Faktor Pendorong Pernikahan Dini

C. Faktor Pendorong Pernikahan Dini

Berdasarkan beberapa riset yang telah dilakukan sebelumnya di beberapa negara, pernikahan dini didasari atas beberapa faktor 1. Faktor Pendidikan Banyak dari orang tua pasangan yang menikah dini, maupun pasangannya itu sendiri memiliki pendidikan yang rendah. Menurut riset yang dilakukan oleh Rafidah 30 , faktor pendidikan memiliki potensi 2,9 kali lebih tinggi. Yaitu jika pasangan memiliki pendidikan yang rendah, potensi yang dimiliki untuk melakukan pernikahan dini adalah 2,9 kali lebih besar. Dalam riset yang dilakukan oleh East West Center EWC menunjukkan bahwa faktor pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang terjadinya pernikahan dini di Indonesia. Dalam tabel tersebut disebutkan bahwa tingkat pendidikan di daerah pedesaan bagi Perempuan yang menikah pada usia 18 tahun 50 memiliki pendidikan dibawah SMP, 40 menempuh pendidikan SMP dan 10 lebih dari SMP. Sedangkan di daerah perkotaan, Perempuan yang menikah di bawah SMP saat UKP 18 tahun adalah 40, 20 SMP dan 5lebih dari SMP. 30 Rafidah dkk.,Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pernikahan Usia Dini di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah, 2009 Sedangkan laki-laki, saat UKP berada dibawah usia 20 tahun, 50 pendidikan di bawah SMP, 40 SMP dan 20 di atas SMP. Sedang di daerah urban dengan UKP berada dibawah 20 tahun adalah 20 di bawah SMP, 10SMP dan 0di atas SMP, itu berarti bahwa laki-laki di daerah urban lebih banyak menikah di atas usia 20 tahun. Tabel 3 Tingkat Pendidikan Bagi Pasangan Menikah Laki-laki Usia 20, dan Perempuan Usia 18 Tahun 1999 di Indonesia 31 31 Minja Kim Choe, Early Marriage and Childbearing in Indonesia and Nepal.EWC, 2001,h24 Tabel 4 Persentase Perempuan Pernah Kawin 10-59 tahun menurut Umur Perkawinan Pertama dan Karakteristik, Riskesdas 2010 32 Data riskesdas menunjukkan bahwa 9,5 tidak sekolah, 16,2 mengenyam pendidikan SD, 1,7 tamat SMP dan 0,5 tamat SMA untuk Perempuan yang menikah pada usia 10-14 tahun. Sedangkan Perempuan yang berusia 12-19 tahun 43,2 tidak sekolah, 52,5 tidak tamat SD, 54,3 tamat SD, 47,5 tamat SMP, dan 20,3 tamat SMA. Sedangkan bagi Perempuan yang pertama menikah dalam range 20-24 tahun, mayoritas berpendidikan terakhir SMA dengan 54,1. 32 Riset Kesehatan Dasar Kementrian Kesehatan RI Tahun 2010,h.188 2. Faktor Ekonomi Banyak dari orang tua pasangan yang menikahkan anaknya pada usia dini memiliki penghasilan yang minim, sehingga tidak memiliki biaya untuk menyekolahkan anak mereka dan menganggap bahwa dengan menikahkan anak mereka, maka beban mereka akan berkurang. Dalam riset yang dilakukan oleh Rafidah dkk 33 , disebutkan bahwa faktor ekonomi merupakan salah satu faktor terjadinya pernikahan dini. Orang tua yang memiliki ekonomi rendah memiliki rasio 1,75 kali lebih dulu menikahkan anaknya dibandingkan dengan orang tua yang memiliki penghasilan tetap atau di atas rata-rata. Dalam riset yang dilakukan di negara lain, seperti di daerah Amhara, faktor ekonomi menjadi faktor keenam setelah tradisi, pernikahan dini untuk meningkatkan tali silaturahmi dan mendekatkan keluarga, untuk martabat, sulit menikah jika usia tua, untuk menghindarkan gosip, untuk memupuk harta, untuk melindungi keperawanan dan lain-lain. 33 Rafidah dkk.,Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pernikahan Usia Dini di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah, 2009 Tabel 5 Prosentase Alasan Perempuan Menikah Dini di bawah 18 Tahun berdasar tempat dan lokasi 34 3. Tradisi Dalam tabel 5 disebutkan bahwa tradisi daerah, merupakan faktor utama pendorong terjadinya pernikahan dini di daerah Amhara. Hal ini juga terlihat di Indonesia, dimana menikah muda sudah menjadi tradisi, menjadi harga diri keluarga dan rendah diri jika putrinya menikah di usia tua, sehingga takut tidak memiliki pasangan. 35 Pada beberapa daerah di pulau Jawa, tradisi pernikahan dini juga masih erat dengan kehidupan warganya. Hal ini terlihat dari banyaknya warga yang menikah ketika berusia 14 tahun di Tasikmalaya 36 . 34 Ababa, Addis. Report on Causes and Consequences of Early Marriage in Amhara Region.Pathfinder, 2006.h.35 35 Siswa SMP di Polewali Pilih Kawin daripad UN. http:edukasi.kompas.comread2011042609130644Siswa.SMP.di.Polewali.Pilih.Kawin.daripada. UN 26 April 2011 diunduh pada 17 Agustus 2011 36 Perkawinan Usia Muda: Faktor-Faktor Pendorong Dan Dampaknya Terhadap Pola Asuh Keluarga Studi Kasus Di Desa Mandalagiri Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya Ada beberapa mitos di daerah Jawa Tengah, bahwa jika seorang anak gadis di usia 20 belum menikah, nanti akan menjadi perawan tua, adapula mitos yang menyebutkan jika seorang anak gadis melahirkan sebelum menikah, atau hamil sebelum menikah, maka anak gadis tersebut mengundang kesialan kepada 41 rumah yang berada disekitar rumahnya. 37 4. Untuk melindungi virginitas atau keperawanan Keperawanan adalah sebuah hal yang penting, baik dalam pernikahan, maupun agama. Dalam penelitian yang dilakukan oleh BKKBN pada tahun 2010, sebanyak 63 Perempuan usia sekolah menengah pertama dan atas di Indonesia sudah tidak perawan dan 21 diantaranya pernah melakukan tindakan aborsi. 38 Karena hal tersebut, banyak orang tua yang kemudian menikahkan anaknya pada usia dini, untuk melindungi keperawanan mereka, dan mencegah anak mereka melakukan tindakan seks pra-nikah. Dalam tabel 5 dapat dilihat sebanyak 21,1 orang tua di daerah pedesaan dan 22 orang tua di daerah perkotaan menikahkan anaknya di usia dini karena hal tersebut. 37 Berdasarkan pernyataan tetua dan ustad desa di Majenang, Jawa Tengah 38 Koran online Antara, http:www.antarasumut.comtanpa-kategorieditorialpenelitian- keperawanan-yang-mencemaskan 14 Maret 2011 5. Pernikahan Usia Dini dalam Pandangan Islam Ajaran Islam merupakan acuan pokok dan utama, serta berbaur dengan nilai-nilai sosial budaya masyarakat dan tercermin dalam kehidupan keseharian masyarakar di Indonesia. Ajaran islam, diyakini sebagai pedoman hidup yang meliputi semua aspek kehidupan jiwa, raga, rohani, jasmani, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, moral, hukum, dsb. Agama Islam mengajarkan dan membimbing umat manusia dengan tujuan kebahagiaan di dunia dan akhirat dengan cara mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Agama Islam, sebagai agama mayoritas di Indonesia memiliki beberapa hukum, khususnya hukum pernikahan salah satunya adalah menyegerakan untuk menikah apabila sudah mampu. Syarat minimum usia untuk menikah dalam agama Islam adalah ketika mencapai usia baligh. Baligh, adalah usia dimana laki-laki telah mendapatkan mimpi basah, dan haid bagi perempuan. Pada era Rasulullah, beliau menikahi Aisyah yang saat itu berusia 8 tahun. hal ini kemudian mendorong beberapa ulama untuk mendukung adanya pernikahan dini, salah satunya adalah Syeikh Puji yang pada beberapa waktu lalu menikahi gadis yang berusia 12 tahun. Tetapi hal yang tidak diperhatikan adalah, Rasul tidak menyentuh Aisyah hingga Aisyah haid, atau sudah cukup umur, dan sudah dianggap cukup dalam hal psikis dan fisik. Pendekatan agama, khususnya agama Islam hal yang dianggap sebagai salah satu pendorong terjadinya pernikahan dini, adalah hadis berikut, “Hai pemuda-pemuda, barangsiapa yang mampu di antara kamu serta berkeinginan hendak kawin, hendaklah dia kawin. Karena sesungguhnya perkawinan itu akan memejamkan mata terhadap orang yang tidak halal dilihatnya, dan akan memeliharanya dari godaan syahwat ….” Riwayaat Jama’ah ahli Hadis. 39 Hadis tersebut kemudian menjadi sebuah panutan bagi orang tua yang memiliki pemahaman mengenai agama untuk menyegerakan anaknya menikah jika sudah cukup usia. Pada temuan lapangan penelitian BKKBN terhadap pernikahan usia muda, disebutkan bahwa ulama, merupakan salah satu faktor pendorong terjadinya pernikahan dini. 40 Agama Islam juga menyarankan agar menyegerakan menikah bagi pasangan yang sudah ingin menikah karena takut mereka melakukan perzinahan, hal ini kemudian menjadi alasan para ulama untuk menyetujui pernikahan dini.

D. Pendidikan dan Pernikahan