12
C. Tujuan Penelitian
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk: 1.
Memahami kondisi sosial dan berbagai permasalahan di Filipina. 2.
Mengetahui identitas yang diusung bangsa Moro dalam melakukan perjuangan mempertahankan eksistensi.
3. Memahami kebijakan pemerintah Filiipina terhadap Muslim dan tujuan
perjuangan Muslim di Filipina.
D. Kontribusi
Adapun kontribusi penulisan skripsi ini di antaranya: 1.
Menambah khazanah kepustakaan sejarah Islam 2.
Masyarakat Muslim Filipina akan memahami rangakaian sejarah perkembangan identitas mereka dalam perjuangan mempertahankan
eksistensinya. Sehingga pada akhirnya, tulisan ini bisa menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan konsepsi perjuangan selanjutnya.
E. Studi Kepustakaan
Sudah banyak akademisi yang membahas mengenai konflik di Filipina. Tulisan Cesar A Majul sebagai sumber primer sangat membantu dalam
penyusunan skripsi. Penjelasan dalam Dinamika Islam di Filipina, diawali dengan penggambaran etnik-etnik yang ada di Filipina Selatan. Lebih jelasnya lagi ia
membahas mengenai perjuangan bangsa Moro ketika terjadi konflik dengan pemerintah Filipina beserta perjanjian-perjanjian damai yang dibuat di kedua
belah pihak.
13 Dalam bukunya, Dinamika Islam di Filipina dilampirkan beberapa sumber
primer seperti pernyataan pemimpin Islam bersatu, perjanjian tripoli, manifesto pembentukan Republik Bangsa Moro, dan lain-lain. Ini bisa disebut sebagai
sumber primer karena Cesar A Majul merupakan salah seorang intelektual muslim Moro dari College of Arts Sciences U.P. Diliman, Quezon City yang ikut
menandatangani kesepakatan para pemimpin Islam untuk bersatu. Selain Cesar A Majul, Jamail Kamlian dalam bukunya Bangsamoro
Society and Culture merupakan peneliti sosial Filipina yang dipakai dalam penulisan skripsi ini. Berbeda dengan Cesar A Majul, Kamlian lebih menekankan
pada perkembangan aspek sosial budaya masyarakat Moro dalam rangkaian historis konflik bangsa Moro sejak masa kolonial.
Namun dari beberapa studi tersebut tidak ada satu pun yang secara langsung membahas mengenai identitas bangsa Moro dalam memperjuangkan
eksistensinya. Seluruhnya hanya membahas mengenai rangkaian historis konflik beserta usaha-usaha penyelesaiannya. Hanya satu peneliti yang membahas sekilas
mengenai teori identitas dan minoritas, yakni Erni Budiwati dalam sebuah artikelnya, Minoritas Muslim di Filipina. Namun lagi-lagi penjelasan mengenai
identitas hanya ditulis sekilas tanpa dibahas secara mendetile.
f. Sumber dan Metode Penelitian 1. Sifat Penelitian
Bertitik tolak pada model penelitian yang bersifat literal, maka dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis terhadap
sumber data pustaka library research. Studi kepustakaan atau library research
14 yaitu menggambarkan sumber-sumber kepustakaan yang ada kaitannya dengan
masalah pokok yang telah dirumuskan, yang bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang terdiri dari buku-
buku, majalah, jurnal dan lain sebagainya yang ada relevansinya dengan kajian skripsi ini.
9
Data tersebut kemudian penulis analisis berdasarkan deskriptif terhadap narasi, adapun alat untuk menganalisis masalah-masalah sosial yang
muncul, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Data-data tersebut kemudian diolah dengan cara menelaah,
membandingkan serta menganalisanya dengan pendekatan normatif kualitatif. Bogdan dan Taylor yang dikutip Moleong menjelaskan bahwa penelitian kualitatif
adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati..
10
Penelitian kualitatif juga merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara
fundamental bergantung pada pengamatan mannusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam peristiwanya.
11
2. Metode Penelitian dan Pendekatan
1. Metode Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mencapai penulisan sejarah, maka upaya
untuk merekonstruksi masa lampau dari objek yang diteliti itu ditempuh melalui metode sejarah. Pengumpulan data atau sumber sebagai langkah pertama kali,
dilanjutkan dengan metode penggunaan bahan dokumen. Adapun acuan dari
9
Mardalis, Metodologi Penelitian; Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi Aksara, 1993, h.25
10
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001, h.3
11
S. Margono, Metodologi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005, cet ke-5, h.36
15 penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode
penulisan sejarah menurut Louis Gottschalk dalam bukunya Mengerti Sejarah. Penulisan sejarah harus bersumber pada empat aktivitas pokok, yaitu :
• Penggunaan objek yang berasal dari zaman itu dan pengumpulan data-data harus tercetak, tertulis, dan sumber lisan yang boleh jadi relevan.
• Menghindari bahan-bahan atau bagian-bagian daripadanya yang tidak otentik.
• Menyimpulkan kesaksian yang dapat terpercaya mengenai bahan-bahan yang otentik.
• Penyusunan kesaksian yang dapat dipercaya itu menjadi sebuah kisah atau penyajian yang berarti.
Mengacu pada definisi Louis Gottschalk tentang empat kegiatan dalam metode sejarah tersebut, maka penelitian dalam penulisan skripsi ini dilakukan
dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Heuristik Pengumpulan Sumber
Dalam tahap pertama penulis melakukan pencarian dan mengumpulkan data, baik data primer maupun sekunder. Proses pencarian dan pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan metode library research berupa kunjungan ke beberapa perpustakaan seperti: Perpustakaan UIN Jakarta, Perpustakaan Fakultas,
Perpustakaan Nasional, Perpustakaan LIPI dan lain-lain. Sumber primer yang penulis gunakan berupa buku-buku mengenai tentang
Filipina seperti karya Cesar A Majul Dinamika Islam di Filipina dan Moro; Pejuang Muslim Filipina Selatan. Karya Majul sebagai sumber primer karena ia
merupakan orang yang ikut berperan langsung di lingkungan intelektual Moro.
16 Selain itu penulis juga menggunakan buku Jamail Kamlian, Bangsamoro Society
and Culture. Adapun sumber sekunder di antaranya adalah Peter Gowing, The Moro Wars dan beberapa penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
b. Kritik Kritik merupakan tahap pengklasifikasian data-data yang layak dijadikan
sumber atau tidak. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data yang sebenar- benarnya. Data-data yang sudah penulis peroleh kemudian diuji validitasnya
dengan melakukan kritik atas data tersebut. Kritik dilakukan agar sumber yang dipakai dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
c. Interpretasi Selanjutnya, dari data yang sudah dikritik tersebut, penulis melakukan
interpretasi atau penafsiran tentang persisnya peristiwa yang terjadi. Ini dilakukan untuk mencari keterkaitan antara masing-masing sumber untuk mencari fakta
yang ada. Dengan begitu dapat disimpulkan data yang dimaksud dalam penulisan ini.
d. Historiografi Tahapan ini merupakan proses akhir dari penelitian, yakni tahapan
penulisan hasil penelitian setelah data yang ada dinterpretasikan dengan mengacu pada fakta-fakta historis.
Penulisan skripsi ini menggunakan metode deduktif atau pola umum- khusus, yakni dimulai dari awal bangsa Moro hingga bagaimana perjuangan
organisasi-organisasi Moro dalam memperjuangkan eksistensinya.
17 2 Pendekatan
Karena skripsi ini membahas mengenai identitas yang digunakan Muslim Filipina dalam memperjuangkan eksistensinya, maka teori yang digunakan adalah
teori identitas sosial. Sebagai sebuah teori, identitas sosial tidak bisa lepas dari keinginan individu untuk memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan
yang lain. Perbandingan sosial digambarkan oleh Festinger 1954 sebagai teori di mana bisa membimbing kita untuk membandimgkan diri kita dengan yang lain,
siapa yang serupa dengan kita dan siapa yang beda. Setidaknya ada tiga variable yang mempengaruhi hubungan pembedaan anta kelompok dalam situasi soaial
yang nyata.
12
Pertama, individu pasti memiliki internalisasi kelompok meraka sebagai konsep diri mereka. Secara subjektif mereka pasti mengidentifikasikan
kelompok yang relevan. Hal ini tadak cukup dari orang lain saja yang mengidentivikasikan seseorang kalau dari kelompok mana dia berasal. Kedua,
situasi sosial akan menciptakan perbandingan sosial yang memnungkinkan terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan. Perbedaan kelompok
pada tiap-tiap daerah tidak sama secara siknifikan. Ketiga, kelompoknya tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yang ada pada kelompok lain;
out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan yang relevan baik dalam kesamaan, kedekatan, dan secara situasional menonjol. Kemudian,
Determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap determinasi in- group.
Menurut Sarben dan Allen 1968, identitas soaial juga berfungsi sebagai pengacu keberadaan posisi seseorang berada di mana dia. Berada di tingkatan
12
Marck Bracher, Jacques Laqan, Diskursus, dan Perubahan Sosial, Yogyakarta: Jalasutra, 2000. H.82
18 mana kita berada, posisi seperti apa saja yang keberadaanya sama dengan kita dan
mana juga yang berbeda. Teori identitas sosial melihat bahwa suatu identitas sosial selalu mengklarifikasikan dirinya melalui perbandingan, tapi secara
umumnya, perbandingannya adalah antara in-group dan out group. In groups biasanya secara stereotype positif sifatnya, selalu lebih baik dibandingkan out
groups.
13
Identitas sosial juga menghasilkan representasi sosial yang keluar dari individu-individu yang berkumpul serta memiliki pendangan dan emosi yang
sama. Representasi sosial dapat didefinisikan sebagai prinsip hubungan symbol balik yang terorganisasi. Mereka memperkenalkan letak individu dalam
hubungannya dengan objek sosial secara siknifikan. Individu adalah objek yang melekat dalam jaringan relationship. Moscovici 1981 mengartikan sosial
representasikan sebagai kumpulan konsep, statements dan asal penjelasan dalam kehidupan sebagai bagian dari konunikasi inter-individual yang merupakan
equivalent dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai mitos dan system kepercayaan dalam masyarakat tradisonal. Representasi sosial juga merupakan
informal keseharian, sebagai keinginan individu untuk memahami dunia. Representasi sosial dari tiap-tiap identitas adalah berbeda. Masing-masing
identitas memiliki pandangannya dan pemahamannya terhadap dunia. Dari siti timbullah stereotype, jika anda berasal dari kelompok tersebut maka sifat-sifat
anda tidak jauh dari apa yang ada dalam skema akan sifat-sifat kelompok anda
13
Erikson. H. Erik, Identitas dan Siklus Hidup Manusia, Jakarta: Gramedia, 1989. Hal.73
19 Sifat-sifat kelompok di mana individu berasal pastilah membawa sifat
kelompoknya.
14
3. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini digolongkan menjadi dua, yakni sumber primer dan sumber sekunder. Yang dimaksud sumber primer dalam penelitian ini
yaitu sumber-sumber yang ditulis langsung oleh intelektual muslim Filipina ataupun para tokoh yang terlibat langsung dalam situasi nasional Filipina.
Setidaknya ada dua penulis, yakni Cesar A Majul yang terlibat langsung dalam kesepakatan pemimpin Islam Filipina bersatu dan Jamail Kamlian yang
merupakan intelektual Moro. Di antara tulisan-tulisan Cesar A Majul : Dinamika Islam di Filipinai dan Moro; Pejuang Muslim Filipina Selatan. Dalam buku
pertamanya, Cesar melampirkan dokumen-dokumen primer berupa kesepakatan pemimpin Islam Filipina untuk bersatu, Kesepakatan Perjanjian Tripoli, dan
Manifesto Pembentukan Republik Bangsa Moro. Adapun tulisan Jamail Kamlian yaitu Bangsamoro Society and Culture yang menjelaskan sosial kebudayaan
muslim Filipina secara historis. Adapun sumber sekunder adalah sumber-sumber yang ditulis oleh para
akademisi yang menekuni mengenai problematika Muslim Filipina. Baik orang Indonesia yang tergabung dalam peneliti di LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia ataupun para peneliti asing seperti Peter Gowing.
14
Marck Bracher, Jacques Laqan, Diskursus, dan Perubahan Sosial, Yogyakarta: Jalasutra, 2000. H.95
20
4. Analisis Data
Dari berbagai sumber yang diperoleh penulis maka dianalisa untuk menemukan kesimpulan akhir dari penelitian ini. Yang pertama adalah mengkritik
sumber-sumber, baik primer ataupun sekunder. Dalam tulisan Majul misalnya, pasti terdapat kecondongan terhadap masyarakat Muslim, karena secara obyektif
ia berada dalam kelompok Muslim. Tetapi apa yang dilukiskannya merupakan penggambaran kondisi sosial Filipina.
Setelah ditelaah dari berbagai sumber yang diperoleh, maka ditemukan adanya perbedaan identitas yang diusung dari berbagai periode. Kondisi sosial
yang mengiringi perjuangan muslim Filipina berbeda-beda, sehingga mereka mencari identitas baru yang lebih relevan. Saat ini ada satu organisasi yang diakui
di dunia internasional dengan identitas yang diusungnya, Nasionalisme Moro.
G. Jadwal Penelitian
Harus disadari bahwa penelitian ini merupakan tugas akhir akademis. Sehingga penelitian ini dilakukan dengan bimbingan intensif kepada dosen
tertentu. Namun setidaknya waktu penulisan ini dijadwalkan selama tiga bulan dimulai bulan September. Bulan pertama penulis menelusuri dan membaca
sumber, bulan kedua menganalisis dan mengkritisi, dan bulan terakhir melakukan perbaikan-perbaikan berdasaran arahan pembimbing.
H. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang signifikansi tema yang diangkat, pembatasan dan
21 perumusan masalah, metodologi penelitian, tujuan penulisan
serta sistematika penulisan BAB II
PETA SOSIAL-POLITIK MUSLIM FILIPINA Menguraikan tentang kondisi sosial Filipina ayang melatar
belakangi konflik setelah penjajahan Spanyol hingga saat ini BAB III
PERJUANGAN MELAWAN DISKRIMINASI Menjelaskan kronologis konflik Filipina dari masa penjajahan
Spanyol hingga pasca kemerdekaan Filipina. Serta menjelaskan kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh kolonialisme Spanyol dan
Amerika yang dilanjutkan sampai pemerintahan Filipina untuk orang muslim.
BAB IV POLITIK IDENTITAS DALAM PERJUANGAN BANGSA
MORO Membahas tentang identitas yang diusung oleh Muslim Filipina
dalam mempertahankan eksistensi bangsa Moro. Mulai perjuangan melawan Spanyol hingga diskriminasi pasca
kemerdekaan Filipina. Dan dijelaskan pula mengenai perpecahan organisasi masyarakat Filipina Selatan karena perbedaan
pandangan mengenai identitas yang digunakan. BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN Berisi tentang kesimpulan penelitian serta saran-saran untuk
penelitian lanjutan.
22
BAB II PETA KONDISI SOSIAL MUSLIM FILIPINA
A. Kelompok-Kelompok Etnik di Filipina
Filipina merupakan salah satu Negara di Asia Tenggara yang terletak di bagian Barat Daya lautan teduh. Negara yang ber-ibukota Manila ini mempunyai
luas wilayah 301.000 km
2
yang mencakup 7100 pulau. Dua pulaunya yang terbesar adalah pulau Luzon di Utara dengan luas 104.699 Km, dan Pulau
Mindanao di bagian Selatan dengan luas 94.630 Km
15
. Di Utara Filipina berbatasan dengan laut Cina dan Taiwan, di Selatan dengan wilayah laut
kepulauan Indonesia, sedangkan di Timur dengan Samudra Pasifik dan di Barat dengan Laut Cina Selatan.
Jumlah penduduk Muslim Filipina sejak adanya sensus penduduk tahun 1903 oleh Amerika, mengalami peningkatan. Namun dalam hal ini tidak
ditemukan data penduduk Filipina pada masa Spanyol. Pada tahun 1903 penduduk Muslim berjumlah 763.500, kemudian meningkat pada tahun 1918
sebanyak 1.314.000 jiwa. Kemudian dua tahun setelah Filipina merdeka, 1948 jumlah penduduk Muslim menjadi 1.9234.000 jiwa.
16
Dari sensus penduduk tahun 1990, penduduk Muslim Filipina berkisar antara lima sampai enam juta jiwa, atau sekitar 8,5 dari total penduduk negeri
itu yang berjumlah + 66.000.000.
17
Pada bulan Juli 2001, diketahui total penduduk Filipina berjumlah 82.841.518 jiwa. Dari total jumlah tersebut, 83 di
15
Alfian, Peran Pihak Ketiga Dalam Resolusi Konflik; Kasus Indonesia dan Libya dalam Penyelesaian Konflik Antara Pemerintah Filipina dengan Moro National Liberation Front
MNLF, Jakarta: UI, 2000. h.23
16
Ibid.h.36
17
Cesar Adib Majul, Filipina dalam Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, Jakarta: Mizan, 2001. h.65