Perjuangan Pada Masa Kolonial

37

BAB III PERJUANGAN MELAWAN DISKRIMINASI

A. Perjuangan Pada Masa Kolonial

A.1. Perlawanan Terhadap Imperialisme Spanyol 1565-1876 Bangsa Spanyol menginjakkan kaki pertama kali di Filipina pada tanggal 16 Maret 1521 di pulau Samar melalui sebuah ekspedisi yang dipimpin oleh Ferdinand Magellan. Kedatangan Magellan disambut oleh dua raja dari Filipina Utara, yaitu Kolambu dan Siagu. Magellan kemudian ke Cebu untuk menemui Raja Humabon. Raja Humabon dan 800 orang Cebuano lainnya dibaptis menjadi Kristen. Dalam hal ini, Magellan setuju membantu Raja Humabon untuk memadamkan pemberontakan Lapu-lapu di sekitar pulau Mactan. Magellan terbunuh dalam sebuah pertempuran antara pasukan Spanyol dan pasukan Lapu- lapu pada tanggal 27 April 1521. dia menyebut wilayah baru itu “Philippine”, sebagai penghormatan kepada raja Philip II yang berkuasa di spanyol ketika itu. 47 Filipina secara resmi menjadi koloni bangsa Spanyol pada tahun 1565, ketika raja Philip II menunjuk Miguel Lopez de Lagazpi sebagai Gubernur Jenderal yang pertama. Ia selanjutnya memilih Manila sebagai Ibu Kota wilayah koloni itu pada tahun 1571, karena dianggap potensial. Kedatangan Lagazpi di manila tidaklah di sambut dengan baik, karena orang Islam di Manila pimpinan raja Sulaiman 1570-1582 tidak mudah tunduk dalam kekuasaan orang Spanyol dan mereka memahami maksud dan tujuan dari kebijakan yang akan diterapkan di Manila. Selama sekitar 200 tahun awal masa penjajahan Spanyol di Filipina, 47 Carlos P Romulo, Ensiklopedi Negara dan Bangsa jilid 3, Jakarta: Grolier Internasional, PT Widyadara, 2003. h. 254. 38 masyarakat muslim terisolasi dari dunia luar. Baru setelah berakhirnya ‘perang tujuh tahun” dengan Inggris pada tahun 1762, yang ditandai dengan perjanjian Paris 1763 di mana Manila dikembalikan pada Spanyol, Filipina mulai membuka dengan dunia luar, dan kemudian pada tahun ini juga, Miguel Lopez de Lagazpe berhasil menaklukan Luzon Visayas. Awal kedatangan bangsa Spanyol di Manila, Legazpi melakukan hubungan langsung dengan raja Sulaiman. Mereka telah membuat pernyataan yang mana pernyatan tersebut hanya sebuah siasat dari Legazpi. Walaupun demikian pada akhirnya Spanyol melakukan pemberontakan di Manila. Mereka mulai menembak dan merampok orang-orang Islam. Manila menjadi markas besar Spanyol pada tahun 1571 ketika bangsa Spanyol mulai menetapkan peraturan untuk masyarakat muslim. 48 Dalam memperpanjang pengaruh kolonialnya, bangsa Spanyol memperingatkan masyarakat muslim bahwa jika ingin berdamai dengan mereka, maka muslim Filipina harus membayar upeti, jika menolak maka harta muslim Filipina akan di ambil paksa oleh Spanyol. Selain itu pula, masyarakat muslim Filipina wajib memberkan empat puluh orang laki-laki yang berumur antara 16 sampai 60 tahun untuk dipekerjakan kepada Spanyol. Walaupun demikian masyarakat muslim tidak pernah menyerah. 49 Kedatangan bangsa Spanyol di Filipina pada tahun 1565 untuk mendirikan koloni serta mengkristenisasi penduduk asli Filipina, menghalangi penyebaran Islam selanjutnya ke Utara dari Kalimantan, dan ke Selatan Filipina arah Luzon 48 Perang Moro. h. 30 49 T.J.S George, Revolt in Mindanao; the Rise of Islam in Philippine Politics, Oxford University Press, 1980. h. 32-33. 39 dan kepulauan Visayan. Sejak saat itu penyebaran Islam terbatas sampai ke kepulauan Sulu dan Mindanao sebelah Barat. Sejarah menunjukan bahwa pertentangan penduduk yang di utara dan penduduk Islam bermula dari permusuhan antara orang Spanyol dan kaum Muslimin. Spanyol yang datang ke Filpina pada tahun 1565 untuk mendirikan koloni dan memasukkan penduduknya ke dalam agama Kristen telah menghalangi penyebaran Islam yang dilakukan dari Brunai Kalimantan para mahdumin pendakwah Islam yang juga berperan sebagai pedagang dari Kalimantan tiba di Filipina pada tahun 1520 secara besar-besaran sehingga Manila pun telah menjadi sebuah kerajaan Islam dibawah pemerintahan sultan Brunai. 50 Filipina dijajah Spanyol selama lebih kurang 377 tahun. Periode Spanyol di Filipina merupaka era kristenisasi bangsa Filipina. Hampir semua kepulauan di Filipina, kecuali Mindanao, dikristenkan. Dengan kekerasan, persuasi atau menundukan secara halus dengan hadiah-hadiah, orang-orang Spanyol berhasil memperluas pengaruhnya ke hampir seluruh Barangay perkampungan di Filipina. Spanyol menghadapi perlawanan yang gigih dari kesultanan-kesultanan di Filipina selatan, Sulu, manguindanao, dan Buayan yang mana memiliki kesatuan politik dan telah dikembangkan jauh lebih melabihi struktur Barangay yang sederhana. Orang-orang Spanyol memaksa kaum pribumi yang telah memasuki agamanya untuk menjadi sekutu mereka dalam pertempuran. Misalnya ketika terjadi perang antara bangsa Spanyol dengan kekuatan muslim di bawah pimpinan Sultan Nasruddin 1656. Kaum pribumi ini digunakan sebagai pandayung, 50 Dalam hal ini Cesar A Majul tidak menjelaskan dengan rinci siapa nama seseorang yang dimaksud. Lihat Dinamika Islam Filipina. h. 9 40 pelempar tombak, atau prajurit-prajurit untuk menyerang perkampungan- perkampungan Islam yang mana mereka telah diindoktrinasi dengan kepercayaan bahwa mereka sedang melakukan pelayan agama. Kaum ini disebut kaum Indio oleh Spanyol. 51 Rentetan peperangan yang panjang antara orang-orang Spanyol dan Islam dinamakan “perang moro”, dan dilanjutkan sampai masa kekuasaan Spanyol di Filipina berakhir. Peperangan ini pada akhirnya menambah ketegangan yang terjadi sekarang antara orang-orang Islam dan Kristen. Ekspedisi bangsa Spanyol banyak menghancurkan komunitas-komunitas Islam dan daerah pertanian, menghancurkan perokonomian dan kehidupan orang-orang Spanyol serta selama ekspedisi kota-kota Islam banyak dikosongkan. Akhirnya dengan kemenangannya beberapa sultan dipaksa mengadakan perjanjian damai dengan pemerintahan kolonial di Manila dan banyak para datu secara sukarela menyerah dan menerima perlindungan Spanyol. Tahun 1596 kapten Esteban Rodriguez de Figuroa diperintahkan untuk mendirikan suatu benteng tetap di selatan bagi kepentingan Spanyol dan pada tahun 1578 Figuroa juga menyerang Sulu. Sebelum menjalani tugasnya sang kapten mendatangani kontrak dengan pemerintah Spanyol yang isinya menjanjikan kedudukan sebagai gubernur pulau Mindanao untuk de Figuroa dan ada semacam bagi hasil atas segala sesuatu yang dihasilkan dari penduduk asli Mindano. Cita-citanya belum terwujud, karene Figuroa terbunuh dalam suatu serangan mendadak di Tampacan. Anak buahnya yang moralnya jatuh karena 51 Istilah Indio menunjukan sebutan kepada kaum pribumi yang menjadi Kristen. Sedangkan moro sebutan untuk orang-orang yng beragama Islam. Kaum pribumi yang menyembah berhala dan tinggal di gunung-gunung dan dipedalam pulau-pulau besar disebut infieles. Istilah Filipino dipakai bagi orang-orng Sapnyol yang lahir di Filipina sedangkan peninsula yaitu orang-orang Spanyol yang lahir di Spanyol. 41 kehilangan pemimpin, mengundurkan diri ke suatu daerah terpencil beberapa kilometer dari kota Zamboanga sekarang. 52 Karena kegagalan itu, Spanyol akhirnya menerapkan stretegi lain, mereka mendirikan benteng di dua tempat di pulau Mindanao. Benteng pertama adalah di ujung semenanjung Zamboanga dan di Caraga yang terletak di ujung timut laut Pulau Mindanao. Dari kedua tempat itu, yang sebenarnya berfungsi sebagai “pos pengawas”, bisa diawasi gerakan kaum Moro yang menyerang Spanyol di pulau Luzon. Biasanya “rute” penyerangan adalah melalui ujung Semenanjung Zamboanga dan pulang melalui sisi timur pulau yaitu dekat dengan Caraga. 53 Tahun 1645 terjadi perjanjian antara bangsa Spanyol dan Sultan Manguindanao, yang isinya memaksa sultan untuk mengakui penutupan daerah pantai Sibuguey sampai Davao Gulf dan memperpanjang ke dalam daerah Maranao. Spanyol juga menghina sultan Nasruddin dan melanjutkan usahanya untuk melakukan perubahan di Filipina. Kerena hal itulah, maka pada tahun 1656 tejadi konflik antara orang Manguindanao dan orang Spanyol. Dalam konflik tersebut Sultan Manguindanau mendeklarasikan sebagai ‘jihad’ dan memangggil Sultan-Sultan dari Sulu, Ternate, dan Makassar untuk segera bangkit secara serentak membantunya dalam membela Syariat Islam, yang oleh Spanyol hendak di hancurkan dan diganti dengan undang-undang sekular bikinan mereka. Menurut Cesar A Majul, Spanyol belum pernah menemukan seorang pemimpin Islam yang mengagumkan seperti Nasruddin. 54 52 Pergolakan Umat Islam di Filipina Selatan. h.31 53 Al Chaidar, Ideologi Negara Islam di Asia Tenggara, Telaah Perbandingan atas Terbentuknya Diskukrsus Politik Islam dalam Gerakan Pembentukan Negara di Indonesia dan Filipina Pasca Kolonial, Jakarta: Universitas Indonesia, 1993. h.216 54 Cesar A Majul, Moro; Pejuang Muslim Filipina Selatan, Jakarta: Al Hilal, 1990. h.35 42 Pada Tahun 1663 bangsa Spanyol meninggalkan Moluccas dan Zamboanga, sehingga pada akhirnya terjadi perdamaian antara orang spanyol dan Muslim di Filipina. Tetapi perdamaian tersebut tidak berjalan lama, karena pada tahun 1718 orang Spanyol memutuskan untuk mengulangi kembali penjajahnya di Zamboanga. 55 Selama berlangsungnya peperangan Moro dan strategi Spanyol dalam “memecah belah dan menaklukan” telah meninggalkan warisan sikap-sikap yang pahit, yang tidak dapat dihapus dalam beberapa generasi. Kepahitan masih berlangsung dalam beberapa golongan penduduk Filipina. Meski umat Islam di selatan Filipina relatif bersatu namun stategi tersebut dapat memecah bagian- bagian penting persatuan umat Islam di kepualauan itu. Islam akhirnya terpisah dari ikatan-ikatan politik otonom, karena hancurnya tiga kekuatan Islam di Filipina.Sehingga pada fase selanjutnya, Islam menjadi agama yang mempribadi, kehilangan ruh bahwa Islam sebagai sebuah umat. Menjelang akhir abad 19, kebijakan resmi Spanyol tidak difokuskan pada politik kristenisasi, tetapi berusaha mengubah pola fikir masyarakat Moro agar patuh pada kekuasaan Spanyol. Padahal sebelumnya, sejak tahun 1635 pemerintah Spanyol menetapkan sebuah garnisun untuk melindungi missionaris Kristen di Zamboanga. Tiga ratus orang Spanyol dan seribu pasukan Visayan membangun benteng raksasa yang digunakan jesuit untuk melakukan kristenisasi. 56 Perang Moro nampaknya tidak akan pernah selesai, meskipun Spanyol mengeluarkan dana yang besar untuk peperangan. Yang paling menderita akibat peperangan ini menurut Delor Angeles yang dikutip Peter Gowing adalah Kristen 55 Moro; Pejuang Muslim Filipina Selatan. h. 42 56 A Rahman Zainuddin, Sejarah Minoritas Muslim di Filipina, Thailand da Myanmar, Jakarta: LIPI, 2003. h. 31 43 Filipina. Karena orang-orang Kristen harus membayar pajak yang amat berat untuk membiayai parang yang mahal. Mereka yang tidak sanggup membayar pajak dijadikan pekerja paksa yang hampir tidak berhenti membangun kapal-kapal untuk berekspedisi angkatan laut Spanyol, sedangkan sebagian lagi yang masih muda dan kuat bertugas sebagai tukang-tukang dayung kapal yang menyerang kedudukan kaum Moro 57 . Pada tahun 1896 dan 1898 terjadi revolusi Filipina yang menyebabkan bangsa Spanyol menarik pasukannya dari wilayah Muslim untuk dikonsentrasikan di Utara. Pada masa-masa ini para pemimpin revolusi Filipina yang berasal dari Filipina Utara berusaha menarik dukungan Muslim Filipina Selatan untuk membantu melawan Spanyol. Namun Muslim Moro memandang keduanya, bangsa Spanyol ataupun Filipina adalah musuh. 58 Wilayah Mindanao dan Sulu di Selatan Filipina tidak pernah bisa ditundukkan oleh pasukan Spanyol. Namun demikian, Spanyol tetap menganggapnya sebagai bagian dari koloninya. Hal ini terbukti dengan ditandatanganinya Traktat Paris pada 1989 yang mengalihkan hak penguasaan wilayah Filipina, termasuk Filipina Selatan kepada Amerika dengan harga 20 juta dollar AS. Sejak itu, Amerika mengambil alih kekuasaan di Filipina. 59 A.2. Perlawanan Terhadap Imperialisme Amerika 1898-1946 Tahun 1898, kemenangan Amerika atas Spanyol menandai perpindahan kekuasan atas Filipina ke tangan Amerika. Meskipun status Sulu dan Mindanao 57 Delor Angeles, The Moro Wars, dalam Peter G. Gowing dan Robert D McAmis, Manila: Solidarided Publishing House, 1974. h.27-32 58 Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern. h.65 59 Ensiklopedi Tematis Dunia Islam vo.5. h. 477 44 sendiri belum sepenuhnya berada di bawah kontrol penuh Spanyol, namun keduanya dimasukkan dalam perjanjian penyerahan tersebut. Kedatangan Amerika di Filipina Selatan pada tahun 1898 sebenarnya tidak membuat kaget Muslim di sana. Ketika angkatan laut Amerika menduduki Zamboanga kepala suku muslim berkumpul bersama untuk membahas perdagangan dengan mereka dan Muslim siap bertempur dengan kebijakan baru orang Amerika. Serangan yang rutin dan serangan balasan ini pada akhirnya mirip seperti pemberontakan pada masa Spanyol. 60 Seperti Spanyol, Amerika mempunyai satu kesatuan tentara, administrasi, dan strategi ekonomi untuk menyelesaikan misinya di Filipina. Penjajahan Amerika atas Filipina dimulai sejak armada pimpinan Laksamana Dewey mengalahkan Spanyol di teluk Manila. Spanyol menyerahkan Filipina kepada Amerika ditandai dengan perjanjian Paris pada tanggal 10 Desembar 1898, yang sekaligus mengakhiri perang amerika Spanyol. Dalam perjanjian tersebut ternyata Spanyol memasukkan pula wilayah Moro dengan mengklaim sebagai daerah koloninya, padahal Spanyol sama sekali tidak pernah bisa menguasai wilayah itu. Tindakan Spanyol itu merupakan tindakan yang tidak sah dan tidak bermoral. Mereka tidak berhak untuk menyerahkan wilayah moro pada Amerika Serikat, sebab mereka tidak berdaulat di Moro, dan masyarakat Moro pun tidak dimintai pendapatnya lebih dahulu. Kedatangan Amerika di Filipina 1989 tidak sekedar muatan politis, tapi juga memiliki kepentingan ekonomi, mereka tertarik dengan sumber daya alam di wilayah selatan, sebab di Laut Sulu terdapat deposit minyak bumi. 61 Pada masa 60 Problematika Minoritas Muslim di Asia Tenggara. h. 135 61 Dinamika Islam Filipina. h.19 45 Amerika, Filipina sepenuhnya dibaratkan. Sistem demokrasi yang dipakai Filipina hingga saat ini adalah warisan dari kolonialisme Amerika. Di Asia Tenggara yang paling banyak mengalami pembaratan adalah Filipina. Dan dua dekade setelah kemerdekaan, Filipina mengalami ketergantungan terhadap Amerika terutama secara ekonomi. Filipina secara kelembagaan juga sangat terkait dengan ekonomi bisnis Amerika. Kapitalisme Filipina disumbangkan oleh peninggalan sistem liberal Amerika sedangkan feodalismenya diwariskan secara mendalam dari Spanyol. Karakteristik bangsa Fipilina adalah sangat Barat. Ketika bangsa Amerika sampai ke wilayah Muslim, mereka memandang orang Islam seperti orang-orang Indian Amerika yang harus ditertibkan. Berbeda dengan kolonial Spanyol, kolonial Amerika tidak menganjurkan permusuhan Islam dan Kristen, melainkan memperkenalkan proses rasional dalam system administrasi kenegaraan dan komunitas Islam diajak untuk bekerja sama dalam proyek-proyek Negara dan menganjurkan pembauran orang Kristen dan Islam dengan cara mengajak orang Kristen menetap di Mindanao. Sebelum Perang Dunia I Amerika sedikitnya mendirikan tujuh koloni pertanian di daerah-daerah Islam tradisional. Orang Amerika tidak seperti Spanyol yang mana tidak menganjurkan permusuhan Kristen-Islam. Bahkan Amerika menetapkan kebijakan resmi bahwa membiarkan kehidupan agama orang-orang Islam dan kebiasaan ritual tidak terusik. 62 Hubungan Amerika dengan penguasa Muslim di Sulu dibawa pertama kali oleh misi Jenderal John Bates. Tujuan Bates ini adalah untuk menetralisir orang- orang Muslim yang tertuang dalam Bates Agreement tahun 1899. Dengan 62 Ideologi Negara Islam di Asia Tenggara. h.72 46 persetujuan ini Muslim Filipina mengakui kedaulatan Amerika dan setuju untuk membantu memerangi perompak bajak laut dan orang-orang yang melawan otoritas dan martabat pemimpin Sulu maupun pemimpin-pemimpin yang lain. Sebaliknya, orang Amerika berjanji untuk menghormati martabat dan kekuasaan Sultan Sulu dan beberapa pemimpin-pemimpin yang lain serta tidak mencampuri masalah agama mereka dan membayar gaji sultan dan pemimpin-pemimpin orang Islam. Muslim Filipina melihat bahwa perjanjian ini terdiri dari poin-poin yang berbeda dengan Amerika. Pemimpin Islam tampaknya percaya bahwa dengan berdiplomasi dengan mereka, Amerika tidak ikut campur terhadap masalah internal dan menjamin cara kehidupan mereka. Kebijakan Amerika di Filipina hanya sedikit di terapkan di daerah Moro sejak periode pendudukan militer. Kebijakan untuk tidak mencampuri masalah internal orang moro, kini banyak usaha dengan giat di jalankan Amerika. Mereka mengembangkan, membudayakan, mendidik dan melatih masyarakat Muslim Filipina dalam pendidikan pemerintahan demokrasi Amerika. 63 Persetujuan Bates ini kehilangan relevansinya ketika pada bulan Agustus tahun berikutnya terjadi bentrokan berdarah antara orang-orang Amerika dan pemimpin –pemimpin lokal Muslim. Pada tahun 1904 Amerika secara resmi menghapus persetujuan ini. Meski kedatangan Amerika pertama kali bukan untuk mengkristenkan orang-orang Muslim di Mindanao, namun pada akhirnya juga melakukan pekerjaan missionary atau dakwah Kristen terhadap orang-orang Islam. Jendral Samuel Summer, komandan Angkatan Darat Amerika Serikat di 63 Kamlian, Jamail, Bangsamoro Society and Culture, Iligian Centre for Peace Education Research, 2001. 16 47 Mindanao antara tahun 1902 hingga 1903 menulis bahwa orang Islam adalah seorang yang berbeda dari kami dalam hal perkataan, kata dan aksi, dan agama mereka akan menjadi penghalang serius bagi peradaban Kristen. Selama agama Islam berlaku, peradaban Anglo-Saxon akan memperlambat kemajuan. Sementara presiden Mc Kinley merasa berdosa jika tidak mencoba untuk mengangkat, membudayakan dan mengkristenkan orang-orang Muslim Moro. 64 Pembatalan perjanjian tersebut merupakan sebuah isyarat amerika Serikat untuk mendirikan atau menetapkan wewenang mutlak atas Filipina. Menurut sekretaris perang, Elihu Root mengatakan bahwa kebijakan amerika terhadap filipina telah melalui keputusan Mahkamah agung amerika dalam bangsa chrokee. Kemudian administrasi kolonial Amerika dengan cepat membudayakan orang Islam yang mana tak dapat di elakkan lagi bahwa ini bermaksud untuk mengkristenkan orang Islam. Gubernur pertama Amerika di wilayah muslim, Jendral Mayor Leonardo Wood mengatakan bahwa orang Islam tak lain adalah orang liar yang hidup di bawah hukum berat dan tidak ada alasan untuk Wood menetapkan kebijakan yang buruk. Gubernur terakhir Amerika di wilayah muslim, Frank Carpenter berhasil mengurangi gambaran jelek para penganut agama Islam, memperkenalkan sistem sekolah umum dan hukum yang bijak. Sistem pendidikan dan hukum ini telah menolong peletakan pondasi bagi konversi besar-besaran orang Muslim ke dalam cara hidup kristen. Kaum Muslim yang enggan berimitasi dengan orang-orang nasionalis telah memiliki perlawananya tersendiri, nasionalisme tersendiri. 65 64 Revolt In Mindanao. h. 58 65 Ideologi Negara Islam Asia tenggara. h. 204 48 Periode Carpenter merupakan sebuah ketenangan selingan. Pada awalnya, beberapa orang tingkat tinggi orang Islam melawan kebijakan Amerika. Pemerintah militer telah menentukan kebijakan dengan kontrol langsung dari seorang jendral di Mindanao dan setiap pemimpin memimpin empat daerah. Tiga abad melewati hidup berperang dengan orang spanyol, maka orang Islam yakin bahwa mereka dapat mengalahkan orang amerika dengan baik. Kelompok- kelompok Islam telah menyebar untuk menjaga tekanan dari resimen infantry Amerika yang telah menyebar sepanjang Selatan. Tahun 1906 terjadi pemberontakan antara orang Muslim Filipina dengan Amerika. peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Bud dajo yang merupakan pembalasan Muslim Filipina. Penyebab peristiwa ini adalah penetapan kebijakan Amerika seperti perpajakan yang merupakan kebijakan Amerika tetapi suatu kebijakan yang membebankan Orang Muslim. Selain itu persiapan untuk menghapus secara besar-besaran orang Muslim di Jolo. Dengan bertujuan untuk menghalangi pertempuran tersebut, sekitar 600 orang Islam yang mencakup wanita-wanita dan anak-anak melakukan perjalanan ke kawah dalam memadamkan bukit vulcano di Dajo. Mereka bersenjata keris, tombak dan beberapa senapan. Sedangkan di sisi Amerika, 800 pasukan memperlihatkan mereka membawa banyak senjata modern dalam baju baja orang Amerika. Muslim Filipina mengabaikan mereka dan dengan penuh ejekan dan hinaan menolak peluang untuk mengungsikan anak-anak dan wanita-wanita mereka. Sebagaimana pendirian mereka, bahwa kematian dalam peperangan adalah lebih baik daripada hidup di bawah orang kafir. Seluruh kelompok Islam 49 telah dihancurkan dan menurut sejarawan-sejarawan Bud Dajo bukanlah sebuah pertempuran tetapi sebuah pembantaian besar-besaran. 66 Tahun 1902 Filipina mengumumkan pembentukan panita untuk kemerdekaan Filipina. Penguasa sipil dan militer mulai untuk melihat kebijakan Amerika di Mindanao, Itu dilakukan untuk menentukan kebijakan dasar dan kebijakan atas orang Muslim untuk integrasi ke dalam politik Filipina. Salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan tersebut adalah desakan dari nasionalis- nasionalis Kristen Filipina bahwa daerah orang Islam tak dapat dipisahkan dari bangsa Filipina. Akhirnya Amerika dan Filipina menyadari bahwa Mindanao dan Sulu sangat penting sebagai sumber penghasilan mereka yang akan datang. Dalam hal ini Amerika menafsirkan bahwa perlawanan orang Muslim tidak lain adalah untuk menentang kebijakan mereka yang permasalahannya lebih kompleks. 67 Sebenarnya, para nasionalis Filipina yang merupakan intelektual di Filipina Utara, sudah memproklamirkan kemerdekaan Filipina pada tanggal 12 Juni 1898, para nasionalis Filipina memproklamasikan kemerdekaan mereka sebagai jalan terbentuknya Republik Filipina setahun kemudian. Dalam menuju kemerdekaan, tentara nasional Filipina pimpinan Aquinaldo serta pasukan- pasukan gerilya lainnya mengadakan perlawanan, sehingga Amerika mengeluarkan Undang-Undang darurat perang, dan baru dicabut kembali pada tahun 1901 ketika nasionalis Filipina dapat dikalahkan. 68 Amerika dengan cepat memperkenalkan pemerintahan dalam negeri untuk rakyat Filipina, dimulai dengan Badan Legislatif dua kamar pada tahun 1934 dengan janji kemerdekaan 10 tahun kemudian. Namun Amerika tidak mampu 66 Revolt in Mindanao. h. 31. 67 Sejarah Minoritas Muslim Filipina, Thailand dan Myanmar. h. 38 68 Krisis Filipina; Zaman Marcos dan Keruntuhannya. h. 3 50 memberi kemerdekaan pada tahun 1944 seperti yang dijanjikan, karena Jepang menduduki kepulauan itu antara tahun 1944 dan tahun 1945 selama Perang Dunia II. Pada tahap Perang Dunia II, baik bangsa Filipina, Amerika ataupun Moro sama-sama bertempur melawan Jepang, meskipun perjuangan mereka dilakukan secara terpisah tanpa satu komando. Setelah Jepang mampu dikalahkan, maka Amerika memerdekakan Filipina pada tanggal 4 Juli 1946. 69

B. Diskriminasi Pemerintah Filipina dan Perjuangan Bangsa Moro