Pengaruh timbal balik antara pernikahan dini dengan putus sekolah: analisis sosiologis terhadap komunitas Rukun Warga (RW) 03, Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Desstia Loveacna

NIM 1110015000030

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2015


(2)

Nama NIM Jurysan Judul Skripsi

Desstia Loveacna

1 1 10015000030

Pendidikan IPS/Sosiologi

"Pengaruh Timbal Balik Antara Pernikahan Dini

Dosen Pembimbing

Dengan

Putus

Sekolah

(Analisis

Sosiologis Terhadap Komunitas

Rukun

Warga

(RW)

03 Kelurahan Pamulang B ar at, Kec amatan Pamulang)"

: Prof. Dr. H. Rusmin Tumanggor. MA

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya penulis sendiri dan diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi. Sepanjang pengetahuan penulis, judul dan skripsi

ini

belum pernah diterbitkan sebelumnya oleh orang lain atau suatu lembaga, kecuali bagian-bagian tertentu yang secara tertulis dijadikan sebagai sumber acuan dalam skripsi

ini

dan disebutkan dalam footnote dan daftar pustaka. Demikianlah pernyataan ini dibuat, apabila telbukti bahwa pernyataan

ini tidak

benar, maka sepenuhnya menjadi tanggung j awab penulis.

J akarta, 29 Novemb er 2014 Yang Menyatakan


(3)

RUKUN WARGA (RW) 03, KELURAHAN PAMULANG BARAT, KECAMATAN PAMULANG)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar sarjana

Pendidikan (S.Pd.) Bidang Ilmu pengetahuan Sosial

Disusun Oleh Desstia Loveacna NrM. 111001s000030

BING

Prof. Dr. H. Rusmin Tumanggor. MA NIP. 194711419851 0 110

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGBTAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2014


(4)

Putus Sekolah (Analisis Sosiologis Terhadap Komunitas Rukun warga (Rw) 03 Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang)" yang disusun oleh Desstia Loveacna, NIM. 1110015000030, Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu

Tarbiyah <ian Keguruan (FITK), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas

J akarta, 29 Novemb er 20 1 4

Yang mengesahkan,

Dosen Pembiyrbing

,'/

,,. \

Z'--\\Y>

-/

Prof. Dr. H. Rusmin Tumanggor, MA NIP. 194711419851 0 110


(5)

Dr.

IwanPurwanto"M.Pd

;tr -

-/

Nrp. 1e730424200801

I

012

l/rry "T{_

T-r-Sekretaris (T-r-Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS)

-/

J,

\--.-Drs.Syaripulloh"M.Si

-t lr

--^

NrP.

1e670e0920070011033 lrl

1_4

-Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang)" disusun

oleh

Desstia Loveacna,

NIM

: 1110015000030,

diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UiN Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah dinyatakan lulus dalam

ujian Munaqosah pada tanggal6 Januari 2015 dihadapan dewan penguji. Karena

itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial'

Jakarta,6 Jarruari2015

Panitia {ljian Mtrnaqosah

Ketua Sidang (Ketua Jurusan Pendidikan

IPS)

Tanggal

Tanda Tangan

Penguji

I

Drs. Syaripulloh. M.Si

NIP. 1 96709092007 041 1 033

Penguji

II

Sodikin" M.Si

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

*r'-$/

aot|

/or

.8rrr,,8


(6)

vi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. 2014

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh timbal balik antara pernikahan dini dengan putus sekolah di Komunitas Rukun Warga (RW) 03 Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang. Objek dari penelitian ini adalah masyarakat yang putus sekolah terdorong untuk cepat menikah, dan menikah secara dini menyebabkan seorang anak putus sekolah di Komunitas Rukun Warga (RW) 03 Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang. Penelitian dilakukan ditempat ini dikarenakan adanya kasus pernikahan dini yang terjadi di daerah tersebut, sehingga dianggap cocok untuk menjadi tempat penelitian yang dilakukan.Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Instrumen penelitian yang digunakan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Setelah melakukan penelitian, hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah mengapa masyarakat di wilayah ini lebih memilih putus sekolah dan akhirnya memutuskan untuk menikah dini dikarenakan adanya beberapa faktor. Faktortersebut adalah faktor ekonomi dari orang tua, perjodohan yang dilakukan orang tua dan pergaulan bebas teman sebaya. Sedangkan, masyarakat yang lebih memilih untuk menikah dini dan akhirnya tidak bisa melanjutkan proses pendidikan (putus sekolah) dikarenakan adanya faktor hamil diluar nikah (married by accident).

Setelah menikah, ada beberapa hal yang dirasakan seperti terhadap kondisi keluarga yang dibangun seperti pertengkaran-pertengkaran kecil yang sering terjadi. Selain itu pekerjaan yang didapat hanya sebatas menjadi security, cleaning servis maupun penjaga tiket parkir dengan pendapatan minim. Dengan hal ini sulit untuk mencukupi kebutuhan keluarga kemudian belum terencana masa depan untuk anaknya dan masih ada campur tangan dari orang tua.


(7)

vii

Education Social Science The Faculty of Tarbiyah and Teacher Science The State Islamic of Syarif Hidayatullah University. 2014

Keyword: young marriage and school dropout

In modern times, there are still a lot of unconcern in education around our society. This things caused young marriage and closely related to school dropout. School dropout could be push them to get married at very young age. Same as young marriage could caused a kid to school dropout. At least if some society realize about how really important to get education, so that education itself could reduce the occurrence of young marriage.

This research intend to know how the reciprocal influence between young marriage and school dropout in RW 03 community Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang. Object of this research are the people who school dropout compelled to get married, and young marriage could caused a kid to school dropout in RW 03 community, Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang. Why this research was doing in here, it is because some cases happened here. Therefore this is the right place to be researched. Descriptive method and qualitative approach are method that I use in this research by doing observation technique, interviewing and documentation.

After doing the research, the results that be found there are many factors why they preferred to school dropout and then choose to get married in a young age. The factors are economic problem in family, mate which is chosen by parents, and free sex among teenagers. Pregnant before married is one of the reason some society preferred to choose to get married in a young age and cannot continue their education (school dropout), in here we know it as married by accident.

After they get married there are positive and negative impact to them. The positive impact is to learn how to responsible being a parent for their children. The negative impact is so hard to do economic plan, tiff happen a lot, and yet


(8)

viii

serta karunia-Nya yang tiada batas sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dengan judul “Pengaruh Timbal Balik Antara Pernikahan Dini Dengan Putus Sekolah (Analisis Sosiologis Terhadap Komunitas Rukun Warga (RW) 03 Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang).” Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan atas baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan cahaya dalam hidup penulis berupa cahaya Islam.

Penyelesaian skripsi ini terwujud atas bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Dengan segala hormat dan ungkapan bahagia, penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya yang menjadikan penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Nurlena Rifa’i, M.A, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 3. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS.

4. Drs. Syaripulloh, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS.

5. Prof. Dr. H. Rusmin Tumanggor, MA selaku dosen pembimbing yang begitu sabar dalam membimbing saya, meluangkan banyak waktunya untuk memberikan ilmu, nasihat, pengarahan serta kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.

7. Kedua orang tuaku tercinta, Acep dan Rehngenana yang selalu sabar

senantiasa memberikan do’a serta dukungan baik secara moril maupun materil dan tak lupa adik-adiku yang amat aku sayangi Ade Lestari Dwi


(9)

ix penyelesaian skripsi ini.

9. Teman-teman HMJ Pendidikan IPS Periode 2013-2014. Dede, Riska, Nurwakhidah, Pupuy, Faizah, Hambali, Fathur Rahman, Via, Naya, Wulan serta Ela. Terimakasih atas bantuan dan dukungan kalian selama ini. 10.Teman-teman seperjuangan Pendidikan IPS konsentrasi

Sosiologi-Antropologi angkatan 2010. ATK Family, Indri S, Ade Robiatu, Amaliah, Oni Restiawati, Desdemonawita, Dini Sugiarti, Ibnu Mustaqim dan Ninna Aristyaningsih. Terimakasih atas kenangan-kenangan indah yang sudah dilewati bersama semoga kita tidak pernah lupa akan kenangan itu.

11.Sahabat-sahabatku seperti keluargaku sendiri Dara Rahmita Dewi, Yustia Umamah, Farida Hasanah, Risyda Azizah, M. Fakih, Husnul Khotimah, serta Leseh Koceku (Mimih dan Ayah). Semoga persahabatan yang kita miliki dapat terjalin terus sampai kakek dan nenek. Terimakasih banyak atas motivasi, dukungan dan nasehatnya selama ini.

12.Sahabat serta kakak-kakakku Siti Ngaisah, Ahmad Nashrullah, Arif Rahman Hakim, Neneng Suwartini, Muhammad Faishal Ramdhan, Ardi Muhammad Arsyad, Misbahuddin, serta Deli Wani Utami. Semoga apa yang dimiliki sekarang tidak merubahnya untuk selalu bersama. Terimakasih atas pengalaman-pengalaman berharga, dukungan, dan nasihat yang selama ini di berikan kepada penulis.

13.Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas doa dan bantuannya. Semoga mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, Amin.

Jakarta, 29 November 2014


(10)

x

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SIDANG ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan dan Signifikasi Penelitian ... 8

BAB II DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Kajian Teoritis ... 9

1. Pernikahan Dini ... 9

a. Aturan Masyarakat ... 9

b. Dorongan Dari Orang Tua ... 11

c. Pelaksanaan Pernikahan Dini ... 12

2. Putus Sekolah ... 17

a. Meninggalkan Pendidikan Formal ... 17

b. Masalah Rumah Tangga ... 21

c. Akibat Pada Anak ... 23

3. Kehidupan Masyarakat Pedesaan ... 24

a. Pengertian Masyarakat Pedesaan ... 24


(11)

xi

c. Masyarakat ... 29

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 31

C. Kerangka Konseptual ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Desain Penelitian ... 34

B. Subjek Penelitian ... 35

C. Populasi dan Sampling ... 35

D. Data yang Dikumpulkan ... 37

E. Sumber Data ... 37

F. Teknik Pengumpulan Data ... 38

1. Observasi ... 38

2. Wawancara ... 38

3. Dokumentasi ... 39

G. Instrumen Pengumpulan Data ... 40

H. Teknik Pengolahan Data (Analisa Data) ... 41

I. Pengecekkan Keabsahan Data... 42

1. Credibility (Validitas internal) ... 42

2. Transferability (validitas eksternal) ... 45

3. Dependability (reliabilitas) ... 45

4. Confirmability (obyektivitas) ... 45

J. Penulisan Laporan Skripsi ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Kelurahan Pamulang Barat ... 48

B. Profil Masyarakat RukunWarga (RW) 03 ... 54

C. Pernikahan dini yang terjadi di Komunitas Rukun Warga (RW) 03 Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang ... 56

1. Akibat Pernikahan Dini Terhadap Kondisi Keluarga ... 62

2. Kelanjutan Pendidikan Suami Dan Istri ... 64


(12)

xii

Rukun Warga (RW) 03 ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 72 B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN BIODATA PENULIS


(13)

xiii

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kelurahan Pamulang Barat ... 49

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kelurahan Pamulang Barat Menurut Struktur Umur .. 50

Tabel 4.3 Tingkat Pendidikan Masyarakat Kelurahan Pamulang Barat Menurut


(14)

xv

Lampiran 2 Hasil Wawancara

Lampiran 3 Hasil Observasi

Lampiran 4 Dokumentasi

Lampiran 5 Lembar Uji Referensi

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian Dari Fakultas

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian DariKelurahan Pamulang Barat


(15)

1

A. Latar Belakang Masalah 1. Landasan Filosofis

Ketika manusia sudah berusia dewasa, keinginan terbesarnya adalah menikah. Apalagi bagi kalangan pemuda-pemudi bisa dikatakan mempunyai umur yang sudah cukup dewasa atau tingkat kematangannya, baik dari segi fisik atau jasmani, segi psikologinya maupun kematangan emosinya. Manusia dituntut untuk segera menikah karena menikah adalah proses awal bagaimana harus bisa mengatur, merencanakan dan menghidupkan sebuah keluarga.

Dalam undang-undang pernikahan No. 1 Tahun 1974 pasal 1

dikatakan bahwa, “pernikahan sebagai jalan untuk bisa mewujudkan suatu keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan ke Tuhanan Yang Maha Esa”.1 Dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Didalam kehidupan manusia, pernikahan sudah menjadi hukum alam atau

sunnatullah untuk kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Al-quran pun menyebutkan dengan jelas dalam QS. Adz-Dzariyaat:49 yang berbunyi :

نورَكذت ْ كَ عل نْيج ْوز انْق خ ء ْىش ِلك نمو

٩٤

Artinya : Dan tiap-tiap jenis Kami ciptakan berpasangan, supaya kami dan mengingati (kekuasaan kami dan mentauhidkan Kami) akan kebesaran Allah.

Menurut Hilman Hadikusuma, pernikahan dalam Islam adalah sebagai berikut:

Suatu ikatan lahir batin antara laki-laki dan seorang perempuan untuk hidup bersama dalam rumah tangga dan berketurunan, yang

1


(16)

dilaksanakan menurut ketentuan syariat Islam. Perkawinan antara pria dan wanita yang masih belum baligh, atau antara pria yang sudah dewasa dengan wanita yang masih anak-anak atau sebaliknya masih berlaku pada lingkungan masyarakat adat. Karena itu banyak di beberapa daerah perkawinan anak-anak merupakan perbuatan yang tidak dilarang.2

Sedangkan dalam undang-undang pernikahan No. 1 Tahun 1974 pasal 7, “pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.3 Pernikahan menurut Syaikh Abdul Azis adalah sebagai berikut :

Pernikahan sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat guna melangsungkan kehidupan umat manusia serta untuk mempertahankan eksistensi kemanusiaan dimuka bumi ini. Ia sangat disenangi oleh setiap pribadi manusia dan merupakan hal yang fitrah bagi setiap makhluk Tuhan. Dengan pernikahan akan tercipta suatu masyarakat kecil dalam bentuk keluarga dan dari sana pula akan lahir beberapa suku dan bangsa.4

Karena itu pula masyarakat tidak mungkin ada kalau tidak ada anggotanya, sedangkan anggota masyarakat atau individu itu, tidak mungkin ada tanpa adanya orang tua. Jika suatu pernikahan tidak diatur dengan berbagai ketentuan tentang hak dan kewajiban, maka akan terjadilah ketegangan, penderitaan, kekecewaan dan kecemasan, terutama dikalangan wanita dan anak-anak, serta lanjut usia. Mengapa dikatakan demikian, karena wanita akan selalu menjadi sasaran dari laki-laki yang tidak bertanggung jawab, selanjutnya berdampak pada anak-anak yang akan menjadi korban tanpa adanya pendidikan dan pemeliharaan dari orang tua itu sendiri.

2

Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Adat, (Bandung: Citra Adya Bakti, 1997) cet.ke1, h.91.

3

UU No.1 Tahun 1974 Tentang perkawinan pasal 7

4

Syaikh Abdul Azis dan Khalid, Perkawinan dan Masalahnya, (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar, 1995) h.14.


(17)

2. Landasan Historis

Di Indonesia sendiri pernikahan menjadi suatu hal yang tidak sakral lagi. Terlihat jelas makin banyaknya kasus usia pernikahan yang masih seumur jagung sudah mengalami proses perceraian. Tentunya pasti banyak dampak yang terjadi setelah itu. Pasal 7 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 ayat (1) menyatakan bahwa “perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun”.5 Batas usia tersebut bukan merupakan batas usia seseorang telah dewasa yang cukup dewasa untuk bertindak, akan tetapi batas usia tersebut hanya merupakan batas usia minimal seseorang boleh melakukan pernikahan. Dalam Islam sendiri sebenarnya tidak ada batasan usia dalam menikah, namun secara implisit, syariat menghendaki orang yang hendak menikah adalah benar-benar orang yang sudah siap mental, fisik dan psikis, dewasa dan paham arti sebuah pernikahan yang merupakan bagian dari ibadah. Di dalam pasal 6 ayat (2), disebutkan “bahwa seseorang sudah dikatakan dewasa kalau sudah mencapai umur 21 tahun”.6

Mengingat situasi dan kondisi zaman dan sekaligus juga mengingat pentingnya pernikahan di zaman modern sekarang ini, orang menikah demi kemaslahatan umat manusia. Yang terjadi saat ini ialah maraknya pernikahan dini yang dilakukan berumur kurang dari 20 tahun. Fenomena pernikahan dini banyak terjadi dikalangan masyarakat dan bukan merupakan fenomena yang muncul belakangan ini, tapi sudah banyak terjadi dari dahulu hingga sekarang.

Fenomena tersebut juga sudah tidak asing lagi bagi kebanyakan orang, bahkan sudah membudaya disuatu masyarakat. Untuk menjalani sebuah pernikahan, terutama pernikahan dini haruslah syarat matang (dewasa) baik fisik maupun mental, sangat penting karena memasuki kehidupan rumah tangga bukanlah hal yang mudah. Bila tidak, apa yang

5

UU. loc. cit

6


(18)

menjadi kekhawatiran banyak orang seperti eksploitasi terhadap perempuan, dan tindak kekerasan dalam rumah tangga rentan terjadi karena otoritas yang dimiliki oleh suami yang lebih mapan dan dewasa bisa menjadi hal yang lumrah.

3. Landasan Yuridis

Undang-undang negara Indonesia telah mengatur batas usia perkawinan dalam undang-undang perkawinan bab II pasal 7 ayat 1

disebutkan bahwa “perkawinan hanya diizinkan jika pria mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak perempuan sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun”.7 Jelas bahwa undang-undang tersebut menganggap seseorang di atas usia tersebut bukan lagi anak-anak sehigga mereka sudah boleh menikah, batasan usia ini dimaksud untuk mencegah perkawinan terlalu dini. Walaupun begitu selama seseorang belum mencapai usia 21 tahun masih diperlukan izin orang tua untuk menikahkan anaknya. Setelah berusia di atas 21 tahun boleh menikah tanpa izin orang tua. Seperti yang diatur dalam Pasal 6 ayat 2 yang

berbunyi “untuk melangsungkan perkawinan seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapat izin kedua orang tua”.8 Sudah jelas dikatakan, bahwa walaupun undang-undang tidak menganggap yang di atas usia 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria bukan anak-anak lagi, tetapi belum dianggap dewasa penuh. Sehingga masih perlu izin untuk menikahkan anak.

Dalam melangsungkan sebuah pernikahan, batasan usia menjadi sangat penting. Hal ini disebabkan, karena didalam pernikahan itu sendiri dibutuhkan tingkat kedewasaan yang tinggi agar bisa menyikapi segala masalah tidak dengan keputusan-keputusan yang hanya sementara. Pernikahan dini bukanlah cinta yang terlarang hanya saja waktu yang

7

UU No.1 Tahun 1974 Tentang perkawinan pasal 7 8


(19)

belum tepat untuk merasakannya, karena pernikahan dini dikaitkan dengan waktu, yaitu sangat awal.

Menikah sebelum cukup usia ternyata masih ada di zaman modern ini. Salah satu kasus pernikahan Manohara Odelia Pinot dengan pangeran kesultanan Malaysia yang bernama Tengku Fakhry menikah pada tahun 2008 di usia 16 tahun yang berakhir dengan perceraian dan konflik.9 Hal tersebut tentu tidak lepas dan sangat dipengaruhi oleh budaya yang berkembang di masyarakat bahwa wanita tidak boleh sampai terlambat menikah, atau mempunyai alasan jika dinikahkan dengan orang yang sudah berada, tidak perlu khawatir masa depannya akan terpuruk.

Tetapi pernikahan dini tentunya bersifat individual, artinya ukuran kemaslahatan dikembalikan kepada pribadi masing-masing, jika dengan pernikahan dini mampu menyelamatkan dari kubangan dosa dan lumpur kemaksiatan, maka menikah adalah jalan alternatif yang positif.

Ada beberapa faktor yang disebabkan dari pernikahan dini itu jika terjadi. faktor-faktor tersebut yaitu :

Pertama, masa anak-anak adalah masa bereksplorasi, bermain, berkreasi, dan belajar agar dapat tumbuh dan berkembang secara baik sesuai usianya. Kedua, secara fisik organ reproduksi anak-anak belum siap untuk melakukan hubungan suami istri apalagi secara psikis. Dan ketiga, pernikahan dini juga berakibat pada terhentinya salah satu hak anak yaitu mendapatkan pendidikan.10

Dari faktor-faktor di atas dapat disimpulkan bahwa anak-anak yang menikah pada usia dini secara tidak langsung akan kehilangan perkembangannya sebagai anak-anak karena harus dihadapkan dengan dunia keluarga yang jauh dari usia perkembangannya. Dan jika dilihat secara fisik organ reproduksi anak-anak belum siap hal inilah yang sering terjadi rentannya kehamilan seperti tingginya angka kematian ibu dan

9

Lutfi Puji Astuti. “Manohara Odelia Pinot”,

http://www.life.viva.co.id/news/read/372430-manohara-odelia-pinot, Januari 2015

10Rita Pranawati. “Eksploitasi Anak dalam Pernikahan Dini”,


(20)

bayi. Selanjutnya, jika pernikahan dini itu memang dilaksanakan akan berdampak pada terhentinya proses pendidikan.

Karena dengan pendidikan menjadi salah satu cara untuk peningkatan kualitas hidup warga namun jika sebagian besar kasus anak dengan pernikahan dini akan terhenti pendidikannya. Membiarkan anak putus sekolah merupakan bentuk pelanggaran hak anak untuk mendapatkan pendidikan. Lebih jauh lagi, membiarkan anak dengan pernikahan dini putus sekolah akan membuat kemiskinan berulang serta kemungkinan kejadian pernikahan anak-anak pada generasi selanjutnya terus berlanjut.

Di zaman yang modern ini, masih banyak ditemukan kurangnya tingkat kesadaran masyarakat tentang pendidikan. Hal inilah yang menyebabkan pernikahan dini berkaitan erat dengan putusnya sekolah. Tidak menutup kemungkinan anak yang putus sekolah terdorong untuk cepat menikah, begitu pula dengan menikah secara dini menyebabkan seorang anak putus sekolah. Setidaknya jika masyarakat sadar akan pentingnya pendidikan, dari pendidikan itu sendiri dapat mengurangi terjadinya pernikahan dini. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, hal ini meyakini peneliti untuk mengadakan penelitian yang berjudul tentang “Pengaruh Timbal Balik antara Pernikahan Dini dengan Putus Sekolah (Analisis Sosiologis Terhadap Komunitas Rukun Warga (RW) 03 Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan

Pamulang)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka masalah dapat diidentifikasi sebagai :

a. Kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya dari pernikahan dini. b. Maraknya pernikahan dini yang terjadi di Komunitas RW 03 Kelurahan

Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang.


(21)

d. Adanya kasus pernikahan dini yang menyebabkan putus sekolah. e. Adanya keterkaitan antara putus sekolah dengan pernikahan dini. f. Adanya beberapa faktor yang menyebabkan pernikahan dini itu terjadi. g. Banyaknya resiko yang terjadi dari terlaksananya pernikahan dini itu

sendiri.

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah tersebut agar penelitian lebih terarah dan fokus, maka penulis memberikan batasan permasalahan ini pada adanya pengaruh timbal balik karena dengan menikah dini menyebabkan seorang anak tidak dapat melanjutkan pendidikannya (putus sekolah) dan karena seorang anak yang awalnya sudah tidak mendapatkan pendidikan (putus sekolah) terdorong untuk menikah lebih cepat.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka perumusan masalah yang diambil penelitian hanya dilakukan di Komunitas Rukun Warga (RW) 03 Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang. Mengingat daerah yang akan diteliti merupakan daerah yang berdekatan dengan lingkungan pendidikan dan dilihat dari kondisi masyarakatnya pun sudah mengikuti perkembangan zaman dan terbilang maju namun di daerah tersebut pernikahan dini masih saja dilakukan. Maka peneliti dapat mengajukan pertanyaan dalam penelitian ini sebagai berikut : “Bagaimana pengaruh timbal balik antara pernikahan dini dengan putus sekolah yang terjadi di Komunitas Rukun Warga (RW) 03 Kelurahan Pamulang Barat,


(22)

E. Tujuan dan Signifikansi Penelitian

1. Tujuan penelitian a. Akademis

Secara akademisi penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pernikahan dini terjadi di Komunitas Rukun Warga (RW) 03 Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang.

b. Terapan

Tujuan terapannya adalah untuk memberikan informasi dan sebagai bahan pengevaluasian tentang pernikahan dini pada masyarakat di Komunitas Rukun Warga (RW) 03 Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang.

2. Signifikansi penelitian a. Akademis

Secara akademisi penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam hal penelitian.

b. Terapan

Tujuan terapannya adalah penelitian ini dapat berguna bagi masyarakat di Komunitas Rukun Warga (RW) 03 Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang untuk meminimalisir terjadinya pernikahan dini dan lebih mengutamakan pendidikan.


(23)

9

1. Pernikahan Dini

a. Aturan Masyarakat

Menurut Hukum Islam perkawinan adalah “pernikahan, yaitu

akad yang sangat kuat atau miitsaaqon gholiidhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah, dan perkawinan itu sendiri bertujuan untuk mewujudkan kehidupan

rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah”.11

Sedangkan dalam UU Nomor 1 Tahun 1974 pasal 1 merumuskan pengertian

perkawinan sebagai berikut : “ikatan lahir antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa”.12

Dilihat dari pengertian yang telah dikemukakan diatas, bahwa perkawinan baik menurut hukum Islam ataupun undang-undang perkawinan pada prinsipnya yaitu pelaksanaannya merupakan kewajiban bagi setiap laki-laki dan perempuan dan memiliki tujuan yang sama yaitu membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera serta upaya untuk mempunyai keturunan. Pernikahan juga kebutuhan alami, sebagaimana manusia membutuhkan makan dan minum.

Tidak ditetapkannya usia tertentu dalam masalah pernikahan sebenarnya memberikan kebebasan untuk menyesuaikan masalah tersebut tergantung situasi, kepentingan, kondisi pribadi keluarga dan kebiasaan masyarakat setempat. Yang jelas kematangan psikologi, jasmani dan rohani pasangan yang akan menikah menjadi

11

Departemen Agama R.I., Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, h.14 12


(24)

prioritas utama. Dalam Islam sendiri, sebenarnya tidak ada batasan usia dalam menikah, namun jika dilihat secara kematangan dalam membina rumah tangga jelas berbeda pasangan yang menikah pada usia muda dengan pasangan yang menikah dengan usia yang matang.

Dalam Undang-undang Perkawinan No.1 tahun 1974 Pasal 7

yang dikutip oleh Abdurrahman menyebutkan bahwa “Pernikahan

hanya di izinkan jika para pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16

(enam belas) tahun”.13

Adapun dalam pasal 6 Undang-undang No.1 tahun 1974 yang dikutip oleh Djoko Prakoso dan I Ketut Murtikaberbunyi “pada ayat pertama, menjelaskan perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai. Dan ayat kedua, untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapat izin kedua orang

tua”.14

Selain batasan umur yang ditetapkan oleh undang-undang, pendapat lain yang mengemukakan tentang usia ideal pernikahan

yaituZakiyah Daradjat berpendapat “bahwa usia muda (remaja) adalah anak yang pada masa dewasa, dimana anak mengalami perubahan cepat di segala bidang, mereka bukan lagi anak-anak baik bentuk badan, sikap dan cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang, masa ini dimulai kira-kira usia

13 tahun dan berakhir 21 tahun”.15

Berbeda dengan pendapat Marc Hendri yang dikutip oleh

Bakri Hasbullah mengemukakan “bahwa perkawinan sebaiknya

dilakukan antara usia 20 tahun sampai 25 tahun bagi wanita dan 25

13

Abdurrahman, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Tentang Perkawinan, ( Jakarta:Akademika Pressindo, 1986), h.66

14

Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, Azas-azas Hukum Perkawinan di Indonesia,(Jakarta:PT Bina Aksara, 1987), h.15

15


(25)

tahun sampai 30 tahun bagi pria. Tinjauan ini didasarkan atas

pertimbangan kesehatan para calon mempelai”.16

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya aturan seseorang melangsungkan pernikahan adalah benar-benar orang yang sudah siap mental, fisik, psikis, dan paham arti sebuah pernikahan yang merupakan bagian dari ibadah, sebelum akhirnya menjadi keluarga. Hal ini disebabkan, karena didalam pernikahan itu sendiri dibutuhkan tingkat kedewasaan yang tinggi agar bisa menyikapi segala masalah tidak dengan keputusan-keputusan yang hanya sementara. Untuk itu, tanpa adanya tingkat kedewasaan yang tinggi maka rumah tangga yang sakinah, mawaddah,warahmah sulit terwujud.

b. Dorongan dari Orang Tua

Orang tua menjadi salah satu faktor terpenting dalam keberhasilan seorang anak. Karena orang tua merupakan lingkungan pertama yang dimiliki seorang anak. Salah satu tugas orang tua adalah memberikan bimbingan dan pengarahan pada anak selain itu mempunyai tanggung jawab dalam suatu keluarga.

Idris Ramulyo berpendapat “kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya, sampai anak-anak itu menikah atau dapat berdiri sendiri, kewajiban mana berlaku terus, walaupun perkawinan antara kedua orang tua putus. Anak-anak wajib menghormati orang tua dan mentaati kehendak mereka yang baik”.17

Setiap orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam hal menentukan perkawinan anak-anaknya. Begitu pula yang dikatakan oleh Noorkasiani,dkk, “peranan orang tua tersebut

16

Bakri Hasbullah. Kumpulan Lengkap Undang-undang Perkawinan Di Indonesia

(Jakarta:Bulan Bintang, 1987).h.6

17

Idris Ramulyo, tinjauan beberapa pasal UU Nomor 1 Tahun 1974 Dari Segi Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta : Ind-Hillco 1990 cet.2)h.147


(26)

dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut: 1) Sosial ekonomi keluarga, 2) Tingkat pendidikan keluarga, 3) Kepercayaan danatau adat istiadat yang berlaku dalam keluarga, 4) Kemampuan yang dimiliki

keluarga dalam menghadapi masalah remaja”.18

Dapat disimpulkan dari faktor-faktor tersebut bahwa akibat dari beban ekonomi yang dialami orang tua mempunyai keinginan untuk mengawinkan anak gadisnya. Perkawinan tersebut akan memperoleh dua keuntungan, yaitu tanggung jawab terhadap anak gadisnya menjadi tanggung jawab suami atau keluarga suami dan adanya tambahan tenaga kerja di keluarga, yaitu menantu yang dengan sukarela membantu keluarga istrinya.

Begitu pula dilihat dari tingkat pendidikan keluarga makin rendah tingkat pendidikan keluarga, makin sering ditemukan perkawinan di usia muda. Peran tingkat pendidikan berhubungan erat dengan pembahasan keluarga tentang kehidupan berkeluarga. Selain dilihat dari tingkat pendidikan keluarga kepercayaan dan adat istiadat yang berlaku dalam keluarga juga menentukan terjadinya perkawinan di usia muda.

Sering ditemukan orang tua mengawinkan anak mereka dalam usia yang sangat muda karena keinginan untuk meningkatkan status sosial keluarga, mempererat hubungan antarkeluarga, dan atau untuk menjaga garis keturunan keluarga. Dan dilihat dari kemampuan keluarga yang kurang memiliki pilihan dalam menghadapi atau mengatasi masalah remaja.

c. Pelaksanaan Pernikahan Dini

Pernikahan menjadi hal normal yang dibutuhkan manusia dan pernikahan itu sendiri berlaku pada semua makhluk-Nya, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan.

18

Noorkasiani, Heryati, dan Rita Ismail, Sosiologi Keperawatan ( Jakarta : EGC,2009) h.83-88


(27)

Arti nikah dalam Bahasa Arab menurut Peunoh Daly ialah,

“bergabung atau berkumpul”.19 Definisi yang hampir sama juga dikemukakan oleh Rahmat Hakim yang dikutip oleh Tihami dan Sohari Sahrani bahwa kata nikah berasal dari bahasa Arab “nikahun

yang merupakan masdar atau asal kata dari kata kerja (fi‟il madhi)

nakaha, sinonimnya tazawwaja kemudian diterjemahkan dalam

bahasa Indonesia sebagai perkawinan”.20 Sedangkan arti nikah menurut syarak menurut Peunoh Daly adalah “akad yang membolehkan seorang laki-laki bergaul bebas dengan perempuan tertentu dan pada waktu akad mempergunakan lafal nikah atau

tazwij, atau terjemahnya”.21

Di dalam kehidupan manusia, pernikahan sudah menjadi hukum alam atau sunnatullah untuk kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Dalam UU Nomor 1 Tahun 1974 pasal 1 merumuskan

pengertian perkawinan sebagai berikut : “Perkawinan ialah ikatan

lahir antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.22

Jadi dapat disimpulkan bahwa pernikahan dan perkawinan mempunyai pengertian yang sama, kedua istilah tersebut dalam bahasa Indonesia sudah umum dipakai oleh masyarakat yang mempunyai arti perjanjian relationship (perhubungan) antara manusia laki-laki dan perempuan yang bertujuan untuk hidup bersama membentuk rumah tangga dan mempunyai keturunan.

Imam al-Ghazali dalam Ihya „Ulumiddin yang dikutip oleh Husein Muhammad, et al., menyebutkan ada tiga tujuan dalam menikah yaitu : Pertama, nikah (perkawinan merupakan ikhtiar manusia untuk melestarikan dan mengembangbiakkan

19

Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam: suatu studi perbandingan dalam kalangan Ahlus-sunnah dan negara-negara Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005 cet ke-2) h.104

20

Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat:Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010 cet.2) h.7

21

Peunoh Daly. loc. cit

22


(28)

keturunannya dalam rangka melanjutkan kehidupan manusia di bumi. Kedua, nikah merupakan cara manusia menyalurkan hasrat libidonya (seksual) untuk mendapatkan kenikmatan dan menjaga alat-alat reproduksinya. Ketiga, melalui perkawinan, hati laki-laki dan perempuan diharapkan menemukan tempat ketenangan.23

Islam menyeru pengikutnya untuk melaksanakan pernikahan apabila mereka telah mampu dan memenuhi persyaratan. Allah SWT menerangkan tujuan dari pernikahan kepada manusia, dalam QS. An-Nahl:72 yang berbunyi :



   



Artinya : Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu sendiri dan menjadikan anak dann cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rezeki dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari nikmat Allah?

Dengan adanya pernikahan dimaksudkan untuk menciptakan ketenangan dan kebahagiaan. Al-quran pun menyebutkan dengan jelas dalam QS. Al-Rum:21 yang berbunyi :



   



Artinya : Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar

23

Hussein Muhammad. et al., Keluarga Sakinah, Kesetaraan Relasi Suami Istri (Jakarta Selatan : Rahima, 2008), cet.ke-1 hal.6


(29)

kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.

Pernikahan mempunyai arti dan kedudukan yang sangat penting dalam tata kehidupan manusia apalagi mengingat kondisi zaman yang saat ini maraknya pernikahan dini yang terjadi dikalangan masyarakat. Pernikahan dini yang terjadi saat ini sebenarnya bukan hal yang baru, namun sudah terjadi dari dahulu bahkan hingga saat ini.

Menurut Mohammad Fauzil Adhim menyebutkan bahwa

“masyarakat memandang pernikahan usia muda adalah sebagai

pernikahan yang belum menunjukkan adanya kedewasaan, yang secara ekonomi masih sangat tergantung pada orang tua serta belum mampu mengerjakan apa-apa (bekerja)”.24 Pernikahan dini merupakan perjanjian antara laki-laki dan perempuan yang belum siap untuk melaksanakan pernikahan dan terjadi sebelum waktunya atau bisa dikatakan pernikahan dini dilakukan pada usia yang muda.

Menurut K. Wantjik Saleh, “Kedewasaan adalah persyaratan untuk

melangsungkan pernikahan. Bukan sebaliknya, dengan pernikahan orang kemudian diakui menjadi dewasa”.25

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernikahan usia muda atau remaja adalah perkawinan yang dilakukan oleh seseorang yang pada hakekatnya kurang mempunyai persiapan atau kematangan baik secara biologis, psikologis maupun sosial ekonomi. Suatu pernikahan secara tidak langsung telah membelenggu kebebasan seseorang, karena di dalam pernikahan terdapat tanggung jawab untuk tetap menjaga keutuhan rumah tangganya. Hal itu menjadi pertimbangan yang signifikan untuk memutuskan untuk

24

Muhammad Fauzil Adhim, Indahnya Pernikahan Dini,(Yogyakarta:Gema Insani Press, 2003), h.26.

25


(30)

menikah. Pernikahan dini yang ada dikalangan masyarakat masih banyak terjadi sekalipun dilarang oleh undang-undang perkawinan.

Menurut Wilson Nadeak beberapa dampak pernikahan dini sebagai berikut :

Pernikahan dalam usia muda ini pun menimbulkan banyak masalah sosial salah satunya ialah kasus perceraianyang meningkat derastis dari tahun ketahunnya. Mereka mengira bahwa dalam perkawinan segala sesuatu akan berjalan secara alamiah, kebahagiaan akan datang dengan sendirinya, sekalipun mereka tidak memiliki pengetahuan untuk mengatur kehidupan rumah tangganya. Kenyataannya kebahagiaan pernikahan perlu diusahakan secara terus menerus antara suami isteri, karena perceraian yang sering terjadi diakibatkan tidak adanya persiapan dikedua belah pihak.26

Menurut Muhammad Fauzil Adhim, ada hal-hal yang perlu dipersiapkan jika ingin menikah yaitu: “1)Membekali diri dengan ilmu; 2)Kemampuan memenuhi tanggung jawab; 3) Kesiapan

menerima anak; 4) Kesiapan psikis; 5) Kesiapan Rohaniah”.27

Sebelum melaksanakan pernikahan harus membekali diri dengan ilmu-ilmu yang diperlukan dalam rumah tangga. Selain harus membekali diri dengan ilmu, banyak tanggung jawab yang harus dipenuhi, baik tanggung jawab yang dimiliki oleh seorang suami maupun istri. Salah satu tujuan dari pernikahan yaitu melahirkan keturunan, maka bagi orang yang ingin menikah harus siap untuk menerima anak sebagai amanah yang telah dianugerahkan Allah sehingga anak itu harus dirawat, diasuh, dan dididik. Selain itu kesiapan psikis untuk berumah tangga juga sangat diperlukan, karena kesiapan psikis diperlukan untuk menerima kekurangan-kekurangan orang yang menjadi pendampingnya. Dan yang terakhir yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kesiapan rohaniah, mereka yang hatinya telah sangat peka terhadap agama mudah menerima nasehat,

26

Wilson Nadeak, Perkawinan dan Keluarga (Jakarta:BP4 No. 313, 1998) h.51 27

Muhammad Fauzil Adhim, Indahnya Pernikahan Dini, (Yogyakarta:Gema Insani Press, 2003), h.47


(31)

teguran, maupun pemberitahuan mengenai tuntunan agama sekalipun ilmu mereka masih sangat kurang.

Untuk menjalankan kehidupan setelah menikah, hal-hal diataslah bisa menjadi acuan untuk menjalani suatu keluarga yang akan dibentuk. Terlihat jelas pernikahan adalah suatu hal yang memang harus difikirkan dengan sadar dan dewasa. Pada dasarnya, rumah tangga dibangun atas komitmen bersama dan merupakan pertemuan dua pribadi berbeda.

Namun, hal ini sulit dilakukan pada pernikahan usia muda. Hal tersebut memacu terjadinya konflik yang bisa berakibat pisah rumah, atau bahkan perceraian. Banyak dampak yang terjadi dari pernikahan dini itu sendiri. Ada yang berdampak bagi kesehatan, adapula yang berdampak bagi psikis dan kehidupan keluarga remaja itu sendiri.

Maka, kalau pernikahan dilakukan di bawah umur 20 tahun secara emosi si remaja masih ingin bertualang menemukan jati dirinya. Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban orang tua untuk mempersiapkan anak-anak dan selalu mengawasi mereka sedini mungkin dengan memberikan pendidikan dan ditekankan bahwa hendaknya melangsungkan pernikahan setelah dewasa, sebab cara berfikir seseorang sangat dipengaruhi oleh tingkatan usia. Semakin matang usia seseorang maka semakin matang pula cara berfikirnya.

2. Putus Sekolah

a. Meninggalkan pendidikan formal

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang terpenting untuk kehidupannya di masa yang akan datang dan pendidikan adalah hak asasi manusia yang wajib diperoleh. Perkembangan dan kemajuan kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari perkembangan dunia pendidikan. Salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan tersebut adalah melalui


(32)

pendidikan. Bahkan melalui pendidikan cita-cita bangsa dapat tercapai.

Seperti tercantum dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlikan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.28

Dengan pendidikan, setidaknya mampu menciptakan manusia yang mampu menolong dirinya sendiri di masa yang akan datang. Pendidikan menjadi hal yang terpenting dikalangan masyarakat namun berbeda dengan masyarakat yang melakukan pernikahan dini. Mereka menjadi lupa akan pentingnya dari pendidikan yang sebenarnya, padahal dalam membangun rumah tangga pendidikan sangat diperlukan untuk mereka yang akan menjalankan kehidupan sebagai orang tua.

Pentingnya pendidikan bagi masyarakat di Indonesia, terlihat pada program pemerintah yaitu wajib belajar 9 tahun pada pogram tersebut yang bertujuan agar anak-anak di Indonesia mendapatkan bekal untuk masa depan yang lebih baik. Keinginan untuk segera membebaskan anak-anak usia sekolah (7-15 tahun) dari ancaman buta huruf dan kemungkinan putus sekolah tampaknya masih belum bisa diwujudkan dalam waktu dekat. Kendati lewat program jaringan pengaman sosial pemerintah telah berupaya menyediakan beasiswa untuk membantu kelangsungan pendidikan siswa, khususnya yang berasal dari keluarga kurang mampu. Tetapi karena sifatnya struktural, maka angka siswa putus sekolah dan rawan putus sekolah diperkirakan angka tetap tinggi.29

Setidaknya melalui program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun diharapkan dapat mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dasar yang perlu dimiliki semua warga negara sebagai bekal untuk dapat hidup dengan layak di masyarakat.

28

Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, ( Ciputat : UIN Jakarta Press 2005 cet.1) h.93 29


(33)

Namun pemerintah mulai tahun 2012, “merintis terwujudnya

wajib belajar 12 tahun.sebagai langkah awal, siswa SMA/SMK juga bakal mendapat kucuran dana bantuan operasional sekolah seperti yang selama ini diberikan kepada siswa jenjang pendidikan dasar SD dan SMP”.30

Kebijakan tersebut pun agar anak-anak Indonesia mendapatkan pendidikan yang layak. Selain itu dengan adanya program pendidikan ini, angka pernikahan dini bisa ditekan karena anak lebih difokuskan untuk menyelesaikan studinya di jenjang SMA/SMK. Pemerintah sangat mengupayakan pendidikan di negara ini, tetapi masih banyak anak-anak di Indonesia yang belum mengerti akan pentingnya pendidikan dan ilmu pengetahuan untuk bekal dimasa yang akan datang.

Menurut Undang Undang No 20 tahun 2003 Pasal 13 Ayat(1)dikatakan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pertama, pendidikan formal, yaitu jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Kedua, pendidikan nonformal, adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Ketiga, pendidikan informal adalah kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.31

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dari ketiganya memiliki perbedaan yang saling mengisi dan melengkapi. Ketiga jalur pendidikan tersebut pun tidak dapat dipisahkan, namun saling menyempurnakan dan pada akhirnya akan menghasilkan peningkatan keberhasilan pendidikan individu itu sendiri. Pemahaman masyarakat tentang pendidikan akan sangat penting

30

Wajib Belajar 12 Tahun Dirintis Mulai 2012, di akses dari

http://edukasi.kompas.com/read/2011/09/27/10335033/Wajib.Belajar.12.Tahun.Dirintis.Mulai.201 2

31

Undang undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003, di akses dari http://www.kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.pdf


(34)

dalam upaya membantu perkembangan peserta didik yang optimal, pemahaman itu bukan hanya tentang peranannya masing-masing, keterkaitan dan saling pengaruh dalam perkembangan manusia. Sebab pada dasarnya pendidikan itu selalu bersama-sama mempengaruhi manusia.

Dalam Konvensi Hak Anak yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia sebenarnya telah disebutkan dan diakui bahwa anak-anak pada hakikatnya berhak untuk memperoleh pendidikan secara layak dan mereka seyogianya tidak terlibat dalam aktivitas ekonomi secara dini. Namun demikian, akibat tekanan kemiskinan, kurangnya animo orang tua terhadap arti penting pendidikan, dan sejumlah faktor lain, maka secara sukarela maupun terpaksa anak menjadi salah satu sumber pendapatan keluarga yang penting.32

Selain adanya faktor kemiskinan, maraknya pernikahan dini yang terjadi dikalangan masyarakat merupakan salah satu faktor yang membuat remaja di Indonesia tidak dapat menikmati bangku pendidikan dan masa-masa remaja yang seharusnya dinikmati oleh mereka. Wajib belajar 12 tahun yang diupayakan oleh pemerintah pun sepertinya diabaikan begitu saja. Hal seperti inilah sepatutnya para orang tua memberi dukungan tentang betapa pentingnya ilmu pengetahuan dan pendidikan.

Secara garis besar, karakteristik anak yang putus sekolah yaitu :

1) berawal dari tidak tertib mengikuti pelajaran di sekolah.2) akibatprestasi belajar yang rendah, pengaruh keluarga, atau karena pengaruh teman sebaya, kebanyakan anak yang putus sekolah selalu ketinggalan pelajaran dibandingkan teman-teman sekelasnya. 3) kegiatan belajar di rumah tidak tertib, dan tidak disiplin,terutama karena tidak didukung oleh upaya pengawasan dari pihak orang tua. 4) perhatian terhadap pelajaran kurang dan mulai didominasi oleh kegiatan lain yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran. 5) kegiatan bemain dengan teman sebayanya meningkat pesat. 6) mereka yang

32


(35)

putus sekolah ini kebanyakan berasal dari keluarga ekonomi lemah, dan berasal dari keluarga yang tidak teratur.33

Putus sekolah bukan merupakan persoalan hal baru dalam sejarah pendidikan. Namun selain peranan pemerintah, orang tualah yang lebih berperan penting untuk mengusahakan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, sehingga di kemudian hari akan menjadi individu orang dewasa yang sehat, baik secara jasmani, rohani dan sosialnya, sehingga mereka bisa menjadi generasi penerus bangsa.

b. Masalah rumah tangga

Yusuf Muhammad Al-Hasan menyebutkan bahwa “keluarga mempunyai peranan besar dalam pembangunan masyarakat. Karena keluarga merupakan batu pondasi bangunan masyarakat dan tempat pembinaan pertama untuk mencetak dan mempersiapkan personil-personilnya”.34 Kehidupan di dalam rumah tangga tidak selamanya berjalan mulus ada saja hambatan-hambatan yang harus dilalui setiap pasangan di dalam rumah tangga yang mereka bangun, tentu saja hal ini memerlukan sikap dan pikiran yang matang untuk dapat menyelesaikan permasalahan. Usia pada menikah mempunyai keterkaitan yang sangat kuat dalam pola membina rumah tangga.

Oleh karena itu, dalam melakukan pernikahan dibutuhkan kesungguhan dan keseriusan agar terwujudnya keluarga yang harmonis. Seperti yang dijelaskan Zakiah Darajat dkk. Yang dikutip oleh Tihami dan Sohari Sahrani, mengemukakan ada lima tujuan dalam perkawinan, yaitu :

33

Ibid., h.343 34

Yusuf Muhammad Al-Hasan, Pendidikan Anak dalam ISLAM, (Jakarta:Yayasan Al Sofwa, 1997), h.10


(36)

1) Mendapatkan dan melangsungkan keturunan

2) Memenuhi hajat manusia menyalurkan syahwatnya dan menumpahkan kasih sayangnya

3) Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan kerusakan

4) Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima hak serta kewajiban, juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh harta kekayaan yang halal, serta

5) Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tenteram atas dasar cinta dan kasih sayang.35

Keadaan pernikahan antara seseorang yang menikah pada usia yang belum semestinya atau pasangan muda usia dengan seseorang yang menikah pada usia yang telah matang, tentu sangat berbeda. Ali Husain berpendapat, “ambisi dan perilaku kalangan pasangan muda usia biasanya didasari oleh pemikiran dan perasaan mereka yang keras. Jika kehidupan didasarkan kepada gejolak ini, pastilah akan kacau”.36 Tujuan-tujuan dalam pernikahan seperti yang dijelaskan diatas pun sulit akan terwujud, kerasnya jiwa dan karakter orang muda, dapat memperbesar bentuk kerusakan keluarga.Menurut syaikh abdul aziz, “para pemuda yang kawin dibawah umur bisa saja mereka tidak percaya bahwa cara berfikirnya tidak akan berubah apabila mereka sudah tua. Namun bagaimana suatu saat nanti mengalami perbedaan pendapat dengan istrinya dan pada saat itulah mereka akan merasakan perkembangan pikirannya”.37

Jarang pasangan yang nikah di usia dini berhasil dan hidup bahagia dalam meniti kehidupan rumah tangga. Kebahagiaan perkawinan ditentukan oleh kesiapan mental dan jiwanya dalam memecahkan segala problem kehidupan. Apalagi pada zaman sekarang ini gelombang kehidupan semakin besar, persaingan hidup

35

Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat:Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010 cet.2) h.15-16

36

Ali Husain Muhammad Makki al-Amil, “ Perceraian Salah Siapa?”bimbingan dalam mengatasi problematika rumah tangga, (Jakarta : Lentera 2001 cet.1) h.49

37

Syaikh abdul aziz bin Abdurrahman al-musna Khalid bin ali al-anbari, “perkawinan dan masalahnya”, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar 1993 cet.3)h.31


(37)

semakin ketat, tuntutan hidup pun semakin meningkat, cara berfikir manusia pun selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman.

c. Akibat pada anak

Menurut Fuad Moh. Fachruddin anak menurut segi bahasa adalah “keturunan kedua sebagai hasil dari hubungan antara pria dan wanita. Kata anak di pakai secara umum baik untuk manusia maupun binatang bahkan untuk tumbuh-tumbuhan”.38 Anak merupakan mahluk hidup yang diberikan Tuhan kepada manusia melalui hasil pernikahan guna meneruskan kehidupan selanjutnya. Anak juga merupakan cikal bakal lahirnya suatu generasi baru yang merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan Nasional. Berkaitan dengan pernikahan dini, setidaknya pernikahan dini itu sendiri melanggar lima hak anak. Ironisnya, pernikahan dini masih banyak terjadi di Indonesia.

Menurut Tri lestari dewi ada beberapa hak-hak anak yang dilanggar, yaitu :1) hak untuk mendapatkan pendidikan. Dengan kasus pernikahan dini itu anak tidak dapat melanjutkan sekolah. 2) hak untuk berpikir dan berekspresi. Selain itu anak juga berhak untuk berfikir dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasaan dan daya kreatifitas, namun dengan adanya kasus pernikahan dini anak tidak bisa lagi mengekspresikan dan berpikir sesuai usianya karena dia dituntut dengan berbagai kewajiban sebagai seorang istri. 3) hak untuk menyatakan pendapat dan didengar pendapatnya.Ketika pernikahan dini itu terjadi hak untuk menyatakan pendapat kurang didengar oleh orang yang lebih dewasa atau orang tuanya, karena kenyataannya orang dewasa cenderung memandang anak belum mampu menentukan keputusan sendiri. Akhirnya, orang dewasalah yang mengambil keputusan dan mengatasnamakan untuk kepentingan yang terbaik bagi anak. 4) hak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang. Seperti bergaul dengan temansebaya, bermain, berekspresi, dan berkreasi. 5) hak perlindungan. Anak

38

Fuad Mohd. Fachruddin, Masalah Anak Dalam Hukum Islam ( Anak Kandung, anak tiri, anak angkat dan anak zina), (Jakarta : CV Pedoman Ilmu Jaya, 1991) h.24


(38)

seharusnya dilindungi dari pernikahan dini yang berdampak pada perkembangan anak, baik secara fisik maupun psikis.39

Seiring berjalannya waktu dan banyaknya budaya luar yang begitu cepat masuk ke budaya tanpa memfilternya kembali, akhirnya pernikahan dini tidak lagi dipandang sebagai sarana untuk menjalankan sunnah Rasul dan menghindari perbuatan zina melainkan lebih kearah pembenaran dari kebatilan yang nyata, yaitu menutupi aib demi nama baik keluarga.

Saat ini, di masyarakat luas pun beranggapan bahwa pernikahan dini sebagai pernikahan terpaksa, pernikahan menutup aib. Dari pada nama baik keluarga hancur lebih baik mereka dikorbankan dengan cara dipaksa agar segera menikah.

3. Kehidupan Masyarakat Pedesaan a. Pengertian Masyarakat Pedesaan

Ramdani wahyu mengemukakan bahwa “desa menurut

definisi universal, adalah sebuah aglomerasi permukiman di area pedesaan (rural). Di Indonesia, desa adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah kecamatan, yang dipimpin oleh

Kepala Desa”.40

Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul desa dan kondisi sosial budaya masyarakat

setempat. Sedangkan menurut Bintarto “desa merupakan perwujudan

atau kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik dan kultural yang terdapat di situ (suatu daerah) dalam hubungannya dan pengaruhnya secara timbal-balik dengan daerah lain”.41

Menurut Ramdani wahyu, “dalam pembicaraan mengenai

desa, dikenal beberapa sebutan, yaitu desa terbelakang, desa sedang

39

Ibnu 'toni' Noegraha“Pernikahan Dini Langgar Hak Anak”, di akses dari

http://www.scribd.com/doc/79456621/Pernikahan-Dini-Langgar-Hak-Anak, 29 September

2014 40

Ramdani Wahyu, ISD (Ilmu Sosial Dasar), (Bandung: Pustaka Setia, 2007) h.207 41

Usmalya Juana Rifsa, “Pola Masyarakat Desa”, di akses dari http://usmalyajr.wordpress.com, 31 Oktober 2014


(39)

berkembang, dan desa maju”.42 Desa terbelakang adalah desa kekurangan sumber daya manusia atau tenaga kerja dan juga kekurangan dana sehingga tidak mampu memanfaatkan potensi yang ada di desanya. Biasanya, desa terbelakang berada di wilayah yang terpencil jauh dari kota, taraf berkehidupan miskin dan tradisional serta tidak memiliki sarana dan prasarana penunjang yang mencukupi. Kemudian desa sedang berkembang adalah desa yang mulai menggunakan dan memanfaatkan potensi fisik dan nonfisik yang dimilikinya, tetapi masih kekurangan sumber keuangan atau dana. Desa swakarsa belum banyak memiliki sarana dan prasarana desa yang biasanya terletak di daerah peralihan desa terpencil dan kota. Masyarakat pedesaan swakarsa masih sedikit yang berpendidikan tinggi dan tidak bermata pencaharian utama sebagai petani di pertanian saja serta banyak mengerjakan secara gotong royong. Dan desa maju adalah desa yang berkecukupan dalam sdm/sumber daya manusia dan juga dalam hal dana modal sehingga dapat memanfaatkan dan menggunakan segala potensi fisik dan nonfisik desa secara maksimal. Kehidupan desa swasembada mirip kota yang modern dengan pekerjaan mata pencaharian yang beraneka ragam serta sarana dan prasarana yang cukup lengkap untuk menunjang kehidupan masyarakat pedesaan maju.

b. Ciri-ciri Masyarakat Pedesaan

Masyarakat pedesaan selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup bermasyarakat, yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka. Masyarakat pedesaan juga ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga atau anggota masyarakat yang amat kuat. Dan hakekatnya, bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dimanapun ia hidup dicintainya

42


(40)

serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi masyarakatnya atau anggota-anggota masyarakat, karena beranggapan sama-sama sebagai masyarakat yang saling mencintai saling menghormati, mempunyai hak tanggung jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama didalam masyarakat. Menurut Soerjono soekanto, “golongan orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan penting”.43 Golongan orang tua pun sangat dihormati dan disegani didalam masyarakat. Biasanya, orang akan selalu meminta pendapat kepada mereka apabila ada kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi.

Menurut Shahab, secara umum ciri-ciri kehidupan masyarakat pedesaan dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1) Mempunyai sifat homogen dalam mata pencaharian, nilai-nilai dalam kebudayaan serta dalam sikap dan tingkah laku, 2) Kehidupan desa lebih menekankan anggota keluarga

sebagai unit ekonomi yang berarti semua anggota keluarga turut bersama-sama memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga,

3) Faktor geografi sangat berpengaruh atas kehidupan yang ada. Misalnya, keterikatan anggota keluarga dengan tanah atau desa kelahirannya.44

Oleh karena itu anggota masyarakat mempunyai kepentingan pokok yang hampir sama, maka mereka selalu bekerja sama untuk mencapai kepentingan-kepentingan mereka. Bentuk-bentuk kerjasama dalam masyarakat sering diistilahkan dengan gotong royong dan tolong-menolong. Pekerjaan gotong-royong pada waktu sekarang lebih terkenal dengan istilah kerja bakti seperti memperbaiki jalan, membuat saluran air, menjaga keamanan (ronda malam) dan sebagainya. Dalam hal-hal tersebut mereka akan selalu bekerjasama.

43

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1994) h.168

44

Masyarakat pedesaan dan perkotaan diakses dari http://erikandfiki.wordpress.com, 31 Oktober 2014 17:29


(41)

4. Konsep-konsep Sosiologi tentang Kehidupan Masyarakat

Manusia pada dasarnya adalah mahluk yang hidup dalam kelompok dan mempunyai organisme yang terbatas di banding jenis mahluk lain ciptaan Tuhan. Untuk mengatasi keterbatasan kemampuan organisasinya itu, menusia mengembangkan sistem-sistem dalam hidupnya melalui kemampuan akalnya seperti sistem mata pencaharian, sistem perlengkapan hidup dan lain-lain. Dalam kehidupannya sejak lahir manusia itu telah mengenal dan berhubungan dengan manusia lainnya. Seandainya manusia itu hidup sendiri, misalnya dalam sebuah ruangan tertutup tanpa berhubungan dengan manusia lainnya, maka jelas jiwanya akan terganggu.

Naluri manusia untuk selalu hidup dan berhubungan dengan orang lain disebut mahluk sosial. Dengan adanya naluri ini, manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kehidupannya dan memberi makna kepada kehidupannya, sehingga timbul apa yang kita kenal sebagai kebudayaan yaitu sistem terintegrasi dari perilaku manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

a. Individu

Menurut M. Munandar, Kata individu berasal dari kata lain,

yaitu “individuum, berarti yang tak terbagi. Jadi, merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang

paling kecil dan terbatas”.45 Kata individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan.

Dalam perkembangannya setiap individu mengalami dan dibebankan berbagai peranan, yang berasal dari kondisi kebersamaan hidup dengan sesama manusia. Seringa kali pula terdapat konflik dalam diri individu, karena tingkah laku yang khas dirinya bertentangan dengan peranan yang dituntut masyarakatnya. Namun

45

M. Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial, (Bandung : Eresco, 1995)h.54


(42)

setiap warga masyarakat yang namanya individu wajar untuk menyesuaikan tingkah lakunya sebagai bagian dari perilaku sosial masyarakatnya.

Manusia sebagai individu selalu berada di tengah-tengah kelompok individu yang sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi yang prosesnya memerlukan lingkungan yang dapat membentuknya pribadinya. Namun tidak semua lingkungan menjadi faktor pendukung pembentukan pribadi tetapi ada kalanya menjadi penghambat proses pembentukan pribadi. Pengaruh lingkungan masyarakat terhadap individu dan khususnya terhadap pembentukan individualitasnya adalah besar, namun sebaliknya individu pun berkemampuan untuk mempengaruhi masyarakat. Kemampuan individu merupakan hal yang utama dalam hubungannya dengan manusia.

b. Keluarga

Menurut M. Munandar keluarga diartikan “sebagai suatu sistem sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial, yang ditandai adanya kerja sama ekonomi.”46 Keluarga merupakan kelompok orang-orang yang dipersatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah yang membentuk satu rumah tangga, berinteraksi dan berkomunikasi antara lainnya.

Fungsi kontrol sosial keluarga yang dikatakan oleh M.

Munandar yaitu “bagi setiap individu pada saat dia tumbuh menjadi

dewasa, memerlukan suatu sistem nilai sebagai semacam tuntunan umum untuk mengarahkan aktivitasnya dalam masyarakat, dan berfungsi sebagai tujuan akhir pengembangan kepribadiannya”.47 Keluarga berperan sangat penting dalam masyarakat yaitu sebagai kontrol sosial. Dimana sebagai proses yang dilakukan untuk

46

M.Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial, (Bandung : Eresco, 1995)h.55

47


(43)

mempengaruhi orang-orang agar berperilaku sesuai harapannya atau sesuai kaidah dalam masyarakat.

c. Masyarakat

Seperti yang dipahami sosiologi adalah suatu ilmu sosial yang mempelajari tentang masyarakat. Menurut M. Munandar

“dalam bahasa Inggris masyarakat disebut society yang berarti kawan. Adapun kata masyarakat berasal dari bahasa Arab, yaitu

Syirk, artinya bergaul”.48

Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk-bentuk aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan.Sehingga sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok.

Objek kajian dari sosiologi tentu adalah masyarakat, tujuan dari ilmu sosiologi adalah untuk meningkatkan kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan disekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan dan sebagainya manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya.

Hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, dikarenakan manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri atau masih membutuhkan bantuan dari pihak lain. Bersosialisasi pun sangat penting dalam menjalin hubungan yang baik antara manusia yang satu dengan yang lainnya.

48


(44)

Menurut Koentjaraningrat yang dikutip oleh Basrowi, “Istilah

masyarakat berasal dari bahasa arab syaraka yang berarti ikut serta, berpartisipasi, atau musyaraka yang berarti saling bergaul. Di dalam bahasa Inggris dipakai istilah society, yang sebelumnya berasal dari kata latin socius, berarti kawan”.49 Sehingga bisa dikatakan bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi dalam suatu hubungan sosial serta dapat kita katakan bahwa mereka mempunyai kesamaan budaya, wilayah, dan identitas.

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Peter L. Berger bahwa

“masyarakat adalah suatu keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas sifatnya. Keseluruhan yang kompleks sendiri berarti bahwa keseluruhan itu terdiri atas bagian-bagian yang membentuk suatu kesatuan”.50 Dalam hal ini, keseluruhan hubungan-hubungan sosial yang terjadi diantara anggota, merupakan sebuah pondasi penting dalam masyarakat.

Sedangkan menurut Selo Soemardjan “masyarakat adalah

orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan”.51 Dari pernyataan tersebut bahwa pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya tidak dapat hidup sendiri karena dengan adanya hidup bersama manusia itu sendirilah yang menghasilkan sebuah kebudayaan dengan kesepakatan bersama.

Jadi, dapat disimpulkan dari beberapa para ahli diatas bahwa masyarakat merupakan satu kesatuan individu yang saling terikat, membutuhkan satu sama lain dan saling berinteraksi dengan suatu sistem dan individu lainnya serta bersifat berkesinambungan atau

49

Basrowi, Pengantar Sosiologi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005)h.37-38

50

Arif Sobarudin, “Pengertian Masyarakat Menurut Para Ahli”,http://www.bisosial.com, 29September 2014

51

Pengertian Masyarakat, Unsur Dan Kriteria Masyarakat Dalam Kehidupan Sosial Antar Manusia diakses dari http://www.organisasi.org, 29 September 2014


(45)

terus berjalan sesuai dengan peraturan yang berlaku di masyarakat tersebut.

Menurut Abu Ahmadi yang dikutip oleh Basrowi bahwa masyarakat harus mempunyai ciri-ciri : “1) harus ada pengumpulan manusia dan harus banyak, bukan pengumpulan binatang, 2) telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama di suatu daerah tertentu, 3) adanya aturan-aturan atau undang-undang yang mengatur mereka

untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama”.52

Berdasarkan ciri-ciri masyarakat tersebut, berarti diantara mereka berkumpul itu harus ditandai dengan adanya hubungan atau pertalian yang sama lainnya. Paling tidak setiap individu mempunyai kesadaran akan keberadaan individu lainnya.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Ahmad Fauzi Syahputra, skripsi (2012) dengan judul “Pernikahan dini penyebab putusnya pendidikan (studi kasus Desa Cibitung Kec.

Pemijahan Kab. Bogor).” Dalam skripsi ini menjelaskan adanya empat

faktor penyebab perkawinan tersebut yaitu faktor pendidikan, faktor ekonomi, faktor tradisi daerah atau kebiasaan keluarga. Perkawinan usia muda yang ditemukan dalam penelitian ini secara umum merupakan kombinasi dari faktor-faktor tersebut yang satu sama lain saling terkait dan mendukung akan terjadinya pernikahan dini. Para pelaku perkawinan itu hampir seluruhnya hanya lulusan Sekolah Dasar (SD) bahkan ada juga di antara mereka yang tidak lulus SD. Hal ini terjadi karena beberapa sebab, yaitu: faktor ekonomi, dimana rata-rata penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Kedua karena faktor malas, yang sifatnya telah mengikuti orang sebelum mereka seperti budaya yang tak bisa terpisahkan dari pemikiran mereka. Ketiga bahwa pernikahan usia dini yang dilakukan sebagian masyarakat Cibitung Wetan dapat menyebabkan putusnya pendidikan, selain itu putusnya pendidikan

52


(46)

disebabkan oleh adanya pandangan dan pola fikir masyarakat untuk tidak melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Keempat, karena masih adanya anggapan yang dipegang yaitu bahwa seorang anak perempuan meskipun ia sekolahnya sampai ketingkat atas nantinya akan kedapur-dapur juga.53

2. Zulkifli Ahmad, skripsi (2011) dengan judul “dampak sosial pernikahan

usia dini studi kasus di Desa Gunung Sindur, Bogor.” Dalam skripsi

ditemukan sangat terbatasnya pengetahuan masyarakat tentang pernikahan usia dini disebabkan mereka hanyalah lulusan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, sehingga sumber daya intelektualnya minim sekali. Dampak dari pernikahan dini yang di lakukan tidak terlalu serius, hanya mudah stress dan marah-marah, bertengkar dan juga karena kurangnya pengetahuan maka dalam pengaturan keuangan bulanan untuk kebutuhan rumah tangga dan menjaga kesehatan menjadi terabaikan, selain itu kehidupan setelah berumah tangga dalam lingkungan bertetangga masih bisa ditoleransi dan dapat mengikuti aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat.54

3. Achyar Zulfikar, skripsi (2011) dengan judul “respon warga desa tajur

halang bogor terhadap pernikahan dini”. Dalam skripsi ini ditemukan

warga desa tajur halang bogor khususnya rt 02/03 melakukan pernikahan

dini karena faktor ekonomi, ataupun pribadi seperti “kecelakaan”. Hal ini

dapat terlihat dari mata pencaharian dan pergaulan yang ada di Desa Tajur Halang Bogor khususnya RT 02/03. Orang tua disana ingin menikahkan anaknya agar mereka tidak terbebani atas biaya hidup anaknya.55

53

Ahmad Fauzi Syahputra. Pernikahan dini penyebab putusnya pendidikan (studi kasus Desa Cibitung Kec. Pemijahan Kab. Bogor. Skripsi. Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakutas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2012.

54

Zulkifli Ahmad. Dampak sosial pernikahan usia dini studi kasus di Desa Gunung Sindur, Bogor. Skripsi. Program Studi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2011.

55

Achyar Zulfikar. Respon warga desa tajur halang bogor terhadap pernikahan dini.

Skripsi. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2011.


(47)

Gambar 2.1 Skema Kerangka Konseptual

PENGARUH TIMBAL BALIK ANTARA PERNIKAHAN DINI DENGAN PUTUS

SEKOLAH

(Analisis Sosiologis Terhadap Komunitas RW 03 Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang )

Pernikahan Dini h.9 Dorongan dari orang tua h.11 Aturan Masyarak at h.9 Pelaksanaan Pernikahan Dini h.12 Putus Sekolah h.17 Meninggalkan Pendidikan Formal h.17 Masalah Rumah Tangga h.21 Akibat Pada Anak h.23 Kehidupan Masyarakat Pedesaan h.24

Konsep – konsep Sosiologi Tentang Kehidupan Masyarakat h. 27 Putus Sekolah Meninggal kan Pendidikan Masalah Rumah Tangga Akibat Pada Anak Pernikahan Dini

Pekerjaan Kendala Rumah Tangga Akibat pada anak Pengertian Masyarakat Desa h.24 Ciri-ciri Masyarakat Desa h.25 Indivi du h. 27 Keluarga h. 28 Masya rakat h. 29


(1)

16,

lrrr-.l

lLrtlil

KEMENTERIAN AGAMA

UIN JAKARTA

FITK

Jl. h. H. Juada No 95 Ciputal 15412 lndonsia

FORM

(FR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKD-082 Tgl.

Terbit :

'1 Maret 2010 No.

Revisi: :

02

1t1 Hal

SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

Nomor : pn.Ol/F.

l/KSM.0l

.31...12014

Lamp.

: Outline/Proposal

Hal

: Permohonan

Izin

Penelitian

Kepada Yth.

KUA

Pamulang

di

.

Tempat

Assalamu' alaikum wr.wb.

Dengan hormat kami sampaikan hahwa,

Jakarta, 18 September 2014

Desstia Loveacna I l 1001s000030 Pendidikan IPS

IX

(Sembilan)

Pengaruh Timbal Balik Antara Pernikahan

Dini

Dengan Putus Sekolah (Analisis Sosiologis Terhadap Komunitas Rukun Warga

(RW) 03 Kelurahan Pamdlang Barat, Kecamatan Pamulang)

adalah benar mahasiswa./i Fakultas

Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan

UN

Jakartayang sedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset)

di

instansi yang

Saudara pimpin.

Untuk

itu

kami

mohon

Saudara

dapat mengizinkan

mahasiswa

tersebut melaksanakan penelitian dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Wassal amu' a I ai kum wr.w b.

to, M.Pd 24200801

t0t2

Nama

NIM

Jurusan Semester

Judul Skripsi

Tembusan:

1.

Dekan

FITK

2.

.Fembantu Dekan Bidang Akademik

3.

Mahasiswa yang bersangkutan

/"*

Y

?(

:!

(t


(2)

KEMENTERIAN AGAMA

UIN JAKARTA

FITK

Jl. lr. H. Juanda I'lo 95 Ciputal 15412 lndonega

FORM (FR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKD-082 Tgl.

Terbit :

1 Maret 20't0

No.

Revisi: :

O2

Hal 1t1

SURAT

PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

Nomor : Un.O 1/F. l/KSM.O I .31 ...12014

Lamp.

: Outline/Proposal

Hal

: Permohonan

Izin

Penelitian

Nama

NIM

Jurusan

Semest'er

Judul Skripsi

Tembusan:

l.

Dekan

FITK

2.

Pembantu Dekan Bidang Akademik

3.

Mahasiswa yang bersangkutan

Jakarta,

6 Oktober 2014

Kepada Yth.

Kelurahan Pamulang Barat di

Tempat

Assolamu' alaikum wr.wb.

Dengan hormat kami sampaikan bahwa, Desstia Loveacna

1110015000030 Pendidikan IPS

IX

(Sembilan)

Pengaruh Timbal Balik Antara Pernikahan

Dini

Dengan Putus

Sekolah (Analisis Sosiologis Terhadap Komunitas Rukun Warga

(RU/) 03 Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang)

adalah benar mahasiswa/i Fakultas

Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan

UIN

Jakartayang sedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset)

di

instansi yang

Saudara pimpin.

Untuk

itu

kami

mohon

Saudara

dapat mengizinkan

mahasiswa

tersebut melaksanakan penelitian dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu' alaikum wr.wb.

to, M.Pd 200801 1012


(3)

@,

lrrrnl

IIITIII

KEMENTERIAN AGAMA

UIN JAKARTA

FITK

Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 lndonesia

FORM

(FR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKD-082 Tgl.

Terbit :

1 Maret 2010 No.

Revisi: '.

02

111

Hal

SURAT

PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

Nomor : Un.0 1/F.

l/I(SM.0

1. 3 I ...12014

Lamp.

: Outline/Proposal

Hal

: Permohonan

Izin

Penelitian

Nama

NIM

Jurusan

Semest-er

Judul Skripsi

Tembusan:

l.

Dekan

FITK

2.

Pembantu Dekan Bidang Akademik

3.

Mahasiswa yang bersangkutan

Jakarta, I 4 Oktober 20 I 4

Kepada Yth. Ketua RW 03

di Tempat

Pamulang Barat

As s alamu' alaikum wr.wb.

Dengan hormat kami sampaikan bahwa, Desstia Loveacna

1 I 10015000030

Pendidikan IPS

IX

(Sembilan)

Pengaruh Timbal Balik Antara Pernikahan

Dini

Dengan Putus Sekolah (Analisis Sosiologis Terhadap Komunitas Rukun Warga

(RW) 03 Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang)

adalah benar mahasiswa/i Fakultas

Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan

UIN

Jakarta yang sedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset)

di

instansi yang

Saudara pimpin.

Untuk

itu

kami

mohon

Saudara

dapat

mengizinkan

mahasiswa

tersebut melaksanakan penelitian dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Was s alamu' alaikum wr.w b

-M.Pd


(4)

RUKUNWARGA

(RW)

003

KEL. PAMULANG BARAT, KEC.PAMULANG,

KOTA

TANGSEL

SEKRETARIAT

:

JL. WARU

1

RT

002t03,TELp.087881915679

SURAT

KETERANGAN

No.

lSlPMLlXJIlzOl4

Yang betanda tangan di bawah

ini

Nama Jabatan

Dengan

ini

menerangkan bahwa :

Nama

Jenis Kelamin

Tempat, Tanggal

Lahir

Alamat Lengkap

Status Pendidikan

NIM

Rahmat

Ketua Rukun Warga

(RW)

03

Desstia Loveacna Perempuan

Tangerang, 15 Desember 1992

Jalan Waru 1 Rt 02103 Kelurahan Pamulang, Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan, Banten Mahasiswa

aktif di

Fakultas

Ilmu

Tarbiyah dan

Keguruan

(FITK),

Universitas

Islam Negeri

UfN)

Syari

f

Hi dayatullah J akarta

1 1 10015000030

Nama tersebut diatas benar

telah

melakukan Penelitian

(riset)

di

daerah

yang

saya

pimpin,

dengan

judul

penelitian "Pengaruh

Timbal

Balik

Antara

Pernikahan Dini

Dengan

Putus Sekolah

(Studi

Sosiologi

Komunitas Rukun Warga (RW)

03

Kelurahan

Pamulang

Barat, Kecamatan Pamulang)"

Demikian surat keterangan

ini

dibuat

agar dapat dipergunakarursebagaimana mestinya.

Pamulang, 27 November 2014

w)

03


(5)

nFl;l-nl1l-,! | I lr?..- A T^-+!nt-n A lra nrt a-?A !t u*iai=i-- -.a. i rii- .< i i a ,i - ii-rii:-b-.j iiiriE_ \Li ,,-i E ,,ii-ai

r l-rvil-t \ilr

t

rat I r\\-/

I

n

I

,1i\\f-El\r1i\i\f

\)f,i-r1

i

r1i\

L:tr-iriiEirTAill

Dfrir#!

ll ritil2

r

\t_vnryt/-t

I

nt y t

ratvi

ii L/ni

V\-r-vc,i

i iDr-riifrh.i Df\MULA.NG

BARAT

t\l-1-L, I\,F.!

ir{.E

E

T

f

I

.ii iir

.Seilahrrrii

irin i @

ittT'i\74-i^r<i1)

. i . -. . v'e'v'-

ij2mlriann_

i qi. iu.qi iu -

i-annprann

i ui iiiui qi iu v.uiciqt

Saiaian -i\n.i7

\I lL, n l r , l-a) A nia: 11 Ni

!).-__r!\,n I !\ !', I ! .l\.a!\alj-rulI

--- ^ -^ - ^J= - -:: .'. -

=-N,;nrcr:470/

OZ

iiiei.

Pts/

XIi i2Al4

Yang

bertandatangan

dibarvah

ini

l,urah

Pamuianq

Barat

Fiecamatan

Do*'rl^-^ V ;l t'f^-^^-^-^

C^l^+^-r 4C^l^+^-rC^l^+^-rC^l^+^-rulalC^l^+^-rlH. l\L.L4 C^l^+^-r 4C^l^+^-ri6gC^l^+^-r6[aC^l^+^-r5 r)EA4L<ur.

:-.

I le.noAn lnl tTte.n{\f2nokAl1 hAhwJA .

_-;:r:ic '

l\l a 11't t \T T I\/T

,pnre h plDmTn -i^*-^+

I Ellllt4L

+-i tBr i ranrl!

^Li--A I ^-^ ^+ ! 1

' O !tt :1 f

'! !H\\l a11 r!v llr I r t\/trAt'!\l ruiiviiii lr

! ! !nnli^fiiiii?n ziTr\I Q'-'.l.Lrl[\'.

! 1 t vr_, I Jwwvu-rr_, t r_, r1 .i Lr i {-u u.!_' i

re,retT,t}ttz?l.

^ -^----r---^

-:=^- ^^..^.. - i a i-.^^^---L ^-- i r^rr^:'-:

L 4!tE+Et id-ttb4, l -)

r,r9.\EltrutrI

t 7:,

L

ri rrl--

r

n..

.,^-.i i- -iy iiei u- r-i.\

t

i;tril'rl3-Keiuraha-n Pam-.llatg

-- ----o TZarat K er: P:-rr-n +ia! r L+tsrih41 l ! :zn

q

Krri:r

ait-' t+ T.-rn I +1 z t j4._. a

rr.'rn

+a < v {.*-l :ri:rn

a A s r a* a*a a,

Tl en c, an i n i ot on .rq tt oir a t's hq h rrza tr

^tyt ^ fercp irr : f

*rrr!^Luii V-ii ii g iiGiiig ivi -!LtU!

ciiatas

teiah menyeiesaikan

p e

neiiii sn

ciensan

t

tel.:r": i l.: c.b s ei'r.ras

!

ir.ra--.tu.'an c af a d

an dc.i:;nt

e nia s

i

d i

r-t/!!q\-leh yr rrsysrr .1\ !{\,L/ !l{ Kalrrro}ran !! wJ l\vrgr+rlcliti i (ai!iql!a'aE uqlacilrijomrriana i{orot Ir-^^ !-)^:,'-l^-^ .l\sL,.r cr.i!iijrdrrS?r\.JLi:. ll ^+^'f^-^^-^-^ i 4iasgiaiig,f,=iirlaii.

Q^l^+^-K P^tgrztlr}qf1.

l=-tctrriizionioh er-.r.ot i.efor'onrro-rr itrr riihari!..oa ocor .io^ol rii^o-nrrnoiron oairaiL

vvt!llArstlrs!l Lrursl ilvLvicl[rF.(1-rr lir! (r!Lrvriil(i-ii dg.(ii Li4!-rcit. \ii!-rg-i-E,iiii.ilt_aii! ovi-r(ii-L-k^- t----^

ft W^?at ,l r.- l )^ )lII.11

t t)qtqL.vL t --Lv . a

Y A \YA N A N ^ T I Al\ltrKAkA I


(6)

BIODATA PENULIS

Nama lengkap penulis adalah Desstia Loveacna,

lahir di Tangerang, 15 Desember 1992, putri dari

pasangan Bpk. Acep dan Ibu Rehngenana. Penulis

merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Alamat

email penulis yaitu desstialoveacna@ymail.com.

Penulis mengenyam pendidikan diataranya di

SDN Pamulang Barat tahun 1998-2004, MTsN Tangerang

II Pamulang 2004-2007, MAN 4 Jakarta tahun 2007-2010, dan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta (2010-2015) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Jurusan Pendidikan IPS, Program Studi Sosiologi-Antropologi.

Skripsi yang penulis buat berjudul

Pengaruh Timbal Balik antara

Pernikahan Dini dengan Putus Sekolah (Analisis Sosiologis Terhadap

Komunitas Rukun Warga (RW) 03 Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan

Pamulang)

.

Skripsi ini dibuat melalui berbagai arahan dan bimbingan dari

Bapak Prof. Dr. H. Rusmin Tumanggor, MA.