BAB II KERANGKA TEORI
A. Pengertian Pernikahan di Indonesia
Menurut Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 pasal 1, perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang Perempuan sebagai
seorang suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah-tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kompilasi hukum Islam pada Buku I Hukum perkawinan menyatakan bahwa Akad nikah ialah rangkaian ijab yang diucapkan oleh wali dan kabul yang
diucapkan oleh mempelai pria atau wakilnya disaksikan oleh dua orang saksi.
21
Menurut agama Islam, perkawinan adalah akad atau persetujuan antara calon suami dan calon istri karenanya berlangsung melalui ijab dan qobul atau serah
terima. Apabila akad nikah tersebut telah dilangsungkan, maka mereka telah berjanji dan bersedia menciptakan rumah-tangga yang harmonis, akan hidup
semati dalam menjalani rumah-tangga bersama-sama.
22
Ajaran Islam juga berpandangan bahwa pernikahan adalah salah satu asas pokok hidup yang terutama dalam pergaulan atau masyarakat sempurna. Faidah
terbesar dalam perkawinan adalah untuk menjaga dan memelihara perempuan
21
Kompilasi Hukum Islam Republik Indonesia
22
Thoha Nasrudin dalam Perkawinan Usia Muda: Faktor-Faktor Pendorong Dan Dampaknya Terhadap Pola Asuh Keluarga Studi Kasus Di Desa Mandalagiri Kecamatan Leuwisari Kabupaten
Tasikmalaya.h.11
yang bersifat lemah dari kebinasaan. Juga untuk memelihara anak dan keturunan.
23
B. Pengertian Pernikahan Dini
Pada bab sebelumnya telah dibahas mengenai pengertian dari pernikahan dini, pernikahan dini menurut UNICEF adalah
”Any marriage carried out below the age of 18 years, before the girl is physically, physiologically, and psychologically ready to shoulder the
responsibilities of marriage and childbearing .”
24
Undang-undang internasional, the UN Convention on the Rights of the Child CRC mendefinisikan seorang anak sebagai
“Every human being below the age of eighteen years unless, under the law applicable to the child, majority is
attained earlier.”
25
Beberapa badan organisasi pemerintahan, baik Komisi Nasional Perlindungan Perempuan
26
, Pengurus besar NU
27
, serta Kepala BKKBN
28
, menerangkan bahwa usia minimum yang dianggap sudah cukup matang untuk menikah, adalah
Perempuan berusia 21 tahun. Karena usia tersebut dianggap usia yang telah
23
Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam Bandung:Sinar Baru, 1990h.348-349
24
The Inter-African Committee IAC on Traditional Practices Affecting the Health of Women and Children.1993 Newsletter, December 2003 dalam Ending Child Marriage: a guide for global policy
action UNFPA, 2007 h. 7
25
Ending Child Marriage: a guide for global policy action UNFPA, 2007 h. 8
26
Penting, Revisi UU Perkawinan http:www.komnasPerempuan.or.id200906penting-revisi- uu-perkawinan 29 Juni 2009 diunduh pada 4 Agustus 2011
27
http:www.nu.or.idpageiddinamic_detil1114622SyariahMasalah_Pernikahan_Dini.html 10 September 2008 diunduh pada 17 Agustus 2011
28
Usia Nikah Perempuan 20 Tahun, Laki-laki 25 Kepala BKKBN Mendesak Revisi Usia Nikah http:nasional.vivanews.comnewsread185877-kepala-bkkbn-desak-revisi-usia-nikah, 30 Oktober
2010 diunduh pada 4 agustus 2011
matang secara psikologis, pendidikan, pekerjaan, dan kemampuan fisik, khususnya Perempuan, untuk hamil dan melahirkan.
Oleh karena itu, definisi pernikahan dini yang diambil oleh penulis adalah setiap pernikahan, dimana pasangan yang menikah berusia kurang dari 21 tahun
pada usia pernikahan pertama mereka. Dalam beberapa penelitian sebelumnya yang diadakan di Indonesia,
pernikahan dini sering terjadi di masyarakat. Seperti yang dapat dilihat dalam tabel 1, sebanyak 41,9 pasangan menikah di usia 15-19 tahun. Data dari East
West Center pada tabel 3 menunjukkan bahwa usia pernikahan Perempuan di bawah 23 tahun, jauh lebih banyak terjadi di daerah pedesaan atau rural area
dibandingkan di daerah perkotaan atau urban area. Sedangkan untuk pria, tidak terlalu besar perbedaan antara daerah pedesaan dan perkotaan untuk menikah di
usia dibawah 23 tahun.
Tabel 2 Usia Pernikahan antara 12-23 tahun 1999 di Indonesia,
baik daerah Rural maupun Urban
29
29
Minja Kim Choe, Early Marriage and Childbearing in Indonesia and Nepal.2001,h.23
C. Faktor Pendorong Pernikahan Dini