Musik Klasik 1750-1820 SEJARAH PERKEMBANGAN MUSIK LITURGI

Disamping nyanyian Gregorian dalam ibadat gereja Katolik dipakai juga lagu polifon dalam gaya lama a capella maupun dalam gaya baru monodis, secara konsertan dengan basso continou. Adapun jenis musik polifon meliputi Misa 46 , Motet 47 , Mazmur, Te Deum 48 , Magnificat 49 , Antiphon 50 , Sekuensi 51 . Selain itu perlu dicatat musik organ, nyanyian jemaat, serta sejumlah musik rohani seperti oratorio, concerto ecclesiastico artinya konser gerejani. Konsili Trente telah mengangkat gaya Paelstrina sebagai stile ecclesiastico gaya musik gereja yang ideal. Maka selama jaman Barok dan juga selanjutnya gaya polifon lama tetap dipertahankan disamping komposisi ‘modern’.

F. Musik Klasik 1750-1820

52 Karya besar musik gereja pada abad XVIII dan musik klasik Wina sebagian besar merupakan karya dari Joseph Haydn, W. A. Mozart, dan L. Van Beethoven. Disamping melanjutkan tradisi Barok dengan iringan orkes yang megah, dalam musik ini nampak cita-cita klasik Wina untuk menciptakan musik yang bermutu setinggi mungkin, sehingga pegangan teknis, formal, dan estetis dari musik profan klasik diambil alih dalam musik gereja. 46 Deretan nyanyian untuk ibadat misa yang meriah terdiri dari kyrie – Tuhan kasihanilah kami; Gloria – kemuliaan; Credo – aku percaya; sanctus Benedictus – Kudus Terpujilah; Agnus Dei – Anak domba Allah Prier, Sejarah Musik II Yogyakarta: PML, 1993, h. 38. 47 Prier, Sejarah Musik I, h. 149-150. 48 Sebuah lagu pujian dengan bentuk khusus; syairnya berasal dari St. Ambrosius. Lihat Karl-Edmund Prier SJ, Sejarah Musik I Yogyakarta: PML, 1991, h. 94. 49 Kidung Maria; syairnya diambil dari kitab suci Injil Lukas 2 Karl-Edmund Prier SJ, Sejarah Musik II Yogyakarta: PML, 1993, h. 38. 50 Semacam refren; dipakai sebagai ‘kurung’ pada awal dan pada akhir sebuah Mazmur. Karl-Edmund Prier SJ, Sejarah Musik II Yogyakarta: PML, 1993, h. 38. 51 Prier, Sejarah Musik I, h. 95 52 Prier, Sejarah Musik II, h. 74. Musik gereja zaman klasik mencerminkan suatu optimisme dan pandangan yang luas. Musik gereja Mozart tidak berbeda dengan musik profan seperti opera ciptaan Mozart. Seperti halnya seniman klasik lainnya, Haydn dan Mozart mengabdi pada Allah dengan hati gembira. Haydn berkata: “Karena Allah memberikan kepadaku sesuatu hati yang gembira, maka kiranya Ia akan memaafkan daku, bila aku mengabdi kepada-Nya dengan hati gembira”. 53 Manusia abad XVIII merasa satu dengan dunia sekitarnya berdasarkan humanisme sebagaimana diajarkan oleh para filosof pada abad XVIII Kant, Hegel, Schopenhauer, dan sebagainya. Pada zaman ini iman begitu terbuka untuk dunia, sehingga mengangkat semua unsur yang dapat memperlihatkan sikap terbuka ini ke dalam musik gereja. Istilah Klasik dan Klasisisme sering dipakai untuk musik. Namun artinya tidak begitu jelas. Semula tidak ada jaman atau gaya Klasik Klasisisme. Menurut Ensiklopedi Indonesia klasik adalah “suatu karya umumnya berupa karya cipta dari jaman lampau yang bernilai seni serta ilmiah tinggi, berkadar keindahan dan tidak akan luntur sepanjang masa.” 54 Menurut Friedrich Blume, musik klasik adalah “karya seni musik, yang sempat mengintikan daya ekspresi dan bentuk bersejarah sedemikian hingga terciptalah suatu ekspresi yang meyakinkan dan dapat bertahan terus”. 55 Dalam arti ini Franz Schulbert sering disebut pencipta klasik dari Lied Jerman, dan inipun benar, meskipun Schubert biasanya 53 Prier, Sejarah Musik I, h.93. 54 Hassan Shadily. Ensiklopedi Indonesia terbitan Ichtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta 1982, jilid 3, hal. 1793 Karl-Edmund Prier SJ, Sejarah Musik II Yogyakarta: PML, 1993, h. 76. 55 Friedrich Blume dkk, Die Musik in Geschichte und Gegenwart, Kassel 1958, Band 7, h. 1027 Karl-Edmund Prier SJ, Sejarah Musik II Yogyakarta: PML, 1993, h. 76. digolongkan sebagai komponis jaman Romantik. Maksudnya ialah bahwa Lied Jerman mencapai puncak perkembangan dalam komposisi-komposisi Franz Schubert. Begitu pula tari klasik Jawa sama sekali tidak berkaitan dengan periode klasik Eropa 1750-1820. Namun salah pula bila istilah klasik hanya diartikan sebagai puncak perkembangan dari suatu kesenian musik, sastra, tari, arsitektur dsb. Salahlah, kalau apa yang mendahului puncak ini hanya dipandang sebagai hasil sementara, kurang sempurna; dan apa yang menyusul dinilai sebagai gejala pendangkalan klasisisme saja. Pandangan ini salah karena sejarah kini tidak dilihat lagi sebagai perkembangan terus menerus terdiri dari unsure-unsur yang berkaitan, saling melengkapi dan mengimbangi. Janganlah Haydn, Mozaart dan Beethoven dianggap sebagai sebagai tokoh yang lepas dari konteksnya. 56 Karena mereka pun hidup dari warisan jaman Barok yang mereka pun diolah terus dengan cara baru pada jaman Romantik. Memang, tidak dapat disangkal, bahwa Haydn, Mozart dan Beethoven merupakan pencipta klasik dari kwartet gesek, sonata piano dan sinfoni – namun ini tidak berarti bahwa perkembangan sejarah musik Eropa seakan-akan berpuncak kepada ketiga tokoh ini. Maka dalam bagian ini Klasik dilihat sebagai lanjutan dari jaman Barok maupun sebagai persiapan untuk Klasisisme Romantik artinya Klasik diartikan sejajar dengan jaman sebelumnya dan sesudahnya. Selama abad 19 menjadi biasa bahwa tahun 1750 wafat J.S Bach dipandang sebagai awal era baru yang disebut Klasik. Namn sejak tahun 1730 di 56 Prier, Sejarah Musik II , h. 76. Perancis berkembanglah Gaya galan yang bergabung dengan gaya musik Italia. Dengan demikian terdapat suatu masa peralihan yang disebut Rokoko atau Pra Klasik 1730-1760. Tidak semua ahli sejarah musik membuat suatu pembedaan antara Klasik awal 1760-1780 dan Klasik tinggi 1780-1820. 57 Apalagi mengenai batas akhir dari periode Klasik terdapat bermacam-macam pendapat. Hal ini memang masuk akal karena Klasik dan Romantik di satu pihak merupakan dua pola yang bertentangan, namun dilain pihak saling melengkapi. Maka karya- karya Beethoven pada akhir hidupnya dapat digolongkan sebagai karya musik Romantik; dan komposisi-kompisisi pertama dari Schubert masih dapat disebut Klasik. Dengan kata lain, jaman Kalsik masih berlangsung terus meskipun jaman Romantik sudah mulai. Seperti halnya pada jaman Barok yang meupakan suatu reaksi terhadap jaman Renaissance, begitu pula pergantian jaman Barok ke jaman Klasik. Hal ini nampak dalam timbulnya dua gaya baru: 58 1. Gaya Galan yang mulai di Perancis sejak 1730, suatu teknik komposisi yang sengaja ingin menjauh dari teknik kontarapung polifon Bach, Handel dan bersifat lebih bebas, lebih mudah dimengerti, dengan melodi yang enak, dengan ornamentik yang lebih halus, dengan iringan tanpa keterikatan akan jumlah suara dsb. Musik ini ditujukan terutama kepada para pencinta musik, ingin menghibur secara bermutu; bukan tujuannya menciptakan komposisi berat dengan mengikuti peraturan-peraturan ilmu kontrapung 57 Prier, Sejarah Musik II, h. 76. 58 Prier, Sejarah Musik II, h. 77. 2. Gaya sensitive yang berasal dari Inggris young, Night Thought, 1742 pada dasarnya ingin menentang gaya Barok yang terlalu patetis dan kaku, terlalu emosional afek. Maka keinginan untuk mengungkapkan perasaan pribadi. Secara kongkrit hal ini diwujudkan dalam dinamika crescendoyang diperkembangkan dalam sekolah Mannheim dengan Stamitz sebagai tokoh; pun pula di Paris dengan Gossec, Schobert, Beck serta C. Ph. E. Bach. Sedangkan Sekolah Wina dengan Monn, Wagenseil serta Joseph Hadyn berhasil mengungkapkan rasa suka dan duka dalam sebuah karya musik yang sama. Mulai pertengahan abad 18 berkembanglah Filsafat Aufklarung pencerahan dimana manusia lewat daya pikirnya mencapai suatu pengertian diri baru yang makin dewasa dan bebas. Maka hancurlah keterikatan lama dan berkembanglah cita-cita baru seperti martabat manusia dan kemerdekaan. Hal ini nampak dalam deklarasi hak asasi manusia di AS tahun 1776; dalam Revolusi Perancis tahun 1789; dalam berakhirnya system budak; dalam keinginan untuk toleransi agama; dalam sekularisasi. 59 Kebudayaan yang tadi sedikit banyak diperkembangkan sebagai seni untuk golongan elite terutama di istana, gedung opera dan digereja katedral, kini makin didampingi dengan kebudayaan rakyat dengan musik rumah, salon, restaurant dsb. Karena hidup pada jaman Barok sedikit banyak berupa fasade misalnya rambut palsu, dengan pernyataan yang berkelebihan bombastis dan dibuat-buat artificial, maka timbullah keinginan ke arah hidup sederhana dan 59 Prier, Sejarah Musik II, h. 77. alamiah. “alam” kini dalam arti: seperti semula jaman firdaus, jaman Klasik- Yunani. Jean-Jaques Rousseau 1712-1778 mengungkapkan kritiknya terhadap kebudayaan sejaman dalam tulisan Discours sur les sciences et les arts uraian tentang ilmu dan kesenian 1750 di Paris. 60 Sebagai akibatnya, maka pendidikan menjadi tema utama abad 18, termasuk juga pendidikan musik. Di lain pihak, orang genius sering menolak ilmu-ilmu misalnya ilmu kontrapung sebagai hambatan untuk memperkembangkan bakat. Mereka ingin bertindak sebagai seniman merdeka dalam kebudayaan musik baru di tengah masyarakat: maupun dalam musik rumah, musik salon, dalam konser umum serta opera dihadapan penonton yang tidak dikenal, maupun terhadap kritik dalam surat kabar. Perubahan jaman mendatangkan musik baru: kalau dalam Barok emosi manusia memasuki musik, maka dalam Klasik perasaan dan sikap manusia diungkapkan, namun selalu diangkat ke tingkat ‘obyektif’;diimbangi dalam pandangan yang lebih menyeluruh. Musik yang baru bukan lagi patetis dibuat- buat dan berat banyak minor, tetapi wajar dan enak banyak mayor. 61 Musik Klasik berusaha untuk menciptakan suatu ‘bahasa universal’ yang dapat dimengeri tidak hanya secara lokal nasional tetapi secara internasional maka terdapat banyak musik instrumental. Tema-tema sonata dan sinfoni mirip dengan lagu rakyat, yang seimbang dalam melodi, ritmik dan harmonic. Baru dalam variasi-variasi dan ‘development’ komponis memperlihatkan kekayaan yang tersembunyi dalam tema yang sederhana itu. 60 Prier, Sejarah Musik II, h. 77. 61 Prier, Sejarah Musik II, h. 78. Musik Klasik tidak mau begitu saja mengabdi pada tujuan tertentu seperti iringan tari, hiburan, suasana pesta dan ibadat. Ia selalu ingin menyajikan musik yang bagus, ingin mengangkat manusia pada tingkat yang lebih tinggi. Maka musik Klasik tinggi dimengerti oleh masyarakat umum, bukan hanya bagi sekelompok elite saja. 62 Pesan rasional dan perasaan seimbang; begitu pula isi mendapat bentuk yang wajar. Bau pada musik Romantik terjadi suatu penggeseran kea rah perasaan dan isi. Musik Klasik berusaha untuk membatasi diri pula dalam bentuk, harmoni, instrumentasi dsb; musik Romantik tidak. Maka teori estetika Plato yang menyatakan bahwa irama adalah “suatu ketertiban terhadap gerakan melodi dan harmoni atau suatu ketertiban terhadap tinggi rendahnya nada-nada” 63 berlaku penuh sebagai dasar musik Klasik. Terutama Klasik menciptakan harmoni. Seniman Klasik berusaha untuk mengungkapkan keindahan alam dalam karya kesenian, misalnya dalam lukisan. Maka seorang komponis berusaha untuk menirukan bunyi alam secara langsung dalam musik program Rousseau maupun tidak langsung dengan mencipta musik yang ‘alamiah’ wajar dan indah seni – sama seperti Sang Pencipta yang menghasilkan alam raya. Dengan demikian musik Klasik di satu pihak melawan jaman Barok dimana musiknya sering artificial dibuat-buat; dan pengertiannya kurang jelas. Maka para seniman Klasik percaya bahwa alam sendiri belum memiliki segala keindahan; maka seorang seniman diharap dapat menambah meningkatkan kesenian alamiah dengan pengolahnya menurut hukum estetika. 62 Prier, Sejarah Musik II, h. 78. 63 Prier, Sejarah Musik jilid I, h. 39-40.

G. Musik Romantik 1800-1920