Gambaran Kematangan Karir Pada Mahasiswa Yang Mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa Di Universitas Sumatera Utara
GAMBARAN KEMATANGAN KARIR PADA
MAHASISWA YANG MENGIKUTI UNIT KEGIATAN
MAHASISWA DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan ujian Sarjana Psikologi
oleh :
KARTIKA SARI ANGGRAINI
081301029
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
SKRIPSI
GAMBARAN KEMATANGAN KARIR PADA MAHASISWA
YANG MENGIKUTI UNIT KEGIATAN MAHASISWA DI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dipersiapkan dan disusun oleh:KARTIKA SARI ANGGRAINI 081301029
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada Tanggal 13 Juli 2012
Mengesahkan Dekan Fakultas Psikologi
Prof. Dr. Irmawati, M.Si, psikolog NIP. 195301311980032001
Tim Penguji
1. Fasti Rola, M.Psi., psikolog Penguji I
NIP. 198103142005012003 Merangkap Pembimbing
2. Filia Dina Anggaraeni, M.Pd. Penguji II NIP. 196910142000042001
3. Eka Danta Jaya Ginting, MA., psikolog Penguji III NIP. 197308192001121001
(3)
LEMBAR PERNYATAAN
Penulis yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi penulis yang berjudul :
GAMBARAN KEMATANGAN KARIR PADA MAHASISWA YANG
MENGIKUTI UNIT KEGIATAN MAHASISWA DI UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini penulis kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, penulis bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 2 Juli 2012
KARTIKA SARI ANGGRAINI NIM 081301029
(4)
Gambaran kematangan karir pada mahasiswa yang mengikuti unit kegiatan mahasiswa di Universitas Sumatera Utara
Kartika Sari Anggraini dan Fasti Rola
ABSTRAK
Saat ini jumlah lulusan dari Perguruan Tinggi (PT) sangat melimpah dan tidak sebanding dengan jumlah lowongan pekerjaan yang ada (Helmi, 2004). Selain itu, banyak mahasiswa yang belum mengetahui bidang pekerjaan yang ingin dicapai dan digelutinya setelah menjadi sarjana kelak (Sartika, 2001). Oleh karena itu, bidang kemahasiswaan Universitas Sumatera Utara mengembangkan berbagai program yang dapat memfasilitasi kegiatan-kegiatan kemahasiswaan dalam pengembangan minat dan kemampuannya, salah satunya disebut Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kematangan karir mahasiswa yang mengikuti UKM di Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan jumlah subjek sebanyak 80 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah incidental sampling. Alat ukur pada penelitian ini adalah skala Kematangan Karir. Skala kematangan karir dibuat sendiri oleh peneliti yang disusun berdasarkan 4 (empat) dimensi Kematangan Karir yang dikemukakan Super (dalam Levinson, dkk, 2001) yaitu Planfulness (Perencanaan Karir), Decision Making (Pengambilan Keputusan), Exploration (Eksplorasi Karir), dan Information Gathering (Mengumpulkan Informasi Karir). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 80 subjek penelitian ditemukan bahwa 14 orang mahasiswa yang mengikuti UKM di Universitas Sumatera Utara memiliki kematangan karir pada kategori tinggi, 48 mahasiswa berada pada kategori sedang, dan 18 mahasiswa berada pada kategori rendah. Hasil data juga menunjukkan bahwa dimensi yang memiliki nilai tertinggi terdapat pada dimensi Pengumpulan informasi tentang karir (Information Gathering). Selain itu, hasil tambahan juga menunjukkan bahwa kematangan karir rata-rata tinggi pada jenis kelamin laki-laki, pada bidang organisasi seni, pada sosial ekonomi menengah, dan memiliki suku Minang.
(5)
The description of career maturity of students who attend the Student Activity Unit (UKM) at the University of North Sumatera
Kartika Sari Anggraini and Fasti Rola
ABSTRACT
Currently the number of graduates of college is very abundant and are not proportional to the number of jobs (Helmi, 2004). Moreover, many students do not know the field of work to be achieved and what they do after had their bachelor‟s degree later (Sartika, 2001). Therefore, the field of Student Affairs University of North Sumatera developed various programs to facilitate student activities in the developing interests and abilities, one of which is called the Student Activity Unit (UKM). This study aims to know the description of career maturity of students who attend the Student Activity Unit (UKM) at the University of North Sumatra. This study is a descriptive quantitative research with the subject of as many as 80 people. The sampling technique used is incidental sampling. Measuring instrument in this study is the scale of Career Maturity. Career maturity scale is made by the researchers who compiled based on 4 (four) dimensions of career maturity proposed by Super (in Levinson, et al, 2001), Planfulness, Decision Making, Exploration, and Information Gathering. The results showed that of 80 subjects found that 14 students who attended the UKM in the North Sumatra University has career maturity in high category, 48 students were in the medium category, and 18 students were in the low category. The results also showed that the highest value found in the dimensions of the collection of information about careers (Information Gathering). Furthermore, additional results also showed that the average maturity of a career high in male gender, in the field of arts organizations, the middle socioeconomic, and have Minang tribe.
(6)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas karunia kekuatan dan kemudahan yang diberikan dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Kematangan Karir Pada Mahasiswa yang Mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa Pada Universitas Sumatera Utara” ini. Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.
Peneliti telah melalui berbagai tahap dan proses dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak, mulai dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi peneliti untuk melaluinya. Untuk itu penulis ingin mnegucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, M.Si, psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.
2. Kak Fasti Rola, M.Psi., psikolog selaku Pembimbing Skripsi dan sekaligus Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dengan sabar selama seminar dan pengerjaan skripsi ini juga telah memberikan banyak masukan dan motivasi selama 4 tahun masa perkuliahan.
(7)
3. Ibu Filia Dina Anggaraeni, M.Pd. yang telah banyak membantu dan selalu memberi semangat selama 4 tahun perkuliahan.
4. Bapak Eka Danta Jaya Ginting, M.A., Psikolog sebagai dosen penguji pada saat skripsi yang telah membantu dan sabar dalam proses perbaikan skripsi.
5. Seluruh staff pengajar dan pegawai Fakultas Psikologi USU atas bimbingan, bantuan, dan kekeluargaannya selama ini.
6. Almh. Hj. Lisna Herawati dan H. Affan Mukti, SH, M.Hum sebagai orangtua atas dukungan moril, materil, serta doa yang selalu diberikan. 7. Nofan Herawan, SH. selaku kakak atas bantuan yang diberikan baik secara
langsung maupun tidak langsung.
8. Seluruh keluarga besar, atas doa dan dukungannya dalam proses pengerjaan skripsi ini.
9. Muhammad Deni Anggara, sebagai orang terdekat yang selalu sabar dan memberi dukungan setiap hari.
10.Sahabat-sahabat penulis, khususnya Irfan Maulana, Astrid Indi Dwisty Anwar, Tapi Tenera Siregar, Adinda Juwita Sari, Doley Tobing, Maria Ulfa, Dewisari Imani, Mirna Ramzie, Aulia Rahman, Romy Elmaco, atas bantuan, dukungan, serta segala prosesnya.
11.Keluarga besar PsikoNolapan, khususnya Artika Novriyana, Susi Mariani, Mastari, Novami Lestari, Amelia Septyarini, Evy Deliani, Dean Mayrisa, Ayunda Rahmah, dan Mawaddah Hasanah atas kebersamaan dan kekeluargaannya selama ini.
(8)
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih mengandung banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna menyempurnakannya. Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah memberikan bantuannya. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi banyak pihak.
Medan, 20 Juli 2012
Penulis, Kartika Sari Anggraini
(9)
DAFTARISI
LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GRAFIK ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 10
E. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II LANDASAN TEORI ... 13
A. Kematangan Karir ... 13
1. Pengertian Kematangan Karir ... 13
2. Dimensi Kematangan Karir... 14
3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Karir .... 16
4. Tahap Perkembangan Karir... 18
B. Mahasiswa ... 22
1. Pengertian Mahasiswa ... 22
C. Organisasi Kemahasiswaan di USU ... 23
1. Pengertian ... ... 23
2. Bentuk Organisasi Kemahasiswaan... .. 24
3. Organisasi Kemahasiswaan di USU... ... 25
4. Bentuk Organisasi Kemahasiswaan di USU... . 25
D. Gambaran Kematangan Karir Mahasiswa yang Mengikuti UKM di USU ... 27
BAB III METODE PENELITIAN ... 32
A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 32
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 33
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 34
1. Populasi Penelitian ... 34
2. Sampling dan Teknik Sampling ... 34
D. Metode Pengumpulan Data ... ... 35
E. Validitas, Uji Daya Beda, dan Reliabilitas Alat Ukur ... 38
a. Validitas ... 38
b. Reliabilitas Alat Ukur ... 39
(10)
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 42
1. Tahap Persiapan ... 42
2. Tahap Pelaksanaan ... 44
G. Tahap Pengolahan Data... ... 44
H. Metode Analisa Data ... 45
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 47
A. Analisa Data ... 47
1. Gambaran Subjek Penelitian ... 47
a. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 47
b. Gambaran Subjek Berdasarkan Bidang Organisasi ... 48
c. Gambaran Subjek Berdasarkan Pendapatan per Bulan .. 48
d. Gambaran Subjek Berdasarkan Suku ... 49
2. Hasil Penelitian Utama ... 49
3. Hasil Tambahan Penelitian ... 54
B. Pembahasan ... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65
A. Kesimpulan ... 65
B. Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 68 LAMPIRAN
(11)
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Daftar Penilaian Skala Bentuk Pernyataan ... 36
Tabel 2 Blue Print Skala Kematangan Karir Sebelum Uji Coba... 38
Tabel 3 Blue Print Skala Kematangan Karir Setelah Uji Coba... 41
Tabel 4 Blue Print Skala Kematangan Karir... 42
Tabel 5 Rumus Pengkategorisasian Tingkat Kematangan Karir... 45
Tabel 6 Penyebaran Subjek berdasarkan Jenis Kelamin... 47
Tabel 7 Penyebaran Subjek berdasarkan Bidang Organisasi... 48
Tabel 8 Penyebaran Subjek berdasarkan Pendapatan Per Bulan... 48
Tabel 9 Penyebaran Subjek berdasarkan Suku... 49
Tabel 10 Hasil Uji Normalitas dari Skala Kematangan Karir... 50
Tabel 11 Perbandingan Mean Empirik dan Mean Hipotetik Kematangan Karir pada Mahasiswa yang mengikuti UKM di USU... 51
Tabel 12 Kriteria Kategorisasi Kematangan Karir pada Mahasiswa yang mengikuti UKM di USU... 52
Tabel 13 Kategorisasi Kematangan Karir pada Mahasiswa yang mengikuti UKM di USU berdasarkan Dimensi kematangan Karir... 53
Tabel 14 Kategorisasi Kematangan Karir pada Mahasiswa yang mengikuti UKM di USU berdasarkan Jenis Kelamin... 55
Tabel 15 Kategorisasi Kematangan Karir pada Mahasiswa yang mengikuti UKM di USU berdasarkan Bidang Organisasi... 55
Tabel 16 Kategorisasi Kematangan Karir pada Mahasiswa yang mengikuti UKM di USU berdasarkan Pendapatan Per Bulan... 56
Tabel 17 Kategorisasi Kematangan Karir pada Mahasiswa yang mengikuti UKM di USU berdasarkan Suku... 58
(12)
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Kurva Normal Kematangan Karir... 50 Grafik 2 Kriteria Kategorisasi Kematangan Karir pada Mahasiswa yang
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Skala Kematangan Karir ... 70
LAMPIRAN 2 Tabulasi Skor Skala Kematangan Karir ... 77
LAMPIRAN 3 Reliabilitas Uji Coba Skor Skala Kematangan Karir... 86
LAMPIRAN 4 Reliabilitas Skala Kematangan Karir ... 92
LAMPIRAN 5 Analisa Hasil Penelitian ... 95
(14)
Gambaran kematangan karir pada mahasiswa yang mengikuti unit kegiatan mahasiswa di Universitas Sumatera Utara
Kartika Sari Anggraini dan Fasti Rola
ABSTRAK
Saat ini jumlah lulusan dari Perguruan Tinggi (PT) sangat melimpah dan tidak sebanding dengan jumlah lowongan pekerjaan yang ada (Helmi, 2004). Selain itu, banyak mahasiswa yang belum mengetahui bidang pekerjaan yang ingin dicapai dan digelutinya setelah menjadi sarjana kelak (Sartika, 2001). Oleh karena itu, bidang kemahasiswaan Universitas Sumatera Utara mengembangkan berbagai program yang dapat memfasilitasi kegiatan-kegiatan kemahasiswaan dalam pengembangan minat dan kemampuannya, salah satunya disebut Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kematangan karir mahasiswa yang mengikuti UKM di Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan jumlah subjek sebanyak 80 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah incidental sampling. Alat ukur pada penelitian ini adalah skala Kematangan Karir. Skala kematangan karir dibuat sendiri oleh peneliti yang disusun berdasarkan 4 (empat) dimensi Kematangan Karir yang dikemukakan Super (dalam Levinson, dkk, 2001) yaitu Planfulness (Perencanaan Karir), Decision Making (Pengambilan Keputusan), Exploration (Eksplorasi Karir), dan Information Gathering (Mengumpulkan Informasi Karir). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 80 subjek penelitian ditemukan bahwa 14 orang mahasiswa yang mengikuti UKM di Universitas Sumatera Utara memiliki kematangan karir pada kategori tinggi, 48 mahasiswa berada pada kategori sedang, dan 18 mahasiswa berada pada kategori rendah. Hasil data juga menunjukkan bahwa dimensi yang memiliki nilai tertinggi terdapat pada dimensi Pengumpulan informasi tentang karir (Information Gathering). Selain itu, hasil tambahan juga menunjukkan bahwa kematangan karir rata-rata tinggi pada jenis kelamin laki-laki, pada bidang organisasi seni, pada sosial ekonomi menengah, dan memiliki suku Minang.
(15)
The description of career maturity of students who attend the Student Activity Unit (UKM) at the University of North Sumatera
Kartika Sari Anggraini and Fasti Rola
ABSTRACT
Currently the number of graduates of college is very abundant and are not proportional to the number of jobs (Helmi, 2004). Moreover, many students do not know the field of work to be achieved and what they do after had their bachelor‟s degree later (Sartika, 2001). Therefore, the field of Student Affairs University of North Sumatera developed various programs to facilitate student activities in the developing interests and abilities, one of which is called the Student Activity Unit (UKM). This study aims to know the description of career maturity of students who attend the Student Activity Unit (UKM) at the University of North Sumatra. This study is a descriptive quantitative research with the subject of as many as 80 people. The sampling technique used is incidental sampling. Measuring instrument in this study is the scale of Career Maturity. Career maturity scale is made by the researchers who compiled based on 4 (four) dimensions of career maturity proposed by Super (in Levinson, et al, 2001), Planfulness, Decision Making, Exploration, and Information Gathering. The results showed that of 80 subjects found that 14 students who attended the UKM in the North Sumatra University has career maturity in high category, 48 students were in the medium category, and 18 students were in the low category. The results also showed that the highest value found in the dimensions of the collection of information about careers (Information Gathering). Furthermore, additional results also showed that the average maturity of a career high in male gender, in the field of arts organizations, the middle socioeconomic, and have Minang tribe.
(16)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di era globalisasi dan teknologi yang semakin canggih ini, permasalahan lapangan kerja menjadi suatu fenomena yang umum terjadi di Indonesia. Para mahasiswa yang nantinya akan menjadi sarjana diharapkan telah memiliki arah tujuannya dalam menjalankan tugas perkembangan pada usianya yaitu bekerja pada bidang pekerjaan yang sesuai dengan minat dan juga kemampuannya. (Helmi, 2004).
Pada kenyataannya, banyak mahasiswa yang belum mengetahui bidang pekerjaan yang ingin dicapai dan digeluti kelak (Helmi, 2004). Hasil survey yang dilakukan oleh Sartika (2001) mengenai permasalahan-permasalahan yang paling dominan yang dirasakan oleh sarjana baru di Universitas Islam Bandung, didapatkan hasil bahwa mahasiswa memiliki kekhawatiran menjadi pengangguran setelah selesai menempuh pendidikan, merasa kurang memiliki pengalaman untuk suatu pekerjaan, merasa mampu atau tidak bekerja sesuai dengan profesi yang dijalaninya, mampu berhasil atau tidak dalam menempuh hidup, merasa masih memerlukan berbagai informasi tentang lapangan kerja, dan perlu membuat rencana untuk masa depan.
Sejalan dengan hal tersebut, saat ini jumlah lulusan dari Perguruan Tinggi (PT) sangat melimpah dan tidak sebanding dengan jumlah lowongan pekerjaan. Hal tersebut membuat PT diharapkan tidak hanya mampu mencetak lulusan
(17)
sarjana setiap tahunnya sesuai dengan perbandingan jumlah mahasiswa yang masuk, tetapi juga dapat menghasilkan lulusan yang dapat diserap dalam pasar kerja, dihargai tinggi oleh pasar tenaga kerja, dan disisi lain juga mampu menciptakan pekerjaan (Helmi, 2004).
Berdasarkan hal tersebut, pemerintah melakukan sebuah upaya untuk mengurangi permasalahan karir di Indonesia, yaitu dengan memfokuskan para mahasiswa untuk mengembangkan seluruh kemampuan dan potensinya agar dapat mendukung mereka dalam mencari kerja dan menciptakan pekerjaan setelah lulus nanti. Pemerintah memiliki visi untuk menciptakan mahasiswa Indonesia yang kreatif, cerdas, dan kompetitif (Direktorat Kelembagaan, 2006).
Sesuai dengan tahapan perkembangan karirnya, mahasiswa berada di tahap eksplorasi (14-24 tahun). Pada tahap ini mahasiswa banyak melakukan pencarian tentang karir apa yang sesuai dengan dirinya, merencanakan masa depan dengan menggunakan informasi dari diri sendiri, mulai mengenali diri melalui minat, kemampuan, dan nilai. Individu pada tahap ini akan mengembangkan pemahaman diri, mengidentifikasi pilihan pekerjaan yang sesuai, dan menentukan tujuan masa depan yang sementara tetapi dapat diandalkan kelak. Individu juga akan menentukan pilihan melalui kemampuan yang dimiliki untuk membuat keputusan dengan memilih di antara alternatif pekerjaan yang sesuai (Santrock, 2003).
Tahap eksplorasi memiliki tiga sub tahap, yaitu sub tahap tentatif, transisi, dan trial. Pada mahasiswa yang umumnya berusia 18 hingga 21 tahun, akan menjalani sub tahap transisi. Tugas individu yang berada pada sub tahap ini adalah mengembangkan pemahaman yang nyata tentang bakat dan kemampuan
(18)
yang dimiliki, mempersiapkan diri dan memilih pekerjaan. Pada tahap ini individu akan memilih dan mengikuti organisasi yang sesuai dengan bakat dan potensinya. Santrock (2003) mengatakan individu mulai menuju pilihan pekerjaan yang khusus, yaitu dengan mengikuti pelatihan profesional atau bekerja sambilan.
Salah satu media untuk mengembangkan seluruh potensi mahasiswa di PT adalah dengan membentuk Organisasi Intra. Hal ini didasarkan oleh keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi, pada Pasal 3 (1) dijelaskan bahwa di setiap PT terdapat satu organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi yang menaungi semua aktivitas kemahasiswaan. Organisasi kemahasiswaan intra ini dibentuk pada tingkat perguruan tinggi, fakultas, dan jurusan. Selanjutnya, pada pasal 5 dijelaskan bahwa salah satu fungsi organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi sebagai sarana dan wadah adalah untuk pengembangan potensi jatidiri mahasiswa.
Program yang dicanangkan Dirjen Dikti Depdiknas (Direktorat Kelembagaan, 2006) sesuai dengan tujuan bahwa setiap PT adalah untuk mempersiapkan lulusan yang berkualitas. Universitas Sumatera Utara melakukan program yang merupakan sarana untuk mendukung peningkatan kualitas dan kreatifitas mahasiswa di bidang penalaran dan keilmuan, bakat, minat dan kemampuan, kesejahteraan, kepedulian sosial dan kegiatan penunjang. Bidang Kemahasiswaan Universitas Sumatera Utara mengembangkan berbagai program yang dapat memfasilitasi kegiatan-kegiatan kemahasiswaan baik dalam bentuk pembinaan, pengembangan kegiatan kemahasiswaan maupun pelayanan kepada
(19)
mahasiswa yang dapat diberikan secara langsung seperti beasiswa, bantuan dana kegiatan, keperluan administrasi, dan lainnya melalui wadah-wadah yang dibentuk yang dikenal dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).
UKM mencakup bidang keorganisasian, seni, olahraga dan keagamaan. Saat ini, UKM yang berada dibawah binaan BKK USU adalah Suara USU (Kegiatan Pers/ Jurnalistik Mahasiswa), Kompas (Korp Pecinta Alam), Pramuka, Menwa (Resimen Mahasiswa), PEMA (Pemerintahan Mahasiswa), yang mana termasuk dalam UKM bidang keorganisasian; Fotografi, Teater "O", Paduan Suara, yang termasuk dalam UKM bidang seni; Fitnes, Tekwondo, Boxing Camp, Tenis Lapangan, Futsal, Bulutangkis, Sepak Bola, Bola Volly, Bola Basket, yang termasuk dalam UKM bidang olahraga; dan KMK, UKMI AD DAKWAH yang termasuk dalam UKM bidang keagamaan (Biro Kemahasiswaan & Kealumnian Universitas Sumatera Utara).
Kepala Biro Kemahasiswaan dan Kealumnian, Sunyoto (komunikasi personal, 16 Desember 2011), menyatakan bahwa terbentuknya UKM ini didasarkan pada Pola Pengembangan Kemahasiswaan (POLBANGWA) yang dikeluarkan oleh DIKTI tahun 2006, hal ini tampak pada kutipan wawancara berikut :
“Kebijakan ini dilakukan atas dasar masalah umum yang terjadi pada kegiatan kemahasiswaan. Secara kuantitatif, masih sangat sedikit mahasiswa yang berminat pada program pengembangan penalaran dan keilmuan; bakat, minat, dan kemampuan; kesejahteraan; kepedulian sosial; dan kegiatan penunjang. Keadaan ini dilatarbelakangi oleh tingginya biaya perkuliahan yang mengakibatkan mereka ingin cepat selesai dan segera mencari pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan. Oleh karena itu untuk dapat lebih banyak lagi melibatkan mahasiswa, maka kegiatan kemahasiswaan selain ditujukan untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa, sebaiknya juga ditujukan untuk pengembangan
(20)
keahlian/ ketrampilan yang mendukung mereka untuk memudahkan dalam mencari kerja dan menciptakan lapangan kerja setelah lulus nanti.”
Azwar (dalam Helmi, 2004) mengatakan bahwa belum semua mahasiswa menyadari arti pentingnya sebuah organisasi kemahasiswaan yang merupakan sarana pengembangan diri dan meningkatkan daya saing sehingga masih diperlukan upaya-upaya peningkatan kualitas mahasiswa dan lulusan dalam program ko-kurikuler yang disusun sistematis. Pada saat kemampuan penalaran seperti analisa, sintesa, dan berfikir abstrak dikembangkan dalam proses pembelajaran (dalam arti penguasaan ilmu atau hardskills) yang berkembang secara optimal dan menyentuh persoalan kehidupan nyata, maka secara berkelanjutan akan mengasah softskills mahasiswa. Kecerdasan dalam penguasaan ilmu juga memberikan dampak bagi pengembangan belajar tentang kehidupan. Itulah esensi dari proses belajar, belajar tentang ilmu dan belajar tentang kehidupan (life skills). Inti dari „proses pengembangan diri‟ yaitu „diri‟ yang belajar berkembang (Helmi, 2004).
Helmi (2004) juga menambahkan bahwa proses pengembangan diri menjadi titik pondasi sentral dalam pengembangan karir selanjutnya. Dalam proses pengembangan karir diperlukan kematangan karir, yaitu suatu situasi kesiapan dari seseorang untuk mengetahui dan memahami tentang arah minat dan potensi yang dimilikinya sehingga diharapkan dengan pemahamannya tersebut maka ia dapat menentukan bidang pekerjaan yang diinginkannya dan lebih jauh lagi akan memudahkannya untuk dapat fokus pada bidang pekerjaan dan sejahtera dalam menjalankannya (Lunberg, dalam Kerka 1998).
(21)
Hasil penelitian dari El, H. A.; Hinduan, Z. & Sulastiana, M. (2006) pada mahasiswa tingkat akhir di fakultas Psikologi UNPAD, menyatakan bahwa para mahasiswa belum memiliki kematangan karir dikarenakan mereka belum cukup memiliki pengetahuan yang memadai tentang pekerjaan guna menunjang bagi perencanaan karirnya. Mahasiswa belum mampu memanfaatkan sumber informasi secara maksimal untuk melakukan eksplorasi mengenai pekerjaan dan karir.
Super (dalam Levinson, dkk, 2001) menyatakan bahwa terdapat empat dimensi dari kematangan karir, yaitu Planfulness, Decision Making, dan Exploration, Information Gathering. Pada dimensi Planfulness, individu memiliki kepercayaan diri, kemampuan untuk dapat belajar dari pengalaman, menyadari bahwa dirinya harus membuat pilihan pendidikan dan pekerjaan, serta mempersiapkan diri untuk membuat pilihan tersebut. Mahasiswa yang mengikuti UKM akan bereksplorasi dan mendapatkan informasi tentang pekerjaan berkaitan dengan minat dan bakat yang ingin ia geluti kelak. Howard (dalam Rubin, Bommer, dan Baldwin, 2002) menemukan terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan dalam kegiatan ekstrakurikuler dengan pencapaian beberapa variabel kinerja karir. Hal ini juga didukung dari hasil wawancara dengan ketua UKM fotografi dan salah satu anggotanya berikut:
“kegiatan kami itu ada workshop fotografi, hunting foto, pameran foto. Jadi pas di workshop itu kami diajarin teori fotografi itu sendiri, lalu prakteknya dengan hunting foto, setelah itu hasil dari hunting foto kami pamerkan di pameran foto”(wawancara personal, 5 Desember 2011)
“udah tau gimana caranya foto studio, foto panggung, ada modal lah buat buka usaha nanti” (wawancara personal, 5 Desember 2011)
(22)
Pada dimensi Decision Making, Individu memiliki kemandirian, membuat pilihan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan. Kemampuan untuk menggunakan metode dan prinsip pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah termasuk memilih pendidikan dan pekerjaan. Hasil penelitian dari Rubin, Bommer, dan Baldwin (2002) terhadap 618 mahasiswa Universitas Midwestern di kota San Diego yang sudah memiliki bisnis sendiri, ditemukan bahwa partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler membuat pengambilan keputusan atau decision making menjadi lebih matang. Hal ini juga didukung dari hasil wawancara dengan alumni UKM SUARA USU yang telah bekerja, sebagai berikut:
“di Suara USU kami udah terbiasa kerja tanpa digaji, dan sebelum jadi anggota kami wajib magang selama 6 bulan dulu, udah terbiasa dengan deadline, capek sih tapi jujur sekarang aku ngerasa berguna kali apa yang udah aku dapatkan di Suara USU karena aku juga kerja kan sekarang di bidang jurnalistik juga”(wawancara personal, 12 Desember 2011)
Selanjutnya, pada dimensi Exploration individu berusaha untuk memperoleh informasi mengenai dunia kerja serta menggunakan kesempatan dan sumber informasi yang berpotensial. Pada mahasiswa yang mengikuti UKM, mereka mendapatkan kesempatan untuk dapat mengekplorasi mengenai bidang karir yang diminatinya sesuai dengan bakatnya. Penelitian dari Rubin, Bommer, dan Baldwin (2002) terhadap 618 mahasiswa Universitas Midwestern di kota San Diego yang sudah memiliki bisnis sendiri, ditemukan bahwa pengalaman ekstrakurikuler akan menghasilkan perkembangan keterampilan pada bidang yang digeluti menjadi lebih baik, salah satunya dalam hal mencari informasi. Hal ini juga didukung dari hasil wawancara berikut:
(23)
“Setelah masuk ukm fotografi itu aku jadi tau gimana teknik-teknik fotografi, trus jadi tau gimana sih fotografi dan kerja jadi fotografer itu gimana”(wawancara dengan salah satu anggota UKM Forografi USU, 22 Desember 2011)
Dimensi yang terakhir adalah Information Gathering, dimana Mahasiswa berusaha mendapatkan berbagai informasi mengenai bidang karir yang diminatinya. Pada dimensi ini, individu mendapatkan pengetahuan tentang jenis-jenis pekerjaan, cara untuk memperoleh dan sukses dalam pekerjaan serta peran-peran dalam dunia pekerjaan yang ingin digelutinya. Penelitian Luzzo (dalam Patton dan Lokan, 2001) terhadap 305 mahasiswa menemukan bahwa mahasiswa yang melakukan pekerjaan sampingan yang berkaitan dengan minatnya akan lebih matang keputusan karirnya. Hal ini juga didukung dari hasil wawancara sebagai berikut:
“wah..aku baru tau capeknya kerjaan di bidang jurnalistik ya di SUARA USU, dikejar-kejar deadline teruslah ”(wawancara dengan salah satu anggota UKM SUARA USU, 22 Desember 2011)
Hasil penelitian Singg (2005) terhadap 162 mahasiswa Universitas Southwestern di kota San Angelo, Texas, juga menyatakan bahwa mahasiswa yang kuliah sambil bekerja memiliki kematangan karir dan tanggung jawab yang tinggi. Dari wawancara dengan Ketua UKM fotografi diketahui bahwa 70% anggota yang telah menjadi alumni, memilih pekerjaan di bidang fotografi. Berikut kutipan wawancaranya :
“alumni kami banyak yang jadi fotografer sekarang, 70% lah..mereka-mereka itu la biasanya yang jadi pembicara kalo kami bikin workshop, jadi gratis” (wawancara personal, 22 Desember 2011)
(24)
Begitu juga penuturan dari salah satu mantan pengurus UKM SUARA USU, dikatakan bahwa alumni dari UKM SUARA USU rata-rata bekerja pada bagian jurnalistik. Berikut kutipan wawancaranya:
“kami banyak kali la kak yang kerjanya di jurnalistik sekarang, biasanya jadi reporter atau penulis di koran lokal maupun nasional, kerja di percetakan juga banyak” (wawancara personal, 22 Desember 2011) Dari kutipan-kutipan wawancara yang telah dipaparkan di atas, diketahui bahwa UKM secara tidak langsung memenuhi dimensi-dimensi yang dapat membentuk kematangan karir. Penelitian oleh Mathewson (1963) juga menemukan bahwa ada hubungan antara kematangan karir dengan sejumlah aktivitas ekstra kulikuler. Di Prancis, yang jarang memiliki pekerjaan paruh waktu bagi anak muda yang sedang sekolah atau kuliah, sangat mengutamakan hubungan personal dalam hal karir dan bisnis, oleh karena itu sekolah atau universitas memberikan kegiatan ekstra kulikuler untuk dapat melatih team work pada anak dan mahasiswa (Gikopoulou, 2008).
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran kematangan karir dari para mahasiswa yang mengikuti UKM di Universitas Sumatera Utara.
B. PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana gambaran kematangan karir pada mahasiswa yang mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa di Universitas Sumatera Utara.
(25)
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penilitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran kematangan karir pada mahasiswa yang mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa di Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini juga melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan karir yaitu jenis kelamin, status ekonomi sosial, dan suku.
D. MANFAAT PENELITIAN
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua manfaat, yaitu: manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis.
1. Manfaat teoritis
Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah hasanah ilmu pengetahuan di khususnya di bidang Psikologi Pendidikan dan Psikologi Industri dan Organisasi mengenai kematangan karir mahasiswa yang mengikuti UKM di universitas. Penelitian ini diharapkan akan berperan dalam pengembangan ilmu pendidikan.
2. Manfaat praktis
a. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh mahasiswa dan institusi dalam mengarahkan minat dan bakat mahasiswa untuk mencapai kematangan karir, memberikan informasi dan masukan bagi para mahasiswa yang mengikuti UKM mengenai kematangan karir sehingga dapat menerapkan langkah-langkah yang dapat meningkatkan kematangan karirnya.
(26)
b. Memberikan informasi dan masukan bagi mahasiswa mengenai dimensi-dimensi yang membentuk kematangan karir sehingga mahasiswa dapat mengetahui dan memilih karir yang sesuai dengan kemampuan, minat, dan bakatnya.
c. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi data untuk melihat gambaran kematangan karir pada para mahasiswa yang mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa di Universitas Sumatera Utara untuk kemudian dapat dilakukan penelitian lebih lanjut oleh peneliti berikutnya.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Penelitian ini terdiri dari lima bab dimulai dari bab I sampai bab V. Adapun sistematika penulisan proposal penelitian ini adalah :
BAB I Merupakan bab pendahuluan yang terdiri atas :
Latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Merupakan landasan teori yang terdiri atas :
Pengertian kematangan karir, dimensi kematangan karir, faktor yang mempengaruhi kematangan karir, tahap perkembangan karir, pengertian mahasiswa, dan organisasi mahasiswa. Bab ini juga menjelaskan bagaimana gambaran kematangan karir mahasiswa yang mengikuti UKM di USU.
BAB III Merupakan metodologi penelitian, yang terdiri atas:
Identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel, populasi dan sampel, metode pengambilan sampel, metode
(27)
pengumpulan data, validitas, uji daya beda, reliabilitas alat ukur, prosedur pelaksanaan penelitian, tahap pengolahan data, dan metode analisis data.
BAB IV Analisa dan Interpretasi Data, yang terdiri atas:
Gambaran subjek penelitian, hasil penelitian utama, hasil tambahan penelitian, dan pembahasan.
BAB V Kesimpulan, Diskusi, dan Saran
Berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran penyempurnaan penelitian berikutnya.
(28)
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kematangan Karir
1. Pengertian kematangan karir
Crites (dalam Brown, 2002) mendefinisikan kematangan karir sebagai tingkat di mana individu telah menguasai tugas perkembangan karirnya, baik komponen pengetahuan maupun sikap, yang sesuai dengan tahap perkembangan karir. Levinson, dkk (2001) mengemukakan bahwa kematangan karir merupakan kemampuan individu untuk membuat pilihan karir yang tepat, termasuk kesadaran tentang hal yang dibutuhkan untuk membuat keputusan karir dan tingkat dimana pilihan individu tersebut realistik dan konsisten. Luzzo (dalam Levinson, dkk 2001) juga mengatakan bahwa kematangan karir dapat diartikan sebagai sebuah kesiapan individu untuk membuat informasi, kesesuaian umur dengan keputusan karir dan mengatasi tugas-tugas pengembangan karir yang sesuai.
Zunker (2006) mengatakan bahwa kematangan karir adalah proses perkembangan yang berkelanjutan dan menyajikan karakteristik yang dapat diidentifikasi secara spesifik serta merupakan sifat-sifat yang penting untuk pengembangan karir. Sedangkan dari perspektif CIP (Cognitive Information Processing), kematangan karir didefinisikan sebagai kemampuan untuk membuat keputusan karir mandiri dan bertanggung jawab didasarkan pada integrasi pemikiran dari informasi terbaik yang tersedia tentang diri sendiri dan dunia kerja.
(29)
Berdasarkan teori-teori yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa definisi kematangan karir adalah kemampuan individu untuk mengetahui minat dan bakatnya, mengetahui informasi yang berkaitan dengan bidang karir yang diminatinya sehingga dapat membuat keputusan dalam pilihan karir yang tepat, yang akan mengeluarkan seluruh kemampuan dan potensi dirinya dengan maksimal, sehingga membuat keputusan karir individu yang konsisten.
2. Dimensi kematangan karir
Menurut Super (dalam Levinson, E. M; Ohler, D. L; Caswell, S; & Kiewra, K., 2001) kematangan karir terdiri dari:
a. Perencanaan Karir (Planfulness)
Dimensi ini mengukur tingkat perencanaan melalui sikap terhadap masa depan. Individu memiliki kepercayaan diri, kemampuan untuk dapat belajar dari pengalaman, menyadari bahwa dirinya harus membuat pilihan pendidikan dan pekerjaan, serta mempersiapkan diri untuk membuat pilihan tersebut. Nilai rendah pada dimensi career planning menunjukkan bahwa individu tidak merencanakan masa depan di dunia kerja dan merasa tidak perlu untuk memperkenalkan diri atau berhubungan dengan pekerjaan. Nilai tinggi pada dimensi career planning menunjukkan bahwa individu ikut berpartisipasi dalam aktivitas perencanaan karir yaitu belajar tentang informasi karir, berbicara dengan orang dewasa tentang rencana karir, mengikuti kursus dan pelatihan yang akan membantu dalam menentukan karir, berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakulikuler dan bekerja paruh waktu.
(30)
b. Pengambilan Keputusan (Decision making)
Dimensi ini mengukur pengetahuan tentang prinsip dan cara pengambilan keputusan. Individu memiliki kemandirian, membuat pilihan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan, kemampuan untuk menggunakan metode dan prinsip pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah termasuk memilih pendidikan dan pekerjaan. Nilai rendah pada dimensi ini menunjukkan bahwa individu tidak tahu apa yang harus dipertimbangkan dalam membuat pilihan. Hal ini berarti individu tidak siap untuk menggunakan informasi pekerjaan yang telah diperoleh untuk merencanakan karir. Nilai tinggi pada dimensi ini menunjukkan bahwa individu siap mengambil keputusan.
c. Eksplorasi Karir (Exploration)
Dimensi ini mengukur sikap terhadap sumber informasi. Individu berusaha untuk memperoleh informasi mengenai dunia kerja serta menggunakan kesempatan dan sumber informasi yang berpotensial seperti orangtua, teman, guru, dan konselor. Nilai rendah pada dimensi career exploration menunjukkan bahwa individu tidak perduli dengan informasi tentang bidang dan tingkat pekerjaan.
d. Pengumpulan Informasi (Information Gathering)
Dimensi ini mengukur pengetahuan tentang jenis-jenis pekerjaan, cara untuk memperoleh dan sukses dalam pekerjaan serta peran-peran dalam dunia pekerjaan. Nilai rendah pada dimensi ini menunjukkan bahwa individu perlu untuk belajar tentang jenis-jenis pekerjaan dan tugas perkembangan karir.
(31)
Individu kurang mengetahui tentang pekerjaan yang sesuai dengannya. Nilai tinggi pada dimensi ini menunjukkan bahwa individu dengan wawasan yang luas dapat menggunakan informasi pekerjaan untuk diri sendiri dan mulai menetapkan bidang serta tingkat pekerjaan.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan karir
Menurut Naidoo (1998) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kematangan karir individu, yaitu:
a) Tingkat Pendidikan(Educational level)
Kematangan karir individu ditentukan dari tingkat pendidikannya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh McCaffrey, Miller, dan Winstoa (dalam Naidoo, 1998) pada siswa junior, senior, dan alumni terdapat perbedaan dalam hal kematangan karir. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi pula kematangan karir yang dimiliki. Hal ini mengindikasikan kematangan karir meningkat seiring tingkat pendidikan.
b) Ras (Race ethnicity)
Kelompok minoritas sering dikaitkan dengan kematangan karir yang rendah yang berhubungan dengan orang tua. Jika orang tua mendukung anaknya walaupun mereka berasal dari kelompok minoritas, anak tersebut tetap akan memiliki kematangan yang baik.
c) Locus of control
Hasil penelitian Dhillon dan Kaur (2005) menunjukkan bahwa individu dengan tingkat kematangan karir yang baik cenderung memiliki orientasi locus of
(32)
control internal. Taganing (2007) juga menambahkan bahwa individu dengan locus of control internal, ketika dihadapkan pada pemilihan karir, maka akan melakukan usaha untuk mengenal diri, mencari tahu tentang pekerjaan dan langkah-langkah pendidikan, serta berusaha mengatasi masalah yang dihadapi. Hal tersebut akan membuat kematangan karir individu menjadi tinggi.
d) Status Ekonomi Sosial (Social economi status)
Individu yang berasal dari latar belakang sosial ekonomi menengah ke bawah menunjukkan nilai rendah pada kematangan karir. Hal ini ditandai dengan kurangnya akses terhadap informasi tentang pekerjaan, figur teladan dan anggapan akan rendahnya kesempatan kerja.
e) Makna Bekerja (Work salience)
Pentingnya pekerjaan mempengaruhi individu dalam membuat pilihan, kepuasan kerja yang merujuk pada komitmen kerja, serta kematangan karir pada mahasiswa.
f) Jenis Kelamin
Wanita memiliki nilai kematangan karir yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini disebabkan karena wanita lebih rentan dalam memandang konflik peran sebagai hambatan dalam proses perkembangan karir, dan kurang mampu untuk membuat keputusan karir yang tepat dibandingkan dengan laki-laki.
(33)
4. Tahap perkembangan karir
Super (dalam Brown, 2002) memandang bahwa karir sebagai jalannya peristiwa-peristiwa kehidupan, tahapan-tahapan pekerjaan dan peranan kehidupan lainnya yang keseluruhannya menyatakan tanggung jawab seseorang pada pekerjaan dalam keseluruhan pola perkembangan dirinya. Super (dalam Brown, 2002) membuat tahapan-tahapan perkembangan karir yang dicirikan dengan tugas-tugas yang spesifik pada masing-masing tahapan perkembangan karir tersebut, yang terdiri dari:
a. Perkembangan / Growth (4-13 tahun)
Pada tahap ini individu ditandai dengan perkembangan kapasitas, sikap, minat, dan kebutuhan yang terkait dengan konsep diri. Konsep diri yang dimiliki individu terbentuk melalui identifikasi terhadap figur-figur keluarga dan lingkungan sekolah. Pada awalnya, anak-anak mengamati lingkungan untuk mendapatkan informasi mengenai dunia kerja dan menggunakan rasa penasaran untuk mengetahui minat. Seiring berjalannya waktu, rasa penasaran dapat mengembangkan kompetensi untuk mengendalikan lingkungan dan kemampuan untuk membuat keputusan. Disamping itu, melalui tahap ini, anak-anak dapat mengenali pentingnya perencanaan masa depan dan memilih pekerjaan. Tahap ini terdiri dari tiga sub tahap yaitu:
1) Sub tahap Fantasi / fantasy (4-10 tahun)
Pada sub tahap ini ditandai dengan minat anak berfantasi untuk menjadi individu yang diinginkan, kebutuhan dan menjalani peran adalah hal yang penting.
(34)
2) Sub tahap Minat / interest (11-12 tahun)
Individu pada sub tahap ini menunjukkan tingkah laku yang berhubungan dengan karir mulai dipengaruhi oleh kesukaan anak. Hal yang disukai dan yang tidak tersebut menjadi penentu utama aspirasi dan aktifitas.
3) Sub tahap Kapasitas / capacity (13-14 tahun)
Individu yang berada pada sub tahap ini mulai mempertimbangkan kemampuan pribadi dan persyaratan pekerjaan yang diinginkan.
b. Eksplorasi / Exploration (14-24 tahun)
Pada tahap ini individu banyak melakukan pencarian tentang karir apa yang sesuai dengan dirinya, merencanakan masa depan dengan menggunakan informasi dari diri sendiri dan dari pekerjaan. Individu mulai mengenali diri sendiri melalui minat, kemampuan, dan nilai. Individu akan mengembangkan pemahaman diri, mengidentifikasi pilihan pekerjaan yang sesuai, dan menentukan tujuan masa depan yang sementara tetapi dapat diandalkan. Individu juga akan menentukan pilihan melalui kemampuan yang dimiliki untuk membuat keputusan dengan memilih di antara alternatif pekerjaan yang sesuai. Tahap ini terdiri dari tiga sub tahap, yaitu :
1) Sub tahap Tentatif / Tentative (14-17 tahun).
Tugas perkembangan pada tahap ini adalah menentukan pilihan pekerjaan. Individu mulai menggunakan pilihan tersebut dan dapat melihat bidang serta tingkat pekerjaan yang sesuai dengan dirinya. Hal-hal yang dipertimbangkan pada masa ini adalah kebutuhan, minat, kapasitas, nilai dan kesempatan.
(35)
2) Sub tahap Transisi / Transition (18-21 tahun).
Sub tahap ini merupakan periode peralihan dari pilihan pekerjaan yang bersifat sementara menuju pilihan pekerjaan yang bersifat khusus. Tugas perkembangan pada masa ini yaitu mengkhususkan pilihan pekerjaan dengan memasuki pasar pekerja, pelatihan profesional, bekerja sambilan dan mencoba mewujudkan konsep diri.
3) Sub tahap Percobaan / Trial (22-24 tahun).
Tugas perkembangan pada masa ini adalah melaksanakan pilihan pekerjaan dengan memasuki dunia kerja.
c. Pembentukan / Establishment (25-44 tahun)
Pada tahap ini individu mulai memasuki dunia kerja yang sesuai dengan dirinya dan bekerja keras untuk mempertahankan pekerjaan tersebut. Masa ini merupakan masa paling produktif dan kreatif. Tahap ini terdiri dari dua sub tahap, yaitu:
1) Sub tahap Percobaan dengan Komitmen / trial with commitment (25-30 tahun)
Pada tahap ini individu merasa nyaman dengan pekerjaan, sehingga ingin terus mempertahankan pekerjaan yang dimiliki. Tugas perkembangan pada masa ini adalah menstabilkan pilihan pekerjaan.
2) Sub tahap Stabilisasi / stabilization (31-44 tahun).
Pada tahap ini pola karir individu menjadi jelas dan telah menstabilkan pekerjaan. Tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh individu pada
(36)
masa ini adalah menetapkan pilihan pekerjaan agar memperoleh keamanan dan kenyamanan dalam bekerja serta melakukan peningkatan dalam dunia kerja dengan menunjukkan perilaku yang positif dan produktif dengan rekan kerja.
d. Pemeliharaan / Maintenance (45-64 tahun)
Individu pada tahap ini telah menetapkan pilihan pada satu bidang karir, fokus mempertahankan posisi melalui persaingan dengan rekan kerja yang lebih muda dan menjaga posisi tersebut dengan pengetahuan yang baru. Tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh individu pada tahap ini, yaitu:
1) Holding
Pada tahap ini individu menghadapi tantangan dengan berkompetisi bersama rekan kerja, perubahan teknologi, memenuhi tuntutan keluarga, dan berkurangnya stamina.
2) Updating
Individu pada tahap ini harus bekerja keras dalam mengerjakan tugas dengan lebih baik melalui memperbarui pengetahuan dan keterampilan. 3) Innovating
Pada tahap ini individu melakukan pekerjaan dengan cara yang berbeda, melakukan pekerjaan yang berbeda, dan menghadapi tantangan baru.
e. Penolakan / Decline (lebih dari 65 tahun)
Individu pada tahap ini mulai mempertimbangankan masa pra-pensiun, hasil kerja, dan akhirnya pensiun. Hal ini dikarenakan berkurang kekuatan mental
(37)
dan fisik sehingga menyebabkan perubahan aktivitas kerja. Tahap ini terdiri dari dua sub tahap, yaitu:
1) Sub tahap decelaration (65-70 tahun).
Tugas perkembangan pada sub tahap ini adalah mengurangi tingkat pekerjaan secara efektif dan mulai merencanakan pensiun. Hal ini ditandai dengan adanya penyerahan tugas sebagai salah satu langkah mempersiapkan diri menghadapi pensiun.
2) Sub tahap retirement (lebih dari 71 tahun).
Sub tahap ini ditandai dengan masa pensiun dimana individu akhirnya mulai menarik diri dari lingkungan kerja.
B. Mahasiswa
1. Pengertian Mahasiswa
Monks, Knoers, dan Siti (2002) menyatakan bahwa sebagian mahasiswa masuk ke dalam kategori remaja akhir (18-21 tahun). Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan perubahan-perubahan pada diri individu, baik secara psikologis, fisiologis, seksual, sosial dan kognitif serta adanya berbagai tuntutan dari masyarakat dan perubahan sosial yang menyertai untuk menjadi dewasa yang mandiri (Papalia, Old, & Feldman, 2008).
Menurut Hurlock (2004) terdapat beberapa tugas perkembangan yang harus dipenuhi pada masa remaja akhir, antara lain:
(38)
1) Mencapai hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.
2) Mencapai peran sosial pria dan wanita.
3) Menerima keadaan fisik dan menggunakan tubuh secara efektif. 4) Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab. 5) Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang-orang dewasa
lainnya.
6) Mempersiapkan karir ekonomi.
7) Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
8) Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi.
Menurut Sukadji (2001) mahasiswa adalah sebagian kecil dari generasi muda yang mendapatkan kesempatan untuk mengasah kemampuan yang dimiliki di perguruan tinggi. Salim dan Salim (2002) menyebutkan bahwa mahasiswa adalah individu yang terdaftar dan menjalani pendidikan di perguruan tinggi.
C. Organisasi Kemahasiswaan
1. Pengertian
Berdasarkan Kepmen Dikbud nomor: 155/U/1998 (dalam Widayanti, 2005) organisasi kemahasiswaan merupakan salah satu elemen yang sangat penting dalam proses pendidikan di perguruan tinggi. Keberadaan organisasi mahasiswa merupakan wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan, peningkatan kecendekiawan, integritas kepribadian,
(39)
menanamkan sikap ilmiah, dan pemahaman tentang arah profesi dan sekaligus meningkatkan kerjaama serta menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan. Organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab (Schein, dalam Muhammad, 2000).
2. Bentuk Organisasi Kemahasiswaan
Terdapat dua macam organisasi yang dikenal yaitu organisasi intra kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi intra kampus yaitu organisasi yang berada di dalam kampus, yang ruang lingkup kegiatan dan anggotanya hanya terbatas pada mahasiswa yang ada di kampus tersebut atau sewaktu-waktu melibatkan peserta dari luar. Organisasi intra ini terbagi dalam dua bagian, yaitu pertama, berdasarkan ruang lingkupnya yang terdiri dari organisasi tingkat jurusan (ruang lingkupnya satu jurusan), organisasi tingkat fakultas (ruang lingkupnya satu fakultas) dan organisasi tingkat universitas (ruang lingkupnya tingkat universitas). Kedua, organisasi berdasarkan minat dan bakat atau yang lebih dikenal dengan nama Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dengan ruang lingkupnya ada yang setingkat fakultas dan yang lebih banyak setingkat universitas. Organisasi ekstra kampus merupakan organisasi yang berada di luar kampus, di mana ruang lingkup dan anggotanya adalah mahasiswa seperguruan tinggi atau lintas perguruan tinggi (As‟ari, 2007).
Pada dasarnya organisasi kemahasiswaan (Widayanti, 2005) adalah wahana berlatih mahasiswa sepenuhnya diselenggarakan oleh, untuk, dan dari
(40)
mahasiswa. Oleh karena itu, keberadaan, bentuk, dan tempat kedudukan sepenuhnya tergantung dari prakarsa dan kemauan mahasiswa. Walaupun demikian organisasi kemahasiswaan di dalam kampus beserta aktivitasnya harus semata-mata ditujukan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan mahasiswa sejalan dengan misi perguruan tinggi yang bersangkutan.
3. Organisasi kemahasiswaan di Universitas Sumatera Utara (USU)
Organisasi kemahasiswaan di Universitas Sumatera Utara adalah sebagai media bagi mahasiswa dalam menumbuhkembangkan visi keintelektualan, sikap ilmiah dan komitmen yang progresif dalam menyuarakan kebenaran dan keadilan sehingga terbentuk insan akademis yang memiliki kemandirian, kepemimpinan, dan kepedulian terhadap lingkungan (Sumber: Tata Laksana Organisasi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara).
4. Bentuk organisasi kemahasiswaan di Univeritas Sumatera Utara
(USU)
Ada beberapa bentuk organisasi kemahasiswaan di Universitas Sumatera Utara, yaitu:
1. Organisasi kemahasiswaan di tingkat Universitas yang merupakan perwakilan tertinggi mahasiswa USU sebagai lemaga legislatif disebut sebagai Majelis Mahasiswa yang disingkat MM USU.
(41)
2. Organisasi kemahasiswaan di tingkat Universitas yang melaksanakan berbagai aktivitas mahasiswa Univeritas Sumater Utara sebagai lembaga eksekutif disebut Pemerintahan Mahasiswa yang disingkat PM USU. 3. Organisasi kemahasiswaan di tingkat fakultas yang merupakan perwakilan
tertinggi di fakultas sebagai lembaga legislatif disebut Majelis Mahasiswa Fakultas (MMF).
4. Organisasi kemahasiswaan di tingkat fakultas yang melaksanakan berbagai aktivitas mahasiswa di fakultas sebagai lembaga eksekutif disebut Pemerintahan Fakultas (PMF)
5. Organisasi kemahasiswaan di tingkat Universitas dan fakultas yang merupakan lembaga penyaluran aspirasi dalam PEMILU disebut Kelompok Aspirasi Mahasiswa (KAM).
6. Organisasi kemahasiswaan yang melaksanakan kegiatan berdasarkan spesifikasi bidang minat, bakat, kegemaran, kesejahteraan mahasiswa, penalaran dan keilmuan serta pengabdianan masyarakat berada dibawah bidang-bidang Eksekutif sebagai lembaga Semi Otonom disebut Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). UKM mencakup bidang olahraga, seni, keorganisasian dan keagamaan. Saat ini, UKM yang berada dibawah binaan BKK USU adalah Suara USU (Kegiatan Pers/ Jurnalistik Mahasiswa), Kompas (Korp Pecinta Alam), Pramuka, Menwa (Resimen Mahasiswa), PEMA (Pemerintahan Mahasiswa), yang mana termasuk dalam UKM bidang keorganisasian; Fotografi, Teater "O", Paduan Suara, yang termasuk dalam UKM bidang seni; Fitnes, Tekwondo, Boxing Camp,
(42)
Tenis Lapangan, Futsal, Bulutangkis, Sepak Bola, Bola Volly, Bola Basket, yang termasuk dalam UKM bidang olahraga; dan KMK, UKMI AD DAKWAH yang termasuk dalam UKM bidang keagamaan
7. Organisasi Mahasiswa di tingkat jurusan sebagai lembaga non departemen di PMF disebut Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ).
(sumber: Tata Laksana Organisasi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara)
Mahasiswa yang mengikuti UKM
Menurut data statistik pada tahun 2011, jumlah mahasiswa sarjana (s1) yang terdaftar di Universitas Sumatera Utara adalah 21.236 orang. Mahasiswa yang mengikuti UKM adalah sekitar 1% dari jumlah mahasiswa yang terdaftar (http://www.usu.ac.id/).
(43)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena menyangkut cara yang benar dalam mengumpulkan data, analisa data, pengambilan kesimpulan penelitian dan dapat menentukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya (Hadi, 2000). Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini, termasuk identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel, populasi, metode pengambilan sampel, metode dan alat pengumpulan data, serta metode analisa.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif. Menurut Suryabrata (2003) metode deskriptif merupakan metode yang bertujuan untuk membuat pecandraan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Data yang akan dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif, tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi maupun mempelajari implikasi. Dimana penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kematangan karir pada mahasiswa yang mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Universitas Sumatera Utara.
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel diartikan sebagai sesuatu (atribut atau sifat) yang terdapat pada subjek penelitian yang dapat bervariasi secara kuantitatif atau kualitatif (Azwar, 2010). Sesuai dengan judul penelitian yaitu gambaran kematangan karir pada
(44)
mahasiswa yang mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Universitas Sumatera Utara, maka penelitian ini hanya memiliki 1 (satu) variabel yang akan diukur yaituKematangan Karir.
B. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kematangan karir. Kematangan karir dalam penelitian ini didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk mengetahui minat bakat dengan cara melakukan proses pencarian informasi mengenai bidang karir yang sesuai dengan minat dan bakatnya, kemudian merencanakan karirnya dengan membuat sebuah pilihan dari beberapa pilihan karir yang ada sehingga pada akhirnya akan menekuni bidang karir pilihannya secara konsisten.
Kematangan karir akan diukur dengan skala kematangan karir yang dikembangkan dari empat dimensi kematangan karir yang diungkapkan oleh Super (dalam Levinson, E. M; Ohler, D. L; Caswell, S; & Kiewra, K, 2001), yaitu Planfulness (perencanaan karir), Decision Making (pengambilan keputusan), Exploration (eksplorasi karir), dan Information Gathering (pengumpulan informasi tentang karir). Skala kematangan karir akan diisi oleh mahasiswa yang mengikuti UKM di USU.
Tingkat kematangan karir dapat dilihat dari skor yang diperoleh mahasiswa. Semakin tinggi skor yang dicapai, maka semakin tinggi kematangan karir mahasiswa yang mengikuti UKM di USU dan semakin rendah skor yang
(45)
dicapai, maka semakin rendah kematangan karir mahasiswa yang mengikuti UKM di USU.
C. Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel
1. Populasi Penelitian
Dalam suatu penelitian masalah populasi dan sampel yang dipakai merupakan satu faktor penting yang harus diperhatikan (Hadi, 2000). Populasi merupakan kelompok subjek yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik bersama yang membedakannya dari kelompok subjek yang lain. Sampel adalah sebagian dari populasi yang dikenakan dalam penelitian (Hadi, 2000). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah mahasiswa yang mengikuti UKM di USU.
2. Sampel dan Teknik Sampling
Sampel adalah sebagian dari populasi sehingga sampel harus memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh populasinya (Azwar, 2010). Mengingat keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga yang dimiliki oleh peneliti, maka peneliti hanya meneliti sebagian dari keseluruhan populasi yang dijadikan sebagai subyek penelitian, atau yang dikenal dengan nama sampel (Hadi, 2002). Sugiarto (2003) berpendapat bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan analisis data dengan statistik, besar sampel yang paling kecil adalah 30 subjek, walaupun ia juga mengakui bahwa sampel sebesar 100 merupakan jumlah yang minimum. Menurut Azwar (2010), secara tradisional statistika jumlah sampel yang lebih dari 60 subjek
(46)
dianggap sudah cukup banyak. Kekuatan tes akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah sampel, maka jumlah yang direncanakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 80 orang mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa. Mahasiswa yang dilibatkan dalam proses uji coba adalah sebanyak 103 orang.
Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah teknik incidental Sampling. Incidental Sampling adalah teknik dimana hanya individu atau kelompok yang kebetulan dijumpai atau yang dapat dijumpai saja yang diselidiki sesuai dengan karakteristik penelitian (Azwar, 2010). Alasan peneliti menggunakan teknik Incidental Sampling karena peneliti mendapatkan sampel mahasiswa yang aktif mengikuti UKM dengan cara wawancara dengan orang yang dianggap signifikan di UKM.
Adapun kriteria dalam subjek dalam penelitian ini adalah:
1. Mahasiswa yang aktif dalam mengikuti kegiatan UKM bidang seni, keorganisasian, dan kerohanian. Mahasiswa yang mengikuti UKM bidang olahraga tidak diikutsertakan dalam penelitian ini dikarenakan UKM olah raga tidak memiliki sarana penunjang yaitu gedung atau kantor. Berdasarkan Dirjen Dikti Depdiknas, UKM harus memiliki penyediaan fasilitas pendukung sebagai sarana untuk kelancaraan program seperti gedung atau kantor (Dirjen Kelembagaan, 2006).
(47)
D. Metode pengumpulan data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah metode self-report dalam bentuk skala. Skala yaitu suatu metode pengumpulan data yang berisikan suatu daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh subjek secara tertulis (Hadi, 2000). Skala merupakan kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek. Skala merupakan suatu bentuk pengukuran terhadap performansi tipikal individu yang cenderung dimunculkan dalam bentuk respon terhadap situasi-situasi tertentu yang sedang dihadapi (Azwar, 2009). Skala yang digunakan dalam pebelitian ini berupa skala kematangan karir. Skala kematangan karir terdiri dari 47 aitem yang telah diuji coba.
Metode skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rating dijumlahkan atau dikenal dengan skala Likert (Azwar, 2010). Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kematangan karir yang diberikan kepada mahasiswa yang mengikuti UKM, dengan menggunakan 4 pilihan jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS).
Prosedur penskalaan dengan metode likert didasari dua asumsi yaitu : 1) Setiap pernyataan sikap yang disepakati termasuk pernyataan yang
favorable (mendukung) atau tidak favorable (tidak mendukung).
2) Jawaban dari individu yang mempunyai sikap positif harus dioberi bobot (nilai) yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap negaitif.
(48)
Penilaian bergerak dari 4 sampai 1 untuk item-item favourable dan 1 sampai 4 untuk item-item unfavourable. Berikut ini adalah daftar penilaian untuk tiap skala : Tabel 1. Daftar penilaian skala Bentuk Pernyataan
Bentuk Pernyataan
Nilai
SS S TS STS
Favorable 4 3 2 1
Unfavorable 1 2 3 4
Semakin tinggi nilai yang diperoleh mahasiswa yang mengikuti UKM dalam Skala Kematangan Karir, maka semakin tinggi kematangan karir mahasiswa yang mengikuti UKM dan semakin rendah nilai yang diperoleh mahasiswa yang mengikuti UKM, maka semakin rendah kematangan karir mahasiswa yang mengikuti UKM.
Skala kematangan karir
Skala ini disusun berdasarkan dimensi kematangan karir Super (dalam Levinson, E. M; Ohler, D. L; Caswell, S; & Kiewra, K, 2001) yaitu yaitu Planfulness, Decision Making, Exploration, dan Information Gathering. Berikut adalah blue print skala kematangan karir. Berikut dalam Tabel 2 akan dirangkumkan blue print skala sebelum uji coba :
(49)
Tabel 2. Blue Print Skala Kematangan Karir Sebelum Uji Coba
E. Validitas, Uji Daya Beda dan Reliabilitas Alat Ukur
1. Validitas
Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi menunjukkan sejauh mana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur oleh tes tersebut. Isi tes harus tetap relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan pengukuran. Pengujian validitas isi tidak melalui analisis statistik tetapi menggunakan validitas rasional atau lewat professional judgment (Azwar, 2009).
Pertama sekali aspek-aspek dan karakteristik yang akan diukur ditentukan terlebih dahulu. Selanjutnya peneliti akan menyusun aitem-aitem yang mengacu
No. Aspek-Aspek Indikator
Aitem Jlh
Favorable Unfavorable 1 Planfulness
(perencanaan karir)
Percaya diri 1, 9 12, 18 16
Belajar dari pengalaman 36, 60 48, 52 Merencanakan tahap
karir
6, 34 16, 61
Mempersiapkan diri 23, 42 26, 50 2 Decision Making
(pengambilan keputusan)
Mengambil keputusan 2, 21, 39, 46 28, 33, 55, 57 16 Mandiri 15, 44, 9,62 5, 24, 38, 54 3 Exploration
(ekplorasi karir)
Memperoleh informasi 11,14, 47,51 20, 27, 32, 58 16 Menggunakan
kesempatan yang ada
10,19, 59,64 4, 30, 40, 45 4 Information
Gathering (mengumpulkan informasi tentang karir)
Mengetahui informasi tentang karir yang diminati
3, 17, 25, 31 37, 43,53, 63 16
Mencari tahu bagaimana cara untuk meraih sukses dengan karir
7,8, 13, 22 29, 35, 41, 56
(50)
pada blue print yang telah dibuat sebelumnya. Setelah itu, peneliti meminta pertimbangan professional judgment sebelum aitem-aitem dijadikan alat ukur.
Uji validitas juga dilakukan dengan menghitung daya diskriminasi aitem yaitu sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2010). Pengujian daya diskriminasi aitem menghendaki dilakukannya komputasi koefisien korelasi dimana komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem-total (rix). Koefisien korelasi aitem-total berkisar dari 0 (nol) sampai 1 (satu)
dengan tanda positif atau negatif. Semakin baik daya diskriminasi aitem maka koefisien korelasinya semakin mendekati angka 1.00. Koefisien yang mendekati angka 0 (nol) atau yang memiliki tanda negatif mengindikasikan daya diskriminasi yang tidak baik. Sesuai dengan penilaian aitem pada level interval, maka pernyataan-pernyataan pada skala diuji daya diskriminasinya dengan menggunakan Pearson Product Moment (Azwar, 2010).
2. Reliabilitas Alat Ukur
Reliablitas adalah sejauh mana hasil dari suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2009). Reliabilitas penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal. Pada pendekatan ini skala psikologi hanya diberikan satu kali saja pada sekelompok subjek dengan tujuan untuk melihat konsistensi antara item atau antara bagian dalam skala psikologi itu sendiri (Azwar, 2009). Reliabilitas alat ukur dapat dilihat dari koefisien reliabilitas yang merupakan indikator konsistensi aitem-aitem tes dalam menjalankan fungsi ukurnya secara bersama-sama. Koefisien reliabilitas memiliki rentang angka dari 0 hingga 1, dimana semakin
(51)
mendekati angka 1, maka reliabilitas yang ditunjukkan akan semakin tinggi. Reliabilitas alat ukur dihitung pada setiap dimensi. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan mengolah data-data pada program SPSS versi 16.0.
3. Hasil Uji Coba Alat ukur
Sebelum dilakukan pengambilan data penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk mengukur kualitas dari aitem-aitem yang telah disusun. Hasil uji coba alat ukur dilakukan melalui tiga kali perhitungan agar memperoleh reliabilitas yang memenuhi standar ukur dan daya diskriminasi aitem (rix) lebih
besar sama dengan 0.30. Pada perhitungan pertama, reliabilitas alat ukur yang diujicobakan adalah sebesar 0.922 dan terdapat 14 buah aitem yang memiliki indeks daya diskriminasi aitem di bawah 0.30. Pada perhitungan kedua, reliabilitas alat ukur yang diujicobakan adalah sebesar 0.931 dan terdapat dua buah aitem yang memiliki indeks daya diskriminasi aitem di bawah 0.30. Pada perhitungan ketiga, reliabilitas alat ukur yang diujicobakan adalah sebesar 0.931 dan semua aitem memiliki indeks daya diskriminasi aitem di atas 0.30.
Berdasarkan perhitungan sebanyak tiga kali putaran, diperoleh 47 aitem yang dapat digunakan di dalam penelitian dengan reliabilitas alat ukur sebesar 0.931 dan daya diskriminasi aitem yang bergerak dari rentang 0.313 – 0.617. Distribusi aitem setelah uji coba dapat dilihat pada tabel 3 :
(52)
Tabel 3. Distribusi Aitem Skala Kematangan Karir Setelah di Uji Coba
Keterangan tabel 3 :
Angka yang dicetak tebal merupakan aitem yang memiliki daya diskriminasi aitem di atas 0.30 dan merupakan aitem yang akan digunakan dalam penelitian.
Peneliti melakukan penomoran aitem yang baru setelah memperoleh aitem-aitem dengan daya diskriminasi baik dan reliabilitas yang memenuhi standar ukur. Distribusi aitem pada skala penelitian dapat dilihat pada tabel 4 :
No. Dimensi Indikator
Aitem Jlh
Favorable Unfavorable 1 Planfulness
(perencanaan karir)
Percaya diri 1, 9 12, 18 16
Belajar dari pengalaman
36, 60 48, 52
Merencanakan tahap karir
6, 34 16, 61
Mempersiapkan diri 23, 42 26, 50 2 Decision Making
(pengambilan keputusan)
Mengambil keputusan
2, 21, 39, 46 28, 33, 55, 57 16
Mandiri 15, 44, 49, 62 5, 24, 38, 54 3 Exploration
(ekplorasi karir)
Memperoleh informasi
11, 14, 47, 51 20, 27, 32, 58 16
Menggunakan
kesempatan yang ada
10, 19, 59, 64 4, 30, 40, 45
4 Information Gathering (mengumpulkan informasi tentang karir)
Mengetahui informasi tentang karir yang diminati
3, 17, 25, 31 37, 43,53, 63 16
Mencari tahu bagaimana cara untuk meraih sukses dengan karir
7,8, 13, 22 29, 35, 41, 56
(53)
Tabel 4. Blue print skala Kematangan Karir
Ket: nomor yang berada pada dalam kurung merupakan penomoran yang lama.
F. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN
1. Tahap Persiapan
Dalam rangka pelaksanaan penelitian ini ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh peneliti, antara lain :
No. Dimensi Indikator
Aitem Jlh
Favorable Unfavorable
1 Planfulness (perencanaan karir)
Percaya diri 1 (1), 9 (9) 12(12), 18(18) 14 Belajar dari
pengalaman
36 (36), 19 (19)
47(48) Merencanakan
tahap karir
6 (6), 34 (34) 16 (16) Mempersiapkan diri 23(23),42(42) 26 (26), 32 (50) 2 Decision Making
(pengambilan keputusan)
Mengambil keputusan
2 (2), 39 (39) 28(28), 29 (57) 9
Mandiri 44(44),46(49)
,15 (62)
24 (24), 38 (54) 3 Exploration
(ekplorasi karir)
Memperoleh informasi
11 (11) 20(20), 27(27), 21(58)
9 Menggunakan
kesempatan yang ada
10 (10), 5 (5) 4(4), 30(30), 45(45) 4 Information
Gathering (mengumpulkan informasi tentang karir)
Mengetahui informasi tentang karir yang diminati
3(3), 17(17), 25(25), 31(31) 37(37), 43(43), 40(53),14(63) 15 Mencari tahu bagaimana cara untuk meraih sukses dengan karir
7(7),8(8), 13(13),22(22)
35(35), 41(41), 33(56)
(54)
a. Rancangan alat dan instrumen penelitian
Alat ukur yang digunakan di dalam penelitian berupa skala kematangan karir yang terdiri dari 64 (enam puluh empat) pernyataan yang disusun berdasarkan dimensi kematangan karir dari Super (dalam Levinson, E. M; Ohler, D. L; Caswell, S; & Kiewra, K, 2001). Skala disusun sendiri oleh peneliti dengan empat pilihan respon yaitu : Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Skala yang telah disusun akan diuji coba validitas melalui professional judgement (dosen pembimbing). Skala dibuat dalam bentuk buku dengan huruf Times New Roman ukuran 16.
b. Uji Coba Alat Ukur
Skala kemudian diuji cobakan kepada sampel yang memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian. Uji coba dilakukan pada tanggal 29 Maret sampai dengan 12 April 2012. Sampel yang ikut dalam uji coba adalah mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang berjumlah 103 orang.
c. Revisi Alat Ukur
Setelah aitem diperiksa oleh professional judgment dan telah diujicobakan kepada mahasiswa yang mengikuti UKM di USU, data uji coba dianalisis daya diskriminasi aitem dan reliabilitasnya menggunakan bantuan program SPSS version 16.00 for windows. Daya diskriminasi aitem dihitung dengan menggunakan korelasi pearson product moment dimana akan dilakukan penseleksian terhadap aitem yang memiliki daya diskriminasi di atas 0.30. Dari 64 aitem yang diujicobakan, didapatkan bahwa ada 47 aitem yang dapat digunakan di
(55)
dalam penelitian dengan daya diskriminasi aitem yang bergerak dari rentang 0.313 – 0.617 dan reliabilitas alat ukur sebesar 0.931. Peneliti kemudian melakukan penomoran baru terhadap aitem yang bertahan dalam proses uji coba agar dapat kemudian disusun menjadi skala penelitian. Aitem-aitem tersebut kemudian disusun kembali menjadi skala dalam bentuk booklet dengan huruf Times New Roman ukuran 16.
2. Tahap Pelaksanaan
Setelah alat ukur direvisi maka dilakukan pengambilan data terhadap subjek penelitian. Penelitian dilakukan pada tangal 24 April 2012 sampai dengan 27 April 2012 dengan memberikan alat ukur berupa skala kematangan karir kepada 100 subjek penelitian. Peneliti mendatangi beberapa sekretariat Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di USU untuk meminta kesediaan subjek penelitian mengisi skala. Dari 100 skala yang diisi, hanya 80 skala yang datanya bisa diolah dalam penelitian.
G. Tahap Pengolahan Data
Setelah diperoleh data dari skala kematangan karir maka dilakukan pengolahan data. Untuk mempermudah penganalisaan data, data diolah dengan menggunakan SPSS 16.00 for Windows. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa statistik deskriptif. Analisa statistik dilakukan karena dapat menunjukkan kesimpulan (generalisasi) penelitian. Pertimbangan lain yang mendasari adalah statistik bekerja dengan angka, statistik bersifat objektif, dan universal (Hadi, 2000).
(1)
3. Kematangan karir berdasarkan bidang organisasi
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
organisasi 36 114 183 145.97 14.123
seni 36 111 176 147.25 13.574
keagamaan 8 130 159 142.50 8.536
Valid N (listwise) 8
4. Kematangan karir berdasarkan pendapatan per bulan
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
kecil 18 125 160 142.17 9.889
diantara 50 111 183 147.48 12.935
lebihbesar 12 114 175 146.92 18.706
Valid N (listwise) 12
5. Kematangan karir berdasarkan suku
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
batak 28 125 164 143.54 9.493
mandailing 7 132 159 143.86 10.823
minang 20 129 183 154.15 15.709
jawa 10 111 178 146.10 18.871
aceh 3 130 144 137.67 7.095
melayu 8 114 153 141.12 11.643
tionghoa 4 140 153 146.00 5.354
Valid N (listwise) 3
(2)
LAMPIRAN 6
(3)
Lampiran 6. Kategorisasi Subjek Penelitian SUBJEK
Jenis Kelamin
Organisasi Pendapatan per bulan
Suku Skor Kategori
1
Pr PEMA Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Mandailing
146
Sedang
2
Pr PEMA Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Melayu
144
Sedang
3
Lk Fotografi Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Tionghoa
145
Sedang
4 Pr PEMA < Rp.500.000 Minang 129 Rendah
5
Lk Fotografi Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Batak
155
Sedang
6 Pr Suara USU < Rp.500.000 Minang 142 Sedang
7
Pr Teater O Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Minang
145
Sedang
8 Pr UKMI < Rp.500.000 Aceh 130 Rendah
9
Lk SaHiva Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Batak
136
Rendah
10
Pr Fotografi Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Batak
144
Sedang
11
Pr SaHiva Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Minang
155
Sedang
12
Pr SaHIva Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Minsng
151
Sedang
13
Pr SaHiva Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Jawa
143
Sedang
14 Lk Fotografi < Rp.500.000 Batak 125 Rendah
15
Lk Fotografi Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Melayu
153
Sedang
16 Pr Teater O > Rp.1.000.000 Minang 175 Tinggi
17
Pr PEMA Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Batak
151
Sedang
18 Lk PEMA < Rp.500.000 Minang 143 Sedang
19
Lk PEMA Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Mandailing
156
Sedang
20
Pr UKMI Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Mandailing
159
Tinggi
21
Pr PEMA Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Minang
183
Tinggi
22 Pr KMK < Rp.500.000 Tionghoa 146 Sedang
23
Pr Suara USU Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Batak
154
Sedang
24
Lk Fotografi Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Batak
144
Sedang
(4)
SUBJEK
Jenis Kelamin
Organisasi Pendapatan per bulan
Suku Skor Kategori
25
Pr PEMA Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Batak 140 Sedang
26 Pr Suara USU > Rp.1.000.000 Mandailing 136 Rendah
27
Pr Suara USU Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Mandailing 132 Rendah
28
Pr UKMI Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Mandailing 145 Sedang
29 Pr SaHiva > Rp.1.000.000 Minang 151 Sedang
30 Pr SaHiva > Rp.1.000.000 Minang 172 Tinggi
31 Pr Fotografi > Rp.1.000.000 Minang 175 Tinggi
32 Pr SaHIva > Rp.1.000.000 Melayu 141 Sedang
33
Pr UKMI Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Batak 140 Sedang
34
Lk Teater O Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Minang 154 Sedang
35
Pr Teater O Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Batak 135 Rendah
36 Pr PEMA < Rp.500.000 Mandailing 133 Rendah
37
Pr PEMA Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Minang 165 Tinggi
38
Pr KMK Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Batak 138 Sedang
39
Pr KMK Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Batak 137 Rendah
40
Pr Fotografi Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Jawa 166 Tinggi
41 Pr Fotografi < Rp.500.000 Melayu 148 Sedang
42 Lk Teater O < Rp.500.000 Jawa 138 Sedang
43 Lk Fotografi < Rp.500.000 Minang 151 Sedang
44
Lk Fotografi Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Batak 134 Sedang
45
Pr Fotografi Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Minang 134 Sedang
46
Lk Fotografi Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Tionghoa 153 Sedang
47 Lk PEMA < Rp.500.000 Minang 160 Tinggi
48 Pr Fotografi < Rp.500.000 Batak 144 Sedang
49
Lk Suara USU Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Batak 141 Sedang
50 Lk Fotografi > Rp.1.000.000 Batak 145 Sedang
51
Pr UKMI Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Minang 145 Sedang
(5)
SUBJEK
Jenis Kelamin
Organisasi Pendapatan per bulan
Suku Skor Kategori
53 Lk Fotografi < Rp.500.000 Minang 143 Sedang
54
Pr Fotografi Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Batak 163 Tinggi
55 Pr Fotografi < Rp.500.000 Jawa 141 Sedang
56
Pr PEMA Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Batak 137 Rendah
57
Pr Fotografi Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Aceh 144 Sedang
58
Lk PEMA Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Jawa 178 Tinggi
59 Pr PEMA < Rp.500.000 Melayu 142 Sedang
60 Pr Fotografi < Rp.500.000 Jawa 154 Sedang
61
Pr Teater O Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Batak 155 Sedang
62
Pr Teater O Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Jawa 111 Rendah
63 Lk Fotografi < Rp.500.000 Jawa 158 Tinggi
64
Pr Fotografi Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Batak 136 Rendah
65
Lk Fotografi Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Batak 140 Sedang
66 Pr PEMA > Rp.1.000.000 Melayu 145 Sedang
67 Lk PEMA < Rp.500.000 Batak 132 Rendah
68 Pr PEMA > Rp.1.000.000 Melayu 114 Rendah
69
Pr SaHiva Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Batak 164 Tinggi
70 Pr SaHIva > Rp.1.000.000 Jawa 131 Rendah
71
Lk PEMA Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Batak 141 Sedang
72
Pr SaHiva Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Batak 150 Sedang
73 Pr Suara USU > Rp.1.000.000 Batak 138 Sedang
74
Pr Suara USU Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Aceh 139 Sedang
75
Lk Fotografi Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Melayu 142 Sedang
76
Lk Fotografi Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Minang 176 Tinggi
77
Lk Fotografi Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Batak 142 Sedang
78
Pr Fotografi Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Minang 134 Sedang
(6)
SUBJEK
Jenis Kelamin
Organisasi Pendapatan per bulan
Suku Skor Kategori
79
Pr Fotografi Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000
Jawa 141 Sedang
80
Pr Fotografi Rp.500.000 s.d.
Rp.1.000.000