Diterbitkannya BNO Sebagai Media Sah NU

42

B. Diterbitkannya BNO Sebagai Media Sah NU

Kelahiran Nahdlatul Ulama itu merupakan gerakan pengimbang terhadap gerakan kalangan pembaharu. Dalam rangka untuk membentengi para pengikut ulama tradisional dari paham-paham pembaharu yang menolak untuk bertaklid dan bermazhab, maka dari itu Nahdlatul Ulama menerbitkan majalah yang terbit setiap 2 kali dalam sebulan, yakni pada tanggal 1 dan tanggal 15 pada setiap bulannya, majalah itu adalah Berita Nahdlatul Oelama, salah satu isinya banyak menerangkan tentang masalah ijtihad dan taklid. Pada masa itu banyak majalah- majalah yang mengkritik tentang masalah ijtihad dan taklid, mereka mengkampanyekan dalam surat-surat kabar dan majalah-majalah masing-masing organisasi keislaman pada waktu itu, seperti Soewara Muhammadijad sejak 1912, Fadjar yaitu surat kabar harian milik Serikat Islam sejak 1920, Soeara Persjarikatan Oelama sejak tahun 1929 dan surat-surat kabar lainnya yang sezaman bahkan sampai sekarang. Pemberitaannya yang mengkritik praktik mitos dan tahayul kemudian diberikan ulasannya yang lebih rasional dan masuk akal sesuai dengan al-Qur’an dan Hadits Rasulullah. 55 Berita Nahdlatul Oelama juga menjelaskan tentang pengertian ijtihad dan taklid itu lebih rasional, masuk akal, sesuai juga dengan al-Qur’an dan Hadits Rasulullah, dengan demikian, diterbitkannya Berita Nahdlatul Ulama menjadi pembenteng bagi pengikut para ulama tradisional. Berita Nahdlatul Oelama adalah merupakan lembaga dan media yang sah dari organisasi Nahdlatul Ulama pada masanya. Latar belakang dibentuk dan diterbitkannya Berita Nadlatul Oelama adalah untuk berdakwah dan menyiarkan 55 Imas Emilia, Laporan Awal Hasil Penelitian :Islam dan Rasionalisme : Kajian Atas Artikel-Artikel Keislaman Dalam Surat Kabar dan Majalah di Pulau Jawa 1911-1942, Jakarta, Laporan Awal Penelitian, 2006 43 Islam yang masih menganut dengan ijtihad dan taklid. Yang mana media-media massa dan majalah-majalah milik beberapa organisasi sosial politik keagamaan, menerbitkan juga seperti yang telah ditulis diatas tentang beberapa media massa yang ditebitkan. Tentang paham-paham pembaharu yang secara langsung menafikan ijtihad dan taklid, dan menyerukan untuk kembali kepada ajaran yang sebenarnya yaitu al-Qur’an dan Hadits. Sedangkan warga Nahdlatul Ulama yang masih menggunakan ijtihad dan taklid sebagai bahan acuan dan ajaran menjadikan Berita Nahdlatul Oelama pegangan dan bahan informasi untuk tidak terpengaruh terhadap paham pembaharu tersebut. Dengan demikian bisa kita lihat bahwa pentingnya pers sebagai media yang tidak hanya menjadi penyalur berita-berita dan kabar-kabar saja, tetapi pers juga memiliki kamampuan untuk menyebarkan ide-ide dan pengaruh bagi masyarakat pembacanya. Selain itu pers juga merupakan suatu media komunikasi yang terbuka, sehingga siapa saja bisa membacanya. Aliran informasi yang mengalir melalui media pers, menurut sejarawan Sartono Kartodirdjo 56 dapat memiliki potensi membangkitkan kesadaran kolektif, sehingga penggunaan media pers pada akhirnya dapat dipergunakan oleh berbagai kekuatan politik, sosial dan keagamaan sebagai sarana mengaktualisasikan ide-ide dan kondisi-kondisi yang ingin dicapainya.

C. Pandangan Kaum Pembaharu Tentang Ijtihad dan Taklid.