Analisa Data TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISA DATA

B. Analisa Data

1. Hubungan antara Pendidikan dan Usia Pernikahan Pertama 60,8 responden dalam penelitian ini memiliki pendidikan setaraf SMA dengan 55,4 usia responden adalah 22-28 tahun. Hasil yang dicapai dari penelitian tersebut adalah hubungan antara usia pernikahan pertama dengan pendidikan adalah rendah, artinya pada Kecamatan Pamulang yang memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi, hanya sedikit yang menikah di usia remaja dengan pendidikan yang rendah. Faktor dengan prosentasi lebih tinggi bagi pernikahan pada usia muda pada perempuan di Pamulang adalah Married by Accident dengan 53,06. Hal ini berlawanan dengan studi-studi sebelumnya yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang menyebabkan pernikahan di usia muda di daerah pedalaman. Studi-studi sebelumnya menyebutkan bahwa di daerah rural area atau pedesaan, masyarakat menikah dini karena pendidikannya yang rendah, sehingga hubungan antara pendidikan dengan usia perempuan pada perkawinan pertama itu tinggi. Sedangkan untuk daerah perkotaan, kurang dari 20 masyarakat yang berusia di bawah 21 tahun telah menikah di usia remaja. 64 Hal ini berarti masyarakat di perkotaan cenderung untuk menikah di atas 21 tahun. hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, bahwa mayoritas masyarakat di daerah Kecamatan Pamulang yang merupakan daerah urban area, mayoritas yang menikah selama 2010-Juni 2011 berusia 22-28 tahun. 65 64 Minja Kim Choe, Early Marriage and Childbearing in Indonesia and Nepal.2001,h.23-24 65 Mean pada data statistic descriptive pada tabel 17. Pendidikan yang menjadi mayoritas adalah SMA, hal ini sesuai dengan data riskesdas pada tabel 4 yang menyebutkan bahwa 54,1 usia pernikahan pertama 20-24 tahun menikah dengan pendidikan terakhir adalah SMA. 66 Hasil tersebut dapat diperkuat dengan hasil wawancara yaitu banyaknya warga yang menikah pada tahun 2010-juni 2011 60,8 adalah lulusan SMA. Ditambah wawancara dengan informan yang memiliki pendidikan yang tinggi memilih untuk menikah di usia dewasa. Hal ini sesuai dengan teori yang dicetuskan oleh Goode yang berpendapat bahwa Perempuan yang tinggal di wilayah perkotaan dan memiliki pendidikan yang tinggi lebih cenderung untuk menikah terlambat, atau menikah di usia dewasa karena mereka lebih memilih pekerjaan dibandingkan memiliki keluarga. 67 Bisa dilihat dari alasan beberapa Perempuan yang menikah di usia yang sudah matang, atau berusia di atas 23 tahun, mereka menikah setelah merasa bahwa hasil pekerjaan yang mereka lakukan sudah cukup untuk membiayai keluarga, atau setelah mereka merasa siap untuk berkeluarga. “Saya kan harus lulus sarjana dulu, kerja dulu, kalau udah siap, baru saya nikah, dan saya emang baru siap ketika umur segitu. ” 68 66 Riset Kesehatan Dasar Kementrian Kesehatan RI Tahun 2010,h.188 67 Vu, Lung. Age at First Marriage in Vietnam: Trends and Determiants. Tulane University School of Public Health and Tropical Medicine,2005h.1 68 Berdasarkan wawancara dengan informan K, yang menikah pada usia 25 tahun dengan pendidikan terakhir S1 2. Dampak Menikah Muda pada Pernikahan Pertama a. Dampak terhadap istri Dampak bagi istri yang menikah di usia remaja, khususnya di daerah Pamulang adalah kehilangan kesempatan untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Seperti yang di ungkap oleh informan N, yang menyatakan bahwa setelah ia MBA, ia tak lagi dapat melanjutkan studinya di akademi keperawatan yang sempat ia enyam hingga semester 2. 69 Hal ini juga dapat dilihat dalam beberapa penelitian yang dilakukan oleh UNICEF disebutkan bahwa, Perempuan yang menikah kurang dari 18 tahun memiliki pendidikan yang rendah, dan tidak berkesempatan untuk mendapatkan pendidikan tinggi. 70 b. Dampak terhadap negara Telah dibahas sebelumnya, pernikahan dini kemudian berdampak kepada demografi, sehingga secara tak langsung berdampak kepada negara. Pernikahan dini, dengan tingkat fertilitas yang tinggi menjadi faktor bertambahnya penduduk, selain itu, menurunnya tingkat kesadaran untuk mengenyam pendidikan bagi Perempuan, karena Perempuan yang menikah di usia dini memiliki tingkat pendidikan yang rendah hingga menengah. Menurut riset ICRW, dampak yang jelas terlihat bagi negara adalah menyia-nyiakan potensi yang ada dari setiap generasi Perempuan untuk maju, dan meningkatkan garis Angka Kematian Ibu, kemiskinan, dan penyakit. 71 69 Berdasarkan wawancara dengan informan N, pada 29 Agustus 2011 70 70 Perempuan yang menikah usia dini hanya mendapatkan pendidikan dasar, riset UNICEF tahun 2004 dalam Jeanette Bayisenge, Early Marriage as a Barrier to Girl’s Education : A Developmental Challenge In Africa National University of Rwanda, 2007 h.8 71 Gupta, Geeta Rao. Child Marriages: Social and Economics Linkages and Opportunities for Intervention. 2004, ICRWh.11

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN