang diteliti. Inilah yang disebut sebagai fase Ephoce, yang merupakan penundaan perkiraan dan asumsi, penilaian dan interpretasi. Setelah itu mulai berusaha masuk ke dalam dunia


(19)

konseptual para subjek yang diteliti secara sedemikian rupa sehingga peneliti mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka di sekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari – hari. Ini merupakan fase reduksi fenomenologi dan fase variasi imajinatif (Moleong, 2006:16).

Teori atau preposisi yang dihasilkan dari studi fenomenologi adalah key learning atau pelajaran/hikmah penting apa yang muncul dari fenomena yang diteliti. Fenomenologi berbeda dengan etnometodologi atau cultural studies yang secara lebih serius menyorot peristiwa-peristiwa, sikap dan perilaku hingga makna simbol-simbol budaya yang berkembang di masyarakat. Fenomenologi umumnya berkaitan dengan fenomena perilaku manusia.Asumsi pokok fenomenologi adalah manusia secara aktif menginterpretasikan pengalamannya dengan memberikan makna atas sesuatu yang dialaminya. Oleh karena itu interpretasi merupakan proses aktif untuk memberikan makna atas sesuatu yang dialami manusia. Dengan kata lain pemahaman adalah suatu tindakan kreatif, yakni tindakan menuju pemaknaan (Littlejohn, 2008:38).

Metode fenomenologi memberikan peluang bagi peneliti untuk menggali pengalaman manusia. Dibanding metode lain, fenomenologi lebih memberikan fleksibilitas dan kemudahan untuk membangun konstruksi sosial realitas dan memberikan informasi yang kaya atas realita yang diteliti (Ninik Sri Rejeki, 2011:158).

Fenomenologi pada prinsipnya mendeskripsikan pengalaman, bukan menjelaskan atau menganalisa dari pengalaman tersebut. Akan tetapi dalam pendeskripsian fenomenologi harus berdekatan dengan sifat kealamiahan (tekstur, kualitas, dan sifat-sifat penunjang) dari suatu gejala, sehingga deskripsi tersebut akan mampu mempertahankan fenemona seperti apa adanya. Dalam penelitian kualitatif yang menggunakan metode fenomenologi, peneliti harus bisa memasuki sudut pandang orang lain dan berupaya memahami mengapa gejala atau hal pada diri orang lain tersebut terjadi.

Natanson menggunakan istilah fenomenologi merujuk kepada semua pandangan sosial yang menempatkan kesadaran manusia dan makna subjektifnya


(20)

sebagai fokus untuk memahami tindakan sosial (Kuswarno, 2009).

Fenomenologi menjelaskan fenomena perilaku manusia yang dialami dalam kesadaran. Fenomenolog mencari pemahaman seseorang dalam membangun makna dan konsep yang bersifat intersubyektif. Oleh karena itu, penelitian fenomenologi harus berupaya untuk menjelaskan makna dan pengalaman hidup sejumlah orang tentang suatu konsep atau gejala.

Sebagai metode penelitian, fenomenologi sering dikenal sebagai metode deskriptif kualitatif dengan paradigma konstruktivisme (Mix Methodology, 2011:138). Sesuai dengan asumsi ontologis yang ada dalam paradigma konstruktivisme, peneliti yang menggunakan metode ini akan memperlakukan realitas sebagai konstruksi sosial kebenaran. Realitas juga dipandang sebagai sesuatu yang sifatnya relatif, yaitu sesuai dengan konteks spesifik yang dinilai relevan oleh para aktor sosial.

Secara epistemologi, ada interaksi antara peneliti dan subjek yang diteliti. Sementara itu dari sisi aksiologis, peneliti akan memperlakukan nilai, etika, dan pilihan moral sebagai bagian integral dari penelitian. Peneliti merupakan fasilitator yang menjembatani keragaman subyektivitas pelaku sosial dalam rangka merekonstruksi realitas sosial.

Fenomenologi sebagai metode penelitian adalah cara membangun pemahaman tentang realitas. Pemahaman tersebut di bangun dari sudut pandang para aktor sosial yang mengalami peristiwa dalam kehidupannya. Pemahaman yang dicapai dalam tataran personal merupakan konstruksi personal realitas atau konstruksi subyektivitas.

Asumsi pokok fenomenologi adalah manusia secara aktif menginterpretasikan pengalamannya dengan memberikan makna atas sesuatu yang dialaminya. Oleh karena itu interpretasi merupakan proses aktif yang memberikan makna atas sesuatu yang dialami manusia. Dengan kata lain pemahaman adalah sesuatu tindakan kreatif yakni tindakan menuju pemaknaan (Littlejohn, 2008:38).


(21)

Fenomenologi menurut Husserl harus mampu menemukan makna dan hakikat dari pengalaman. Secara metodologis, fenomenologi bertugas untuk

menjelaskan things in themselves, dengan mengetahui apa yang masuk sebelum

kesadaran, dan memahami makna dari esensinya, dalam intuisi dan refleksi diri. Proses ini menggabungkan apa yang tampak, dan apa yang ada dalam gambaran orang yang mengalaminya. Bisa dikatakan ini merupakan penggabungan antara yang nyata dan yang ideal. Husserl juga mengemukakan beberapa tahapan-tahapan penelitian fenomenologi, antara lain (Kuswarno, 2009) :

1. Epoche

Berasal dari bahasa Yunani, yang artinya “menjauh dari” dan “tidak memberikan suara”. Husserl menggunakan epoche untuk term bebas dari prasangka. Dengan epoche kita mengesampingkan penilaian, bias dan pertimbangan awal yang kita miliki terhadap suatu objek. Epoche merupakan pemutusan hubungan dengan pengalaman dan pengetahuan, yang kita miliki sebelumnya.

Epoche memberikan cara pandang baru terhadap objek. hal ini membuat kita dapat menggunakan epoche untuk menciptakan ide, perasaan, kesadaran dan pemahaman yang baru. Epoche memasukkan kita ke dalam dunia internal yang murni, sehingga memudahkan untuk memahami diri dan orang lain. Tantangan besar dalam melakukan epoche ini adalah terbuka atau jujur dengan diri sendiri. Terutama ketika membiarkan objek yang ada di depan kesadaran memasuki area kesadaran kita, dan membuka dirinya sehingga kita dapat melihat kemurnian yang ada padanya. Hal ini harus dilakukan tanpa pengaruh dari segala hal yang ada di dalam diri kita dan orang lain di sekitar kita.

Segala sesuatu yang berhubungan dengan orang lain, seperti persepsi, pilihan, penilaian dan perasaan orang lain harus dikesampingkan juga dalam epoche ini. Hanya persepsi dan tindakan sadar kitalah yang menjadi titik untuk menemukan makna,pengetahuan


(22)

dan kebenaran. Sehingga pada praktiknya, epoche memrlukan kehadiran, perhatian dan konsentrasi, demi mencapai cara pandang yang radikal.

2. Reduksi Fenomenologi

Berbeda dengan epoche yang merupakan langkah awal untuk “memurnikan” objek dari pengalaman dan prasangka awal, maka tugas dari reduksi fenomenologi adalah membahasakan bagaimana objek tersebut terlihat. Tidak hanya dalam term objek secara eksternal, namun juga kesadaran dalam tindakan internal, pengalaman, ritme, dan hubungan antara fenomena dengan “aku”, sebagai subjek yang mengamati. Fokusnya terletak pada kualitas dari pengalaman, sedangkan tantangannya ada pada pemenuhan sifat-sifat alamiah dan makna dari pengalaman. Proses ini terjadi lebih dari satu kali.

Reduksi akan membawa kita kembali pada bagaimana kita mengalami sesuatu. Memunculkan kembali penilaian/asuMGi awal, dan mengembalikan sifat-sifat alamiahnya. Reduksi fenomenologi tidak hanya sebagai cara untuk melihat, namun juga cara untuk mendengar suatu fenomena dengan kesadaran dan hati-hati. Reduksi adalah cara untuk melihat dan mendengar fenomena dalam tekstur dan makna aslinya.

3. Variasi Imajinasi

Tahap ketiga dalam penelitian fenomenologi ini bertugas untuk mencari makna-makna yang mungkin dengan memanfaatkan imajinasi, kerangka rujukan, pemisahan dan pembalikan, dan pendekatan terhadap fenomena dari perspektif, posisi, peranan, dan fungsi yang berbeda. Tujuannya tiada lain untuk mencapai deskripsi struktural dari sebuah pengalaman (bagaimana fenomena berbicara pada dirinya). Dengan kata lain menjelaskan struktur esensi dari fenomena.


(23)

Target dari varisai ini adalah makna, dan bergantung dari intuisi sebagai jalan untuk mengintegrasikan struktur ke dalam esensi fenomena. Dalam berpikir imajinatif, kita dapat menemukan makna-makna potensial yang dapat membuat sesuatu yang asalnya tidak terlihat menjadi terlihat jelas. Membongkar hakekat fenomena dengan memfokuskannya pada kemungkinan-kemungkinan yang murni, adalah inti dari kegiatan variasi imajinasi. Pada tahap ini struktur dari pengalaman diungkapkan, dimana kondisi yang hakiki dimunculkan.

Pada tahap ini, dunia dihilangkan, segala sesuatu menjadi mungkin. Segala pendukung dijauhkan dari fakta dan entitas yang dapat diukur dan diletakkan pada makna dan hakikatnya. Dalam kondisi seperti ini, intuisi tidak lagi empiris namun murni imajinatif. 4. Sintesis Makna dan Esensi

Merupakan tahap terakhir dalam penelitian fenomenologi. Tahap ini adalah penyatuan intiutif dasar-dasar deskripsi tekstural dan struktural ke dalam suatu pernyataan yang menggambarkan hakikat fenomena secara keseluruhan. Dengan demikian, tahap ini adalah tahap penegakan pengetahuan mengenai hakikat.

Husserl mendefinisikan esensi sebagai sesuatu yang umum dan berlaku universal, kondisi atau kualitas yang menjadikan sesutau. Esensi itu sendiri tidak pernah terungkap secara sempurna. Sintesis struktur tekstural yang fundamental akan mewakili esensi ini dalam waktu dan tempat tertentu, dari sudut pandang imajinatif dan studi reflektif seseorang terhadap fenomena. Menurut Husserl, setiap sifat fisik akan menarik kita ke dalam pengalaman yang tidak terbatas.


(24)

2.2 Kajian Pustaka

Kajian pustaka ialah daftar referensi atau rujukan dari semua jenis dokumen seperti buku, journal papers, artikel, disertasi, tesis, skripsi, hand out, laboratory manuals, dan karya ilmiah lainnya yang dikutip di dalam penulisan skripsi.

Kajian pustaka yang terdapat dalam penelitian ini adalah :

-Referensi pertama peneliti adalah jurnal yang berjudul “Self-Disclosure in Romantic Relationships and Friendships Among American and Japanese College Students”. Jurnal ini ditulis oleh Mie Kito pada tahun 2005. Adapun jurnal ini peneliti peroleh dari internet.

Jurnal ini meneliti tentang pengungkapan diri yang terjadi pada mahasiswa Amerika dan Jepang dalam berteman dan menjalin hubungan romantis melalui Facebook. Peneliti dalam hal ini mengutip pendapat Boyd yang terdapat dalam jurnal ini yang menyatakan bahwa Facebook sebagai sebuah situs jaringan sosial memudahkan individu untuk bertemu dengan orang lain yang memiliki minat yang sama, mendukung hubungan renggang, dan khususnya memudahkan individu untuk mengakses jaringan teman-teman dan orang lainnya, yang berpotensi membuat jaringan pertemanan menjadi lebih luas dan lebih heterogen

Kualitas kedekatan suatu hubungan salah satunya ditentukan oleh pengungkapan diri. Dalam tulisan ini dikatakan bahwa tidak ada perbedaan pengungkapan diri yang dilakukan oleh pengguna Facebook dalam menjalin pertemanan ataupun hubungan romantis di Facebook.

-Selanjutnya yang menjadi referensi peneliti adalah jurnal yang berjudul “It’s Not Who You Know, but Who You Add:” Exploring Self-Disclosure and Friending on Facebook". Jurnal ini ditulis oleh Limperos, A. M., Woolley, J. K., Tamul, D.J., & Sundar, S.S.,

Sejalan dengan jurnal yang pertama, jurnal ini juga menyatakan bahwa proses pengungkapan diri merupakan hal yang penting dalam membangun sebuah


(25)

hubungan yang kemudian diikuti dengan beberapa proses dimana individu mengungkapkan informasi yang sederhana seperti pendapat (kuantitas) pada interaksi awal dan kemudian informasi yang mendalam (kualitas) ketika hubungan terus berlanjut.

-Jurnal yang ketiga yang menjadi referensi peneliti adalah jurnal berjudul "I'll poke you. You'll poke me!" Self-disclosure, social attraction, predictability and trust as important predictors of Facebook relationships. Jurnal ini ditulis oleh Sheldon, P pada tahun 2009.

Sheldon P melakukan sebuah penelitian, yang mengungkapkan bahwa ketika terdapat persepsi ketertarikan diantara dua orang, maka ketertarikan tersebut akan mendorong seseorang untuk terbuka dan melakukan pengungkapan diri di Facebook, khususnya meningkatnya jumlah topik pembicaraan yang didiskusikan dengan orang lain.

-Jurnal dengan judul “A Study of Self-Presentation in Light of Facebook”. jurnal ini ditulis oleh Zarghooni, Sasan., (2007)

Dalam jurnal ini dikatakan Facebook dapat terus bertahan diantara situs jaringan sosial lainnya disebabkan oleh ukuran dan keberagaman dari anggota pengguna dan aplikasi yang dimilikinya. Sebagai sebuah situs jaringan sosial online yang berkembang pesat, Facebook telah menjadi tempat interaksi sosial diantara para remaja, muda-mudi dan orang dewasa dari seluruh negara di dunia

-Referensi berikutnya berjudul Privasi Karakter Diri di Situs Jejaring

Sosial Facebook. Referensi ini ditulis oleh Donny, B.U pada tahun 2010.

Jurnal ini memuat sebuah hasil temuan yang diperoleh dari hasil survey

lapangan terhadap para pengguna Facebook yang dilakukan oleh tim

InternetSehat.org-ICT Watch yang bekerja sama dengan National University of Singapore. Survei ini dilakukan di kota Sukabumi dan Cilegon di sepanjang April 2010 dengan jumlah total responden adalah sebanyak 180 orang pengguna Facebook yang berusia diantara 14-25 tahun. Hasil survey menyatakan bahwa 64% dari total responden terkadang langsung melakukan penerimaan atau


(26)

menyetujui permintaan pertemanan dari orang yang tidak dikenal untuk menjadi temannya di Facebook, dan 28% dari responden sering melakukan hal tersebut. Selain itu dari hasil survey ditemukan bahwa sekitar 27% responden menyatakan memilih untuk pergi sendiri, tanpa ditemani oleh siapapun ketika hendak “kopi darat” dengan kenalan baru dari Facebook

2.3 Model Teoretik

2.3.1 Media Digital dan Facebook 2.3.1.1 Defenisi Media Digital

Disebut media digital karena media tersebut berbasis pada sistem numerik dan kode-kode digital. Komputer merupakan bagian terpenting dari media digital. Komputer berjalan berdasarkan angka-angka dan kode-kode numerik yang terprogram. Apa yang membuat orang saat ini mulai berpaling mencari solusi informasi dari media konvensional menuju kepada media digital, dalam kasus ini internet, adalah kecepatan dan beragamnya arus informasi yang dimungkinkan untuk diperoleh.

Sebuah keunikan internet adalah adanya interaktifitas penggunanya. Hal inilah yang menjadikan internet sebagai sebuah media interaktif yang menghubungkan sebuah sistem komunikasi antar perorangan maupun antara manusia dengan komputer (media) itu sendiri. Hal ini menjadikannya sebagai sebuah media yang “unik” dan membedakannya dengan media konvensional apapun.

Media interaktif didefinisikan sebagai media yang memungkinkannya adanya partisipasi dari audience-nya, atau adanya interaktifitas. Terlepas dari teori-teori terdahulu dimana media interaktif tercipta hanya dari proses komunikasi dua arah, maka teori definisi diatas menyebutkan bahwa Human Computer Interaction sudah bisa diklasifikasikan sebagai media interaktif (http://ardianindro.wordpress.com/).

Saat ini internet tidak hanya berfungsi sebagai tempat berbagi informasi tetapi juga sebagai media tempat para penggunanya berinteraksi satu sama lain.


(27)

Internet kini telah menghadirkan berbagai situs jejaring sosial. Jejaring sosial yang dibahas dalam penelitian ini adalah Facebook.

2.3.1.2 Facebook

Facebook, salah satu situs jaringan sosial yang paling terkenal di dunia.

Situs jaringan sosial online yang ditemukan oleh Mark Zuckerberg ini mulai

terbentuk sejak Februari 2004. Pada awalnya khusus diperuntukkan bagi mahasiswa Universitas Harvard, namun kini sudah dapat digunakan oleh semua orang dan mengalami perkembangan pesat. Berdasarkan data yang dilansir dari

www.compete.com pada Januari 2009, Facebook mendapat peringkat pertama

sebagai situs jaringan sosial yang paling banyak digunakan di dunia setiap bulan oleh para pengguna aktifnya, dan prestasi ini mengalahkan situs jaringan sosial MySpace, yang berada pada peringkat ke dua.

Berikut ini perkembangan Facebook mulai dari awal terbentuk

(http://www.vivanews.com) : 2004 :

 Februari : Mark Zuckerberg dan beberapa Sahabatnya meluncurkan

Facebook dari ruang asrama mereka.

 Maret : Facebook menyebar dari kampus Harvard ke kampus

Stanford, Columbia, dan Yale.

 Juni : Markas Facebook pindah ke Palo Alto, California,

Amerika Serikat.

 Desember : Facebook menjangkau sekitar 1 juta pengguna aktif.

2005 :

 Mei : Facebook meraih tambahan dana sebesar US$12.7 juta dari Accel Partners. Jejaring ini telah menjangkau hinggalebih dari 800 perguruan tinggi.


(28)

 Agustus : Nama asli jejaring sosial TheFacebook.com diganti menjadi Facebook.com.

 Oktober : Fitur foto ditambahkan sebagai salah satu aplikasi,

Facebook mulai menjangkau jejaring sekolah di luar Amerika Serikat.

 Desember : Facebook menjangkau lebih dari 5,5 juta pengguna aktif.

2006 :

 April : Facebook mendapat tambahan dana sebesar US$27.5 juta

dari Greylock Partners. Meritech Capital Partners dan investor lainnya. Facebook juga meluncurkan fitur mobile.

 Mei : Facebook mulai menjangkau jaringan pengguna kelas pekerja.

 Agustus : Facebook meluncurkan platform pengembangan terbuka,

aplikasi notes diperkenalkan dan Facebook melakukan kerjasama strategis dengan Microsoft untuk sindikasi iklan banner.

 September : Fitur news feed dan mini feed diperkenalkan dengan

tambahan kontrol data pribadi. Facebook juga membuka registrasi terbuka sehingga setiap orang dapat bergabung.

 November : Fitur share ditambahkan secara bersamaan juga

diluncurkan pada lebih dari 20 situs mitra Facebook.

 Desember : Facebook mampu meraih lebih dari 12 juta pengguna

aktif. 2007 :

 Februari : Fitur virtual gift shop diluncurkan.

 Maret : Facebook menjangkau lebih dari 2 juta pengguna aktif


(29)

 April : Facebook menjangkau sekitar 20 juta pengguna aktif dan mengupdate desain situs serta menambahkan portal-portal jejaringnya.

 Mei : Facebook mengadakan acara untuk meluncurkan platform

Facebook dengan 65 mitra pengembang serta lebih dari 85 aplikasi yang sudah ada.

 Juli : Facebook mengakuisisi perusahaan baru bernama

Parakey.

 Oktober : Facebook menjangkau hingga lebih dari 50 juta pengguna

aktif meluncurkan platform untuk mobile, serta memperluas kerja sama iklan dengan Microsoft menaruh bagian saham US$240 juta di Facebook.

 November : Facebook meluncurkan Facebook Ads.

2008 :

 Januari : Facebook ikut mensponsori debat presiden bersama ABC

News.

 Februari : Facebook meluncurkan versi Bahasa Spanyol dan

Prancis.

 Maret : Facebook memperbarui sistem privacy controls dengan

menambahkan friend list. Privacy Facebook juga diluncurkan di Jerman.

 April : Facebook meluncurkan fitur Facebook chat, dan merilis

aplikasi translation kepada 21 bahasa.

 Agustus : Facebook menjangkau lebih dari 100 juta pengguna aktif.

2009 :

 Januari : Facebook menjangkau lebih dari 150 juta pengguna aktif.


(30)

 April : 200 juta pengguna aktif

 Mei : Digital Sky Technologies menanamkan investasi sebesar US$ 200 juta dengan nilai saham sebesar US$ 10 miliar valuasi.

Facebook dapat terus bertahan diantara situs jaringan sosial lainnya disebabkan oleh ukuran dan keberagaman dari anggota pengguna dan aplikasi yang dimilikinya (Zarghooni, 2007). Aplikasi yang terdapat dalam Facebook

memungkinkan setiap orang yang memiliki account untuk menampilkan

informasi personalnya, seperti hobi, musik favorit, kampung halaman, tempat tinggal begitu juga dengan foto atau gambar pribadi. Selain itu, pengguna juga dapat mengirimkan pesan yang setara dengan fasilitas pesan elektronik lainnya,

dan Facebook juga menampilkan dan menyediakan informasi yang lebih banyak

dibandingkan dengan situs jaringan sosial online lainnya.

Perkembangan Facebook yang sangat pesat tersebut juga melanda

masyarakat Indonesia. “Indonesia saat ini telah menjadi “the Republic of the Facebook”. Itulah headlines yang ditulis oleh Budi Putra mantan editor Harian Tempo yang dirilis oleh CNET Asia portal IT terkemuka di Asia pada awal bulan Januari 2009 lalu (Linkedin.com; 2009).

Ungkapan ini terinspirasi oleh perkembangan penggunaan Facebook oleh

masyarakat Indonesia yang mencapai pertumbuhan 645% pada tahun 2008. “Prestasi” ini menjadikan Indonesia sebagai “the fastest growing country on Facebook in Southeast Asia”. Bahkan, angka ini mengalahkan pertumbuhan

pengguna Facebook di China dan India yang merupakan peringkat teratas

populasi penduduk di dunia.

Perkembangan Facebook ini berkembang semakin pesat pada tahun-tahun

berikutnya. Sebuah statistik yang dikeluarkan www.compete.com menyatakan akan ada banyak memperkirakan negara-negara berkembang seperti India, Brazil dan Indonesia akan tetap menjadi salah satu pengguna Facebook terbesar setelah Amerika Serikat.


(31)

Menurut statistik yang dikeluarkan oleh situs www.checkfacebook.com, perkembangan pengguna terbesar dimulai sejak tahun 2008 lalu, kemudian terus berlanjut hingga sekarang adalah setiap akun Facebook rata-rata memiliki 130 teman yang saling terhubung dan komunitas yang telah disediakan dalam layanan Facebook.

Adapun fitur-fitur yang terdapat di dalam Facebook (Andi, 2008:44-48) ialah :

a. Profil

Halaman profil menyediakan tempat bagi kita untuk membagikan informasi yang ingin kita sampaikan tentang diri kita. Dalam

perkembangannya, Facebook memberikan keleluasaan pada pemilik

profil untuk menentukan siapa yang bisa melihat profilnya dan siapa yang tidak. Melalui profil, pengguna Facebook yang lain dapat melihat dan mengetahui informasi tentang diri kita.

b. Wall/Dinding

Fitur ini menyediakan ruang untuk para pengguna Facebook saling mengirimkan komentar, testimoni bahkan bisa menyukai komentar pengguna lain yang ada di akun Facebook yang sedang diakses.

c. Friends/Pertemanan

Pertemanan merupakan bagian yang dirancang untuk mencari akun Facebook lain yang terdaftar dalam situs jejaring sosial ini. Dengan

mengetikkan nama dari sebuah akun Facebook maka dengan segera

kita dapat menemukan akun tersebut. d. Inbox/Pesan

Inbox atau pesan masuk, merupakan fitur yang menyediakan privasi penuh pada pemilik akun dengan orang yang berinteraksi dengannya. Dikatakan menyediakan privasi karena yang dapat melihat pesan yang saling ditukar melalui Inbox hanyalah pemilik akun yang saling berkirim pesan melalui fitur ini.

e. Upload/Mengunduh

Melalui fitur ini pemilik Facebook dapat berbagi foto, video dan lagu yang ia inginkan. Sama halnya dengan fitur lainnya dalam Facebook,


(32)

pada fitur ini pun pemilik akun dapat menentukan siapa yang bisa melihat file yang ia unduh dan siapa yang tidak.

f. Tag/Menandai

File yang telah diunduh ke Facebook dapat ditandai. Melalui fitur ini file tersebut akan terbagi ke akun yang telah ditandai.

2.3.2 Pengungkapan Diri di Dunia Maya 2.3.2.1 Defenisi Pengungkapan Diri

Menurut Wrightsman, pengungkapan diri merupakan suatu proses menghadirkan diri yang diwujudkan dalam kegiatan membagi perasaan dan informasi dengan orang lain (Dayakisni, 2009).

Selain itu, Morton juga menyatakan bahwa pengungkapan diri merupakan kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain. Informasi di dalam pengungkapan diri ini bersifat deskriptif atau evaluatif. Deskriptif artinya individu melukiskan berbagai fakta mengenai diri sendiri yang mungkin belum diketahui oleh pendengar seperti, jenis pekerjaan, alamat dan usia. Sedangkan evaluatif artinya individu mengemukakan pendapat atau perasaan pribadinya seperti tipe orang yang disukai atau hal-hal yang disukai dan dibenci (Dayakisni, 2009) .

Menurut Devito(1986) pengungkapan diri merupakan sebuah bentuk komunikasi dimana informasi mengenai diri kita yang biasanya kita sembunyikan kita beritahukan kepada orang lain. Devito (1985) juga menyatakan beberapa aspek yang terkandung dalam defenisi ini, yang mencakup :

a. Pengungkapan diri merupakan suatu bentuk komunikasi

b. Pengungkapan diri adalah informasi, dimana informasi yang dimaksudkan sebagai sesuatu hal yang belum diketahui sebelumnya oleh si pendengar, dengan kata lain informasi tersebut adalah pengetahuan baru. c. Pengungkapan diri adalah informasi mengenai seseorang, yang meliputi isi pikiran, perasaan dan perilaku seseorang atau mengenai orang lain yang dekat dengan kita yang memiliki hubungan ketergantungan signifikan dengan kita.


(33)

d. Pengungkapan diri mencakup informasi yang normalnya disembunyikan. Hal ini bukan hanya sekedar informasi yang belum diungkapkan sebelumnya, namun mengenai informasi yang sebelumnya tidak kita ungkapkan dan berusaha untuk menyimpan rahasia tersebut. e. Pengungkapan diri melibatkan sedikitnya satu orang lain. Dalam melakukan pengungkapan diri, komunikasi yang dilakukan sedikitnya diantara dua orang, karena pengungkapan diri bukan merupakan komunikasi intrapersonal.

Dari beragamnya pendapat para ahli tentang pengungkapan diri, dapat disimpulkan bahwa pengungkapan diri adalah sebuah bentuk tindakan dimana kita memberitahukan mengenai informasi pribadi kita kepada orang lain,seperti keadaan pribadi, perasaan, pendapat, pengalaman masa lalu dan juga harapan di masa depan.

2.3.2.2 Pengungkapan Diri di Dunia Maya

Beebe(2008) menyatakan pengungkapan diri dapat membangun keintiman dalam suatu hubungan yang kita bina dengan orang lain. Namun terdapat

perbedaan antara komunikasi langsung dengan komunikasi secara online yaitu

terdapat anonimitas dalam komunikasi online. Wang (2009) juga menyatakan

bahwa komunikasi yang dilakukan secara online menekankan pada kurangnya

petunjuk dalam sebuah interaksi komunikasi dan komunikasi yang terjadi bersifat anonim. Beebe (2008) menyatakan anonimitas merupakan suatu keadaan dimana kita tidak mengetahui dengan siapa kita menjalin komunikasi. Hal ini sejalan dengan Devito (2008) yang mendukung salah satu kerugian ketika kita membina hubungan secara online kita tidak dapat melihat secara langsung orang yang kita ajak menjalin hubungan. Selain itu terdapat kemungkinan orang yang berinteraksi secara online memberitahu informasi yang salah mengenai dirinya dan terdapat kemungkinan kecil untuk mengetahui kebohongan tersebut.

Kedekatan atau keintiman merupakan elemen terpenting dalam suatu hubungan interpersonal (Dayakisni, 2009). Sheldon (2009) menyatakan bahwa pengungkapan diri memainkan peran penting dalam perkembangan sebuah hubungan interpersonal. Sejalan dengan Dayakisni (2009) yang menyatakan


(34)

bahwa pengungkapan diri dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan suatu hubungan, karena melalui proses mengungkapkan informasi mengenai diri kita, maka kemungkinan dapat membuat hubungan kita dengan orang lain menjadi lebih intim. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Sheldon (2009) bahwa pengungkapan diri juga meningkatkan tingkat kepercayaan interpersonal dengan orang yang menjadi pasangan pengungkapan diri yang kita lakukan. Selain itu Altman juga menyatakan bahwa pengungkapan diri juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi kualitas dari suatu hubungan dekat (Kito, 2005). Hal ini sejalan dengan Devito (1986) yang menyatakan bahwa pengungkapan diri merupakan faktor penting dalam membangun suatu hubungan yang bermakna. Tanpa adanya pengungkapan diri, maka akan sulit membentuk suatu hubungan yang berkualitas.

Raven dan Rubin menyatakan bahwa proses pengungkapan diri pada individu juga memiliki kecenderungan mengikuti norma resiprok /timbal balik (Dayakisni, 2009). Bila seseorang menceritakan sesuatu yang bersifat pribadi pada kita, kita akan cenderung memberikan reaksi yang seimbang. Pada umumnya kita mengharapkan orang lain memperlakukan kita sama seperti kita memperlakukan mereka. Menurut Taylor (2009) menyatakan bahwa anonimitas yang terdapat

dalam interaksi secara online memudahkan seseorang untuk mengungkapkan

informasi personalnya, hal ini mungkin karena individu merasa mereka lebih mampu mengekspresikan aspek-aspek penting dari diri mereka saat mereka melakukan interaksi secara online.


(35)

Perkembangan teknologi yang pesat berdampak pada banyak hal, termasuk diantaranya pada hubungan interpersonal. Seiring dengan menjamurnya situs jejaring sosial di internet, pengguna internet bertambah semakin pesat dari waktu ke waktu. Hal ini mendukung pertumbuhan hubungan yang terjadi secara online. Bahkan banyak reality show di televisi membahas tentang pasangan yang menjalin hubungan secara online tanpa pernah bertemu di dunia nyata. Realitanya, banyak orang telah menggunakan internet untuk mencari teman ataupun pasangan romantis. Beberapa dari mereka menggunakan internet dengan tujuan interaksi semata, yang lain menggunakannnya sebagai jalan memulai sebuah hubungan dan kemudian bermaksud untuk menyertakan foto, bertelepon dan bertemu secara langsung.

Sebuah studi yang dilakukan Parks & Floyd (1996) menunjukkan bahwa

hampir dua per tiga dari pengguna newsgroup telah menjalin hubungan seperti

aqcuintances, persahabatan dan hubungan pribadi lainnya dengan seseorang yang mereka temui di internet. Hampir sepertiga mengatakan bahwa mereka berkomunikasi dengan pasangannya paling sedikit tiga sampai empat kali seminggu, lebih dari setengah berkomunikasi sekali seminggu. Studi ini juga menyebutkan, dibandingkan dengan pria, wanita lebih suka menjalin hubungan di internet. Sekitar 72 persen wanita dan 55 persen pria menjalin hubungan pribadi secara online. Hal ini tidaklah mengejutkan, mengingat wanita lebih sering menggunakan internet untuk berkomunikasi dibandingkan kaum pria (Devito, 2008).

Selayaknya hubungan yang terjadi di dunia nyata, hubungan yang berkembang di internet pun mengakibatkan terjadinya pertukaran jaringan antar sesama pasangan yang berhubungan. Mereka saling bertukar informasi, cerita bahkan saling memperkenalkan lingkungannya. Hubungan yang terjadi di internet ini menumbuhkan rasa saling memiliki, sama seperti yang terjadi pada pasangan yang membangun hubungan di dunia nyata.

Hubungan yang tejadi secara online ini ternyata mendatangkan banyak

keuntungan. Hubungan jenis ini dapat menghindarkan pasangan dari kekerasan fisik dan penularan penyakit secara seksual. Tak seperti hubungan yang dibangun dunia nyata secara tatap muka, hubungan yang terjadi secara online lebih


(36)

mementingkan kualitas diri daripada penampilan fisik. Dalam menjalin kekariban, keterbukaan diri menjadi hal yang lebih penting dibandingkan ketertarikan secara

fisik. Hubungan secara online meyakini tentang kepercayaan, kejujuran dan

komitmen selayaknya hubungan yang terjadi secara tatap muka.

Pertemanan dan hubungan romantis di internet menjadi keuntungan bagi orang yang sangat pemalu dan yang memiliki kekurangan secara fisik. Mereka yang dulunya kesulitan dalam menjalin hubungan secara tradisional karena harus bertemu secara tatap muka, kini dapat menjalin hubungan tanpa harus bertemu muka. Interaksi ini memungkinkan semua orang, tidak terkecuali yang pemalu atau memiliki kekurangan secara fisik, untuk dapat berinteraksi dan berekspresi sebebas-bebasnya. Secara online, semua orang bebas untuk mengungkapkan penampilan fisiknya sebanyak atau sesedikit mungkin sesuai keinginannya dan sesuai waktu yang diharapkannya.

Keuntungan lain yang tampak nyata dari hubungan secara online yaitu

penggunanya dapat berteman dengan orang dalam jumlah besar. Hal ini mempermudah penggunanya untuk menemukan seseorang yang cocok dengannya, yang memang dicarinya. Ibaratnya mencari buku yang sesuai dengan yang kita butuhkan, kemungkinan untuk menemukannya di perpustakaan yang menyediakan jutaan buku dibanding jika kita mencarinya di koleksi yang menyediakan ribuan buku. Keuntungan terakhir dari menjalin hubungan secara online, yakni mengenai status sosial, ekonomi dan pendidikan pengguna di internet jauh lebih tinggi dibandingkan orang-orang yang ditemui di grup kecil.

Selain beberapa keuntungan tersebut, tentu saja menjalin hubungan secara online ini memiliki beberapa kekurangan. Orang-orang yang melaukan interaksi ini tidak bisa melihat lawan iteraksinya kecuali mereka akhirnya saling bertukar foto atu bahkan bertemu secara tatap muka. Foto yang diberikan tersebut juga tidak menjamin bahwa orang yang menjalin interaksi dengan kita adalah orang yang sama dengan orang yang ada di foto.

Secara online, orang dapat memalsukan identitas dan penampilan dirinya tanpa terdeteksi. Contohnya saja, remaja menampilkan dirinya sebagai orang


(37)

dewasa. Sebaliknya, orang dewasa juga bisa menampilkan dirinya sebagai anak-anak untuk tujuan yang buruk dan seks ilegal. Sama halnya dengan orang kaya yang menampilkan dirinya sebagai orang miskin, remaja mengaku sebagai orang dewasa ketika mereka ingin menikmati pengalaman ini. Walaupun orang dapat menipu dalam hubungan secara tatap muka, faktanya lebih mudah untuk melakukannya secara online.

Kekurangan lain dari hubungan secara online yang terkadang juga dianggap sebagai sebuah keuntungan yakni hubungan secara online ini dapat mengurangi frekuensi dan menggantikan hubungan pribadi secara tatap muka.

Walther (1996) telah memberi nama “Komunikasi Hiperpersonal” untuk komunikasi dengan perantara komputer yang secara sosial lebih menarik daripada komunikasi langsung. Dia memberikan tiga faktor yang cenderung menjadikan partner komunikasi via komputer lebih menarik (Nurudin,2004) yaitu :

a. E-mail dan jenis komunikasi komputer lainnyamemungkinkan presentasi

diri yang sangat selektif, dengan sedikit penampilan tau perilaku yang tidak diinginkan dibandingkan komunikasi langsung. Dengan cara ini, pengguna tidak harus repot dalam melakukan komunikasi secara online.

b. Orang yang terlibat dalam komunikasi via komputer kadang kala

mengalami proses atribusi yang berlebihan yang didalamnya mereka membangun kesan stereotipe tentang partner mereka. Kesan-kesan ini sering mengabaikan informasi negatif, seperti kesalahan cetak, kesalahan ketik, dan sebagainya.

c. Ikatan intensifikasi bisa terjadi yang didalamnya pesan-pesan positif dari seorang partner akan membangkitkan pesan-pesan positif dari rekan satunya.

2.3.4 Jenis-Jenis Hubungan


(38)

Menurut Pogrebin (1987) aquitance adalah orang-orang yang kita kenali nama atau wajahnya, orang asing yang familiar (familiar stranger) yang kita temui dan saling bertukar senyum ketika bertemu di jalan, ataupun orang-orang yang berurusan dengan kita ketika kita berada di tempat-tempat umum: misalnya tukang pos, pengantar koran, dan lain-lain (Devito, 2008).

Pada interaksi dengan orang-orang ini kita biasanya mulai merespon dengan lebih terbuka dan dengan lebih ekspresif dibandingkan dengan orang-orang yang pertama kali baru kita temui, namun masih berhati-hati dalam melakukan interaksi. Komunikasi yang terbentuk masih bersifat tidak pribadi. Terdapat kecenderungan yang rendah untuk membicarakan masalah pribadi, fantasi, harapan yang tidak tercapai, masalah keluarga, ataupun kondisi keuangan. Empati dan rasa kebersamaan pun sulit untuk terbentuk, dikarenakan terbatasnya pengetahuan yang kita miliki mengenai orang tersebut.

Maka dapat disimpulkan bahwa aquitance adalah orang-orang yang hanya kita kenali nama atau wajahnya saja yang merupakan orang asing yang familiar (familiar stranger) yang sering kita temui namun tidak ada komunikasi yang intens yang terjadi dan tidak saling mengenal lebih jauh.

2.3.4.2 Teman

2.3.4.2.1 Defenisi Teman

Sejak masa kanak-kanak, sebagian besar orang mulai membangun hubungan pertemanan dengan teman-teman sebaya yang memiliki minat yang sama. Hubungan pertemanan ini cenderung terdiri dari rasa saling suka yang didasarkan pada afek positif. Secara umum, memiliki teman merupakan hal yang positif, sebab teman dapat mendorong self-esteem dan menolong dalam mengatasi stress, tetapi teman juga dapat memberikan efek negatif jika teman bersifat antisosial, menarik diri, tidak suportif, argumentatif, atau tidak stabil.

Menurut Kenney & Kashy, ketika suatu hubungan akrab sudah terbentuk, maka akan membuat individu menghabiskan waktu untuk bersama lebih banyak, berinteraksi satu sama lain pada situasi yang lebih bervariasi, menjadi


(39)

self-disclosing, saling memberikan dukungan emosional, dan membedakan antara teman dekat dengan teman yang lain (Baron, 2005).

Menurut Yager (2006) teman adalah seseorang yang kita sukai dan menyukai kita, dan orang tersebut memiliki hubungan yang hangat dengan kita.

2.3.4.2.2 Pertemanan

Pertemanan adalah salah satu bentuk hubungan interpersonal diantara adua individu, yang dibentuk dan dipertahankan melalui suatu pilihan yang bebas, dan dikarakteristikkan dengan hubungan yang saling menghargai.

Menurut Ahmadi (2007) pertemanan merupakan suatu hubungan antarpribadi yang akrab atau intim yang melibatkan individu sebagai suatu kesatuan.

2.3.4.2.3 Tipe-tipe pertemanan

John M. Reisman menyatakan bahwa terdapat 3 tipe pertemanan, yaitu (Devito, 1986) :

a. Reciprocity

Reisman menyatakan bahwa tipe pertemanan reciprocity ini merupakan

tipe pertemanan yang ideal yang memiliki karakteristik kesetiaan, pengorbanan yang meliputi kasih sayang dan murah hati. Pertemanan yang tercipta berdasarkan pada keseimbangan, dimana tiap individu berbagi secara adil dalam hal memberi dan menerima keuntungan yang ada dalam sebuah hubungan.

b. Receptivity

Pada tipe pertemanan yang kedua yaitu receptivity, adalah pertemanan yang dikaraktreristikkan dengan adanya ketidak seimbangan yang terjadi dalam hal memberi dan menerima dalam sebuah hubungan yang terjadi, karena dalam pertemanan ini salah satu pihak menjadi pemberi primer dan pihak lain sebagai penerima primer. Hal ini terjadi karena kedua belah pihak memiliki perbedaan kebutuhan. Ketidakseimbangan yang terjadi bersifat positif, karena setiap pihak memperoleh suatu hal dari hubungan yang tercipta. Pertemanan seperti ini misalnya bisa terjadi antara guru dan murid.


(40)

Pada tipe pertemanan yang ketiga yaitu association, adalah sebuah hubungan yang digambarkan sebagai sebuah hubungan yang bersahabat namun bukan sebuah hubungan pertemanan yang sesungguhnya. Tidak terdapat rasa percaya, memberi atau menerima yang cukup besar dalam tipe pertemanan ini, terdapat keramahan tetapi tidak intens.

2.3.4.2.4 Karakteristik pertemanan

Keith Davis menyatakan terdapat 8 karakteristik hal penting dalam sutau pertemanan (Devito, 1986) yaitu :

1. Enjoyment

Teman menikmati kebersamaan yang terjalin 2. Acceptance

Teman menerima satu sama lain apa adanya, seorang teman tidak memiliki kecenderungan untuk mengubah temannya menjadi orang lain.

3. Trust

Teman saling percaya satu sama lain dalam melakukan hal yang disukainya.

4. Respect

Teman saling menghargai satu sama lain. 5. Mutual assistance

Teman dapat menjadi pendamping dan memberikan satu sama lain. 6. Confiding

Teman saling membagi perasaan dan pengalaman. 7. Understanding

Teman mengerti hal apa yang penting dan mengerti alasannya temannya berperilaku tertentu. Seorang teman merupakan prediktor yang baik dalam menentukan perilaku dan perasaan temannya.


(41)

Seorang teman tidak melakukan dalam self-monitoring, seorang teman dapat mengekspresikan perasaannya secara spontan, tanpa khawatir bahwa hal tersebut akan menyebabkan hambatan dalam pertemanannya

2.3.4.2.5 Faktor yang mempengaruhi keputusan membina pertemanan Ada empat faktor yang dapat mempengaruhi dua orang untuk memutuskan membina suatu pertemanan, yaitu :

1. Kedekatan mereka satu sama lain

2. Kesamaan akan kesukaan mereka terhadap sesuatu dan perilaku mereka 3. Penghargaan terhadap kepribadian yang mereka miliki

4. Daya tarik fisik diantara mereka

2.3.4.3 Hubungan Percintaan (Love)

Kedekatan dan kecocokan yang terjadi antara dua orang terkadang berlanjut menjadi hubungan percintaan. Banyak orang yang memutuskan untuk menjalin hubungan cinta dengan orang yang selama ini berada di lingkungan sekitarnya, mungkin itu teman ataupun sahabatnya. Hubungan percintaan ini terkadang lebih sukses dibandingkan hubungan percintaan yang tidak diawali dengan pertemanan. Kenyataan tersebut terjadi karena biasanya pasangan tersebut sudah lebih mengenal dan mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing. Hal ini juga didukung karena mereka sebelumnya telah memiliki kedekatan dan kecocokan satu sama lain. Meskipun demikian, beberapa hubungan percintaan seperti ini juga terkadang tidak sukses, karena ada saja pasangan yang merasa lebih cocok berteman daripada menjadi sepasang kekasih.

Berikut ini adalah beberapa jenis cinta yang diungkapkan Devito (2008) dalam bukunya Essential Of Human Communication :

a. Eros Love, yakni cinta yang mencari kecantikan dan sensualitas, seta berfokus pada ketertarikan secara fisik. Pencinta dalam jenis Eros Love ini terkadang memiliki idealisme yang tinggi dalam konsep kecantikan. Hal ini pada kenyataannya, jarang dan bahkan sangat tidak mungkin untuk dicapai. Konsekuensinya, pecinta jenis ini sering merasa tidak terpenuhi hasratnya.


(42)

b. Ludic Love, yakni cinta yang mementingkan hiburan dan kegembiraan. Pecinta jenis cinta ini melihat cinta sebagai sesuatu menyenangkan, seperti sebuah permainan. Mereka tidak serius dalam menjalin hubungan. Ketika pasangannya dirasa tidak lagi menarik dan menyenangkan, mereka memutuskan untuk mengakhirinya.

c. Storge Love, yakni cinta yang penuh kedamaian dan ketenangan. Pecinta jenis ini tidak mencari pasangan kekasih. Mereka membina hubungan yang bersahabat dengan seseorang yang mereka kenal, juga dengan orang yang bisa diajak untuk beraktivitas bersama dan berbagi ketertarikan. Mereka yang ada pada jenis percintaan seperti ini terkadang sulit untuk membedakan cinta dan persahabatan.

d. Pragma Love, cinta jenis ini praktis dan bersifat tradisional. Pragma Love mencari kecocokan dan hubungan dimana kebutuhan dan keinginan yang penting dapat terpenuhi. Pecinta jenis ini lebih mengkuatirkan kualifikasi sosial daripada kualitas personal pasangannya. Keluarga dan latar belakang pasangan adalah sesuatu yang luar biasa penting bagi pecinta jenis ini. Mereka lebih percaya pada logika daripada perasaan.

e. Manic Love, cinta jenis ini adalah cinta obsesif yang membutuhkan perhatian dan kasih yang bersifat konstan dalam memberi dan menerima. Ketika hal tersebut tidak diberi atau diterima, dan ketika tidak ada timbal balik dari pasangannya dalam meningkatkan komitmen, pecinta jenis ini sering merasa depresi, cemburu dan merasa ragu.

f. Agapic Love, cinta yang tidak egois. Pecinta jenis ini mengasihi semua orang, baik itu orang asing yang tidak dikenal atau tetangga yang menjengkelkan. Yesus, Buddha, Gandhi mempraktekkan dan mengajarkan cinta spiritual yang tidak mengenal perbedaan. Cinta ditawarkan tanpa menginginkan imbalan atau keuntungan juga harapan adanya balasan dari orang yang dicintai.


(43)

2.3.5 Mahasiswa

Menurut Salim dan Sukadji (2006) Mahasiswa adalah sebagian kecil dari generasi muda Indonesia yang mendapat kesempatan untuk mengasah kemampuannya di Perguruan Tinggi. Tentunya sangat diharapkan mendapat manfaat yang sebesar-besarnya dalam pendidikan agar kelak mampu menyumbangkan kemampuannya untuk memperbaiki kualitas hidup bangsa Indonesia yang saat ini belum pulih sepenuhnya dari krisis yang dialami pada akhir abad ke20 (http://www.repository.usu.ac.id).

Mahasiswa sebagai generasi muda diharapkan untuk menjadi generasi yang kritis dan kreatif. Seiring dengan perkembangan teknologi dan komunikasi yang ada saat ini, mahasiswa semakin mudah dalam mendapatkan informasi, yakni melalui internet.

Namun bukan berarti mahasiswa tinggal mencomot manfaat yang disediakan di depan dirinya melalui kemajuan era informasi. Sesungguhnya masyarakat kita mengalami information overload. Maka tantangannya adalah bagaimana mengolah dan memilah informasi apa yang berguna dan berfaedah bagi peningkatan kualitas diri mahasiswa.

Mahasiswa tidak hanya menggunakan internet sebagai alat untuk pencari informasi, namun juga memanfaatkannya sebagai tempat bersosialisasi. Hal ini

tidak mengherankan bahkan Facebook yang saat ini dapat diakses oleh semua


(44)

Gambar II Model teoretis

Mahasiswa USU Facebook

Pertemanan Melalui Facebook


(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan hal yang paling penting untuk menentukan secara teoritis teknik operasional yang dipakai dalam mengambil langkah-langkah sehingga dapat diketahui tentang permasalahan yang ada.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan jenis fenomenologi yang mencari pemahaman mendalam, serta berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan– kaitannya terhadap orang–orang yang berada dalam situasi–situasi tertentu. Inkuiri fenomenologi memulai dengan diam yang merupakan tindakan untuk menangkap pengertian sesuatu yang sedang diteliti.

Pada dasarnya fenomenologi cenderung untuk menggunakan paradigma penelitian kualitatif sebagai landasan metodologisnya. Berikut akan diuraikan sifat-sifat dasar penelitian kualitatif yang relevan menggambarkan posisi metodologis fenomenologi dan membedakannya dengan penelitian kuantitatif.

(1) menggali nilai-nilai dalam pengalaman dan kehidupan manusia

(2) fokus penelitian adalah pada keseluruhannya, bukan pada per bagian yang membentuk keseluruhan itu.

(3) Tujan penelitian adalah menemukan makna dan hakikat dari pengalaman,

bukan sekedar mencari penjelasan atau mencari ukuran-ukuran realitas.

(4) Memperoleh gambaran kehidupan dari sudut pandang orang pertama

melalui wawancara formal dan informal.

(5) Data yang diperoleh adalah dasar bagi penegetahuan orang pertama

melalai wawancara formal dan informal.

(6) Pertanyaan yang dibuat merefleksikan kepentingan, keterlibatan dan


(46)

(7) Melihat pengalaman dan perilaku sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, baik itu kesatuan antara subjek dan objek, maupun antara bagian keseluruhannya.

Sifat-sifat penelitian kualitatif tersebut di atas, akan sejalan dengan ciri-ciri penelitian fenomenologi berikut ini:

(1) Fokus pada sesuatu yang Nampak, kembali kepada yang sebenarnya

(esensi), keluar dari rutinitas, dan keluar dari apa yang diyakini sebagai kebenaran dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari

(2) Fenomenologi tertarik dengan keseluruhan, dengan mengamati entitas dari berbagai sudut pandang dan perspektif, sampai didapat pandangan dari esensi dari pengalaman atau fenomena yang akan diamati.

(3) Fenomenologi mencari makna dan hakikat dari penampakan, dengan

intuisi dan refleksi dalam tindakan sadar melalui pengalaman. Makna ini yang pada akhirnya membawa kepada ide, konsep, penilaian, dan pemahaman hakiki.

(4) Fenomenologi mendeskripsikan pengalaman, bukan menjelaskan atau

menganalisisnya. Sebuah deskripsi fenomenologi akan sangat dekat dengan kealamiahan (tekstur, kualitas, dan sifat-sifat penunjang) dari sesuatu. Sehingga deskripsi akan mepertahankan fenomena itu sepeti apa adanya, dan menonjolkan sifat alamiah dan makna dibaliknya. Selaint itu, deskripsi juga membuat fenomena “hidup” dalam term yang akurat dan lengkap. Dengan kata lainsama “hidup”-nya antara yang tampak dalam kesadaran dengan yang terlihat oleh panca indera.

(5) Fenomenologi berakar pada pertanyaan-pertanyaan yang langsung

berhubungan dengan makna dari fenomena yang diamati. Dengan demikian penelitian fenomenologi akan sangat dekat dengan fenomena yang diamati. Analoginya peneliti itu manjadi salah satu bagian puzzle dari sebuah kisah atau biografi.


(47)

(6) Intergrasi dari subjek dan objek. Persepsi peneliti akan sebanding/sama dengan apa yang dilihatnya/didengarnya. Pengalaman akan suatu tindakan akan membuat objek menjadi subjek, dan subjek menjadi objek.

(7) Investigasi yang dilakukan dalam kerangka intersubjektif, realitas

adalahsalah satu bagian dari proses secara keseluruhan.

(8) Data yang diperoleh (melalui berpikir, intuisi, refleksi, dan penilaian) menjadi bukti-bukti utama dalam pengetahuan ilmiah

(9) Pertanyaan-pertanyaan peneliti haruslah dirumuskan dengan sangat hati-hati. Setiap kata harus dipilih, dimana kata yang terpilih adalah kata yang paling utama, sehingga dapat menunjukan makna yang utama pula.

Dengan demikian, jelaslah bahwa fenomenologi sangat relevan menggunakan penelitian kualitatif ketimbang penelitian kuantitatif, dalam hal mengungkap realitas (Engkus Kuswarno, 2009:36).

3.2 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah segala hal yang melekat pada jalinan hubungan melalui facebook yang dialami mahasiswa USU.

3.3 Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti telah memilih lima orang mahasiswa USU sebagai informan. Dikarenakan mereka mengalami jalinan hubungan melalui facebook dan karena para informan ini dianggap telah memenuhi kriteria-kriteria yang dibutuhkan untuk memillih informan yang sesuai dengan pemilihan informan dalam penelitian fenomenologi. kriterianya antara lain adalah :

1. Informan harus mengalami langsung situasi atau kejadian yang berkaitan

dengan topik penelitian. Tujuannya untuk mendapatkan deskripsi dari sudut pandang orang pertama. Ini merupakan kriteria utama dan


(48)

merupakan sesuatu yang wajib dalam penelitian fenomenologi. Walaupun secara demografis informan cocok, namun bila ia tidak mengalami secara langsung, ia tidak bisa dijadikan informan. Syarat inilah yang akan mendukung sifat otentitas penelitian fenomenologi.

2. Informan mampu menggambarkan kembali fenomena yang telah

dialaminya, terutama dalam sifat alamiah dan maknanya. Hasilnya akan diperoleh data yang alami dan reflektif menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.

3. Bersedia untuk terlibat dalam kegiatan penelitian yang mungkin

membutuhkan waktu yang lama.

4. Bersedia untuk diwawancara dan direkam aktivitasnya selama wawancara

atau selama penelitian berlangsung

5. Memberikan persetujuan untuk mempublikasikan hasil penelitian.

Dan sebelum melakukan penelitian yang sesungguhnya, peneliti telah melakukan sebuah pra-penelitian terlebih dahulu dengan melakukan pendekatan terhadap informan yang diketahui mengalami jalinan hubungan melalui facebook. Ini diperlukan agar penelitian dapat berjalan dan menghasilkan hasil yang terbaik. Peneliti merasa lima informan yang dipilih telah sesuai dengan ciri-ciri informan dalam penelitian fenomenologi. Ciri-ciri tersebut antara lain adalah:

 Informan biasanya terdapat dalam satu lokasi

 Informan adalah orang yang mengalami secara langsung perisitiwa yang menjadi bahan penelitian.

 Informan mampu untuk menceritakan kembali peristiwa yang telah

dialaminya

 Memberikan kesediannya secara tertulis untuk dijadikan informan


(49)

3.4 Kerangka Analisis

OBJEK(benda/fenomena) kesengajaan(intentionality)

Noesis intersubjektif

Noema intersubjektif

intersubjektif INTUISI

MAKNA/ESENSI OBJEK Gambar kerangka analisis penelitian fenomenologi

(Kuswarno:2009)

Gambar III

Komponen-komponen fenomenologi transdental Husserl (Kuswano, 2009) yaitu: a. Kesengajaan (intentionality)

Proses internal dalam diri manusia yang berhubungan dengan objek tertentu(berwujud atau tidak). Oleh karena kesengajaan diawali oleh kesadaran, maka faktor yang berpengaruh terhadap kesengajaan antara lain kesenangan(minat), penilaian awal dan harapan terhadap objek. Oleh karena makna itu hasil kerja sama antara ‘objek real’ dengan ‘objek dalam persepsi’ maka kesengajaan dibentuk oleh dua konsep utama, yaitu noema dan noesis.


(50)

b. Noema dan Noesis

Noema merupakan bahan dasar pikiran dan roh (mind and spirit) manusia. Noesis juga yang menyadarkan kita akan makna, ketika mempersepsi mengingat, menilai, merasa, dan berpikir. Noesis adalah sisi ideal objek dalam pikiran kita, bukan objek yang sebenarnya. Dengan noesis, suatu objek dibawa dalam kesadaran, muncul dalam kesadaran, dan secara rasional ditentukan. Lebih jauh manusia berpikir, merasa, menilai, dan mengingat dengan menggunakan noesis. Deskripsi noesis adalah deskripsi subjektif, karena sudah ada pembberian makna padanya.

Lawan dari noesis adalah noema yakni sesuatu yang diterima oleh panca indera manusia. Deskripsi noema adalah deskriptif objektif, berdasarkan pada bagaimana objek tersebut nampak dalam panca indera kita. noema akan membimbing kita pada noesis. Tidaka aka nada noesis bila kita memiliki noema sebelumnya. Jadi pengetahuan itu ada sebelum kita berpikir mengenainya.

c. Intuisi

Intuisi yang membimbing manusia mendapatkan pengetahuan,yang bebas dari kesan sehari-hari dan perilaku ilmiahnya. Dengan kata lain intuisi adalah alat untuk mencapai esensi dengan memisahkan yang biasa dari objek, untuk menentukan “kemurnian” yang ada padanya. Intuisi adalah proses kehadiran esensi fenomena dalam kesadaran.

d. Intersubjektivitas

Faktor intersubjektivitas berperan dalam pembentukan makna. Makna yang kita berikan pada objek turut juga dipengaruhi oleh empati yang kita miliki terhadap orang lain. Karena secara alamiah, kita memiliki kecenderungan untuk membandingkan pengalaman kita dengan pengalaman milik orang lain. Persepsi kita yang utama, namun dalam persepsi ini termasuk juga persepsi terhadap orang lain sebagai analogi.


(51)

3.5 Teknik Pengumpulan Data 3.5.1. Data Primer

3.5.1.1. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan.

Pewawancara adalah orang yang menggunakan metode wawancara sekaligus dia bertindak sebagai “pemimpin” dalam proses wawancara tersebut. Dia pula berhak menentukan materi yang akan diwawancarai serta kapan dimulai dan diakhiri. Namun kadang kala informan pun dapat menentukan perannya dalam hal kesepakatan mengenai kapan waktu wawancara mulai dilaksanakan dan diakhiri.

Informan adalah orang yang diwawancarai, diminta informasi oleh pewawancara. Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian (Bungin, 2010: 108).

3.5.1.2. Observasi

Pengamatan terlibat (participant observation) adalah studi yang disengaja dan dilakukan secara sistematis, terencana, terarah pada suatu tujuan di mana pengamat atau peneliti terlibat langsung dalam kehidupan sehari-hari dari subjek atau kelompok yang diteliti. Dengan keterlibatan langsung dalam kehidupan sehari-hari tersebut menyebabkan terjadinya hubungan sosial dan emosional antara peneliti dengan subjek yang diteliti, dampaknya si peneliti mampu menghayati perasaan, sikap, pola pikir yang mendasari perilaku subjek yang diteliti terhadap masalah yang dihadapi.


(52)

3.5.2. Data Sekunder

Studi literatur yang dilakukan dalam penelitian adalah dengan mengumpulkan berbagai macam data kepustakaan dan data kasus, yakni data yang hanya menjelaskan kasus-kasus tertentu, dalam arti bahwa data kasus berlaku untuk kasus tersebut serta tidak bertujuan untuk digeneralisasikan dengan kasus lain dengan radius yang lebih luas. Data kasus lebih luas dalam mengekspresikan sebuah obyek penelitian.

Penelitian akan dilaksanakan pada pertengahan bulan Maret 2012. Dikarenakan peneliti harus menyiapkan terlebih dahulu segala keperluan dan hal-hal yang dibutuhkan sebelum melakukan penelitian ke lapangan. Agar peneliti mendapatkan hasil penelitian yang maksimal dan terbaik.

3.6 Analisis Data

Analisis data adalah suatu analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti melalui seperangkat metodologi tertentu. Dalam penelitian ini, teknik analisis data dilakukan dengan pendekatan fenomenologi transdental ( fenomenologi klasik). Dicetuskan oleh Edmund Husserl (1859-1938) seorang fisikawan dan ahli matematika yang kemudian memfokuskan dirinya pada isu-isu fundamental mengenai bagaimana kita dapat mengetahui dunia. Fokus perhatiannya adalah tesis bahwa dalam keseharian hidup kita, esensi dari objek dan pengalaman menjadi kabur dengan konsep-konsep yang diterima begitu saja (taken of granted) yang kemudian menjadi sebuah kebenaran umum. Karena kekaburan esensi ini, ia percaya bahwa inti usaha fenomenologi adalah untuk memurnikan sikap alamiah kehidupan sehari-hari dengan tujuan menerjemahkan sebagai sebuah objek untuk penelitian filsafat secara cermat dan dalam rangka menggambarkannyaserta memperhitungkn struktur essensialnya.

Tujuan dari pemurnian ini menurut Husserl telah dicapai melalui metode epoche. Metode ini meliputi dengan pemberian tanda kurung (bracketing) atau


(53)

menunda sikap-sikap alamiah dari hal-hal kehidupan yang diterima begitu saja dalam rangka memperoleh pemahaman yang lebih murni dari fenomena yang diinvestigasi. Menurut aliran fenomenologi transdental, pemahaman yang benar atas sebuah fenomena dapat dinilai hanya jika bias-bias personal, sejarah, nilai, dan ketertarikan, dapat dimurnikan (meletakannya dalam sebuah satuan pengalaman) berdasarkan waktu investigasi Terdapat beberapa tahap analisis (Kuswarno, 2009), yaitu:

- Epoche

Epoche adalah pemutusan hubungan dengan pengalaman dan pengetahuan yang kita yakini sebelumnya. Oleh karena epoche memberikan cara pandang yang sama sekali baru terhadap objek, maka dengan epoche kita dapat menciptakan ide, perasaan, kesadaran dan pemahaman yang baru. Epoche membuat kita masuk ke dalam dunia internal yang murni, sehingga memudahkan untuk pemahaman akan diri dan orang lain.

- Reduksi Fenomenologi

Ketika epoche adalah langkah awal untuk memurnikan objek dari pengalaman dan prasangka awal, maka tugas dari reduksi fenomenologi adalah menjelaskan dalam susunan bahasa bagaimana objek itu terlihat. Reduksi akan membawa kita kembali pada bagaimana kita mengalami sesuatu. Memunculkan kembali asumsi awal dan mengembalikan sifat-sifat alamiahnya. Reduksi fenomenologi tidak hanya sebagai cara untuk melihat, namun juga cara untuk mendengar suatu fenomena dengan kesadaran dan hati-hati.

- Variasi Imajinasi

Setelah reduksi fenomenologi, variasi imajinasi muncul untuk mencari makna-makna yang mungkin dengan memanfaatkan imajinasi, kerangka rujukan, pemisahan dan pembalikan, serta pendekatan terhadap fenomena dari perpektif, posisi, peranan, dan fungsi yang berbeda. Tujuannya adalah untuk mencapai deskripsi struktural dari sebuah pengalaman (bagaimana fenomena berbicara mengenai dirinya). Dengan kata lain menjelaskan struktur esensial dari fenomena.


(54)

- Sintesis Makna dan Esensi

Tahap terakhir dalam penelitian fenomenologi transendental adalah integrasi intuitif dasar-dasar deskripsi terkstural dan struktural ke dalam satu pernyataan yang menggambarkan hakikat fenomena secara keseluruhan. Dengan demikian, tahap ini adalah tahap penegakkan mengenai hakikat.

Menurut Husserls, esensi adalah sesuatu yang umum dan berlaku universal, kondisi atau kualitas yang menjadikan sesuatu. Esensi tidak terungkap secara sempurna. Sintesis struktur tekstural yang fundamental akan mewakili esensi dalam waktu dan tempat tertentu, dari sudut pandang imajinatif dan studi reflektif seseorang terhadap fenomena.


(1)

Nama : Meggy andriana Informan III

Jurusan : Teknologi Hasil Hutan Semester VIII Tanggal Wawancara : 30 Mei 2012

Bahwa transkrip ini telah disetujui oleh yang bersangkutan

( )

Tanya (t) : nama lengkap sama tanggal lahir nya boleh tau kak?

Jawab (j) : nama lengkapku Meggy Andriana, tempat tanggal lahirku Timur-timur, 07 Mei 1990.

Tanya (t) : aku mau nanya-nanya soal facebook ini meg, boleh kan? Jawab (j) : iya boleh..

Tanya (t) : oke, Mantap. Jadi kita mulai pertanyaan pertama ya, Meggy make facebook dari kapan mulainya? Trus kekmana awal mulanya make facebook ini? Tujuan awalnya lah,

Jawab (j) : aku make facebook dari kira-kira tahun 2008 gitu. Aku pertama buatnya karena waktu awal di kampus kawan-kawan semua ngajak tukaran facebook. Jadi yaudah aku buat juga.


(2)

Tanya (t) : buatMeggy, seberapa penting lah facebook ini?

Jawab (j) : penting lah. Istilahnya facebook ini jadi tempat ketemu dengan kawan lama, kawan baru, trus juga tempat mengekspresikan diri, perasaan.

Tanya (t) : trus knapa la seterusnya jadi keterusan main facebooknya sampe sekarang?

Jawab (j) : facebook itu gampang digunakan, trus banyak fungsinya, bisa untuk kenalan, jumpa kawan lama, kawan baru, trus juga untuk tempat upload photo, reunian sama kawan yang entah dimana tinggalnya.

Tanya (t) : apalagi yang sering Meggy lakuin di facebook?

Jawab (j) : apa ya, bentar, mikir dulu.. oia, kebetulan kan aku orangnya suka chatting, sekarang kan di facebook ini lebih enak lagi, semuanya bisa, komen foto kawan, status kawan, bikin undangan aja bisa, main game lagi. Pokoknya

facebook ini mantap kalilah, banyak fungsinya kalo menurutku.

Tanya (t) : o, gitu ya. Trus biasanya Meggy chatting sama siapa aja itu? Jawab (j) : ya sama kawan-kawan lah. Yang jauh, yang dekat, siapa aja yang kita liat lagi online lah.

Tanya (t) : oia, kalo boleh tau, sekarang teman facebook Meggy ada berapa ya?


(3)

Tanya (t) : oww, banyak juga ya, itu dikenal semua itu Meg?

Jawab (j) : gak lah, banyak emang yang dikenal, tapi sebagian itu yang Cuma sekedar kawan facebook, misalnya ada yang add, kalo banyak teman yang sama, ya biasanya kutrima, trus juga kalo fotonya menarik, sama kalo informasinya jelas lah.

Tanya (t) : o, gitu ya, pernah gak Meggy yang add duluan?

Jawab (j) : pernah la, kalo misalnya ada kawan yang kayak familiar gitulah mukanya.

Tanya (t) : pernah ga sih, ada orang yang ga dikenal nge add trus ngajak chatting?

Jawab (j) : pernah, ya aku ladenin aja selama sopan. Lagian kan facebook ini memang juga sekalian untuk kenalan ya, jadi ya ga ada salahnya kan kenalan dari facebook. Tapi sih biasanya cowok, hehe.

Tanya (t) : sekarang ini kan banyak kan meg orang yang kenalan dari facebook terus malah jadi berhubungan seterusnya. Kekmana pendapat Meggy tentang ini?

Jawab (j) : aku juga ngalamin itu kok. Oke aja selama itu baik. Tapi ya kita juga harus pande-pande la milih mana yang memang pantas dijadikan kawan betulan. Jangan sampe pulak dijahatin awak nanti. Itu aja sih, kalo masalah berlanjut atau gak itu kan tergantung nyambung enggak nya sih, ya kek yang kubilang tadi lah, aku juga pernah ngalaminnya.


(4)

Jawab (j) : ya biasalah, basa-basi dulu lah awalnya. Tapi ada juga sih yang karena intens nya chatting jadi dekat, trus sms an, telponan, ketemuan, curhat-curhat.

Tanya (t) : boleh dicritain gak soal yang barusanMeggy bilang itu? Jawab (j) : o, boleh. Aku punya teman dekat yang awalnya itu teman facebook. dia bukan anak USU. waktu itu aku lagi bosan trus buka-buka

facebook. dan dia ngajak ngobrol gitu, yaudah aku ladenin, ternyata orangnya asik dan kami sama-sama suka olahraga, yaudah seringlah chatting setiap online facebook. trus tukeran nomor hp lah, sms an. Asik lah orangnya dia. Akhirnya pernah dia ngajak ketemuan makan siang, trus kami ketemuanlah. Ternyata memang nyambung kek di sms dan facebook, jadi yaudah kami jadi teman lah. Sering juga jogging bareng trus sangkin udah dekatnya curhat-curhatan soal pacar dan kuliah masing-masing, saling bantu juga dalam berbagai hal.

Tanya (t) : biasanya kenapa sih Meggy mau chatting bahkan sampe ketemuan gitu? Kok langsung percaya gitu?

Jawab (j) : yah, awalnya pasti ga percaya lah kan, tapi kesringan chatting jadi uda banyak juga yang masing-masing tahu, trus udah itu kan aku nya juga lama-lama jadi nyari-nyari, soalnya enak aja kan kalo lagi sendiri di kost an, lagi bosan, tinggal buka facebook trus chatting lah sama dia. Kebetulan juga banyak hobi yang sama sih, jadi lebih lepas kalo crita.

Tanya (t) : kalo misalnya lagi ada masalah trus Meggy tadi katanya kan curhat juga sama orang itu kan, ada gak solusi yang temen maggy itu kasi? Jawab (j) : ada dan biasanya malah dia ikut bantuin pun. Misalnya lah kek kmaren pernah aku ada tugas dari kampus, tahulah kehutanan ini kan entah kemana-mana aja nya tugasnya, dan aku gatau tempatnya. Jadi ya dia mau nganterin aku nyari-nyari sampe ketemu. Aku juga gitu sih, kmaren pas pacarnya


(5)

ultah, dia bingung mau ngasi kado apa, aku nemenin dia, trus bungkusin kadonya. Gitu juga kalo lagi ada masalah dan saling curhat. Intinya kami benar-benar udah jadi teman dekat lah sekarang.

Tanya (t) : kenapa kok milih curhat sama orang yang baru dikenal? Sahabt-sahabat ato teman Meggy kemana semua?

Jawab (j) : haha. Ya disini juga sih. Cuma kan sekarang udah rata-rata sibuk skripsi juga semua. Jadi kadang ga sempat crita-crita. Jadi kan kalo ada kek orang itok ini bisa jadinya curhat, apalagi orangnya udah kita tau baik lah. Jadi kenapa enggak ya kan kalo ada yang mau dengarkan.

Tanya (t) : jadi hubungan Meggy sama sahabat atau kawan-kawan gimana? Jawab (j) : baik-baik aja kok. Kadang kalo lagi sama-sama ada waktu juga keluar sama-sama. Ga ada yang berubah. Malah enak, jadi nambah sahabat.

Tanya (t) : hubungan Meggy yang dekat gitu sama si cowok ini ga bikin pacarnya cemburu?

Jawab (j) : gak lah, malah jadi kompak juga pun aku sama dia. Soalnya kan dia tau aku sama cowoknya itu Cuma sekedar teman. Aku juga punya pacar kok. Lagian sama dia lebih enak jadi sahabat kayaknya, udah klop soalnya.

Tanya (t) : oia terakhir, menurut Meggy, hubungan melalui facebook ini ada manfaatnya gak ya?

Jawab (j) : Banyak lah, selain jadi tempat curhat juga kan jadi nambah sahabat. Banyak teman kan enak.


(6)

Tanya (t) : okelah, segitu aja wawancaranya, makasi ya Meg udah mau crita-crita, good luck lah buat skripsi kita.