Musik Romantik 1800-1920 SEJARAH PERKEMBANGAN MUSIK LITURGI

G. Musik Romantik 1800-1920

64 Kata ‘romantik’ dan romantis sebenarnya berasal dari sastra abad 18. sejak awal abad 19 dipakai secara umum tanpa diberi arti dan batas yang jelas: apakah yang dimaksudkan suatu gaya, suatu teknik, bentuk-bentuk tertentu-ataukah hanya suatu sikap saja terutama dalam kesenian. 65 Mula-mula istilah ‘romantis’ Weber tahun 1821 menyebut operanya “Der Freischutz”suatu opera romantis karena terdapat tokoh dan peristiwa yang luar biasa dan menarik. 66 Di samping itu unsur kuno, dunia dongeng dan jauh, dunia hantu malam, yang menakutkan dikaitkan dengan istilah ‘romantis’, meskipun tidak semua unsure ini harus hadir. Maka sulit didefinisikan. Jelas bahwa ‘romantis’ berhubungan dengan perasaan. Namun anehnya komposisi piano yang dikarang pada tahun 80-an abad 18 telah diberi judul penuh perasaan, beremosi dsb. Begitulah misalnya Sonaten und freie Fantasien karangan C.Ph.E.Bach 1782-1787. Bahkan karya musik akhir WA.Mozart memuat ungkapan perasaan mendadak yang kemudian oleh tokoh Romantik E.T.A.Hoffmann ditafsirkan sebagai musik khas Romantik. Ini tentu keterlaluan; namun merupakan suatu bukti bahwa suasana Romantik sudah mulai hadir pada abad 18. namun dapat dibayangkan, andaikan Mozart tidak meninggal dengan usia 35 tetapi mencapai umur 80, tidak mustahil bahwa kita akan memiliki juga karya musik Mozart yang romantis, sama seperti musik Beethoven atau oratorio Die Schopfung serta Die jahreszeiten ciptaan J.Haydn. artinya selama 64 Prier, Sejarah Musik jilid II, h. 125. 65 Friedrich Blume, Romantik Dlama MMG vol. 11 colom 785 dst Karl-Edmund Prier SJ, Sejarah Musik II Yogyakarta: PML, 1993, h. 77. 66 Prier, Sejarah Musik jilid II, h. 125. jaman Klasik mulai 1780 sudah hadir pula Romantik, yang berkembang dan menjadi makin nyata pada tahun 1830 dst. 67 Dengan demikian memang makin kabur arti Romantik. Meskipun demikian ada juga percobaan untuk membatasi Klasik dan Romantik, dimana musik ‘Klasik’ dinilai kuno, ketinggalan jaman tanpa perasaan, rasional. Sedangkan musik Romantik diharapkan dapat mengungkapkan sikap bathin perasaan jiwa manusia. Bahkan mereka yakin bahwa ungkapan ini tidak dilaksanakan oleh seniman komponis tetapi oleh suatu dimensi transenden lebih tinggi kosmis oleh Novalis disebut jiwa dunia. Maka karya seni menjadi subjektif, mengikuti tiap gerakan hati sampai jadi lembek bahkan sentimental, atau pada ekstrim yang lain, tidak takut menjadi brutal bahkan sinting. Disini tampak suatu cirri dari estetika Romantik dan kritik musik Romantik. Semua orang mendengar musik pertama-tama mendengar secara subjektif, sebagai pencint musik. Kata ‘amatir’ atau ‘diletan’ memuat kata ‘cinta’ akan sesuatu. Maka kritik terhadap suatu pementasan pertama-tama mencerminkan rasa subjektif dari seorang entah entusiasme atau kebencian bukan berdasarkan pengetahuan atau studi terhadap maksud komponis, artinya bukan sebagai ahli musik tetapi sebagai ‘diletan’. 68 Menurut Fr. Blume musik klasik dan Romantik sebenarnya adalah dua segi perwujudan yang berlainan dalam satu jaman; tidak ada dua jaman yang berlainan. 69 Sedikit demi sedikit gaya musik yang terbentuk pada pertengahan 67 Prier, Sejarah Musik II, h. 125. 68 Blume, l.c.colom 793 Karl-Edmund Prier SJ, Sejarah Musik II Yogyakarta: PML, 1993, h. 125. 69 Prier, Sejarah Musik II, hlm. 125. abad 18 mengalami perubahan sampai akhir abad 19. “apa yang dimulai pada Haydn dan Mozart sebagai gaya Klasik tinggi telah memuat ‘godaan-godaan’ romantis. Baru dengan unsure romantis ini gaya Klasik mendapat cirri khasnya yang unik dan tak terhingga; dan apa yang dalam musik Schumann atau Brahms nampak sebagai khas romantis, berlandaskan pada dasar gaya klasik ini…Dimana keinginan romantis dicetuskan dalam bentuk klasik yang jelas dan tegas, lahirlah apa yang belakangan disebut ‘gaya klasik tinggi’. Romantik tidak ingin membentuk suatu gaya baru tetapi memperkembangkan tipe klasik tinggi ini. 70 Demikian pula pendapat Paul Henry Lang. 71 Dengan demikian boleh ditanyakan sejauh mana masih bijaksana untuk membedakan jaman Klasik dari jaman Romantik. Keduanya memang merupakan suatu kesatuan yang sudah mulai pada tahun 1760 dan baru berakhir pada awal abad 20. namun di lain pihak sejarah musik tidak dapat begitu saja menghapus istilah Romantik, karena memang ada perbedaan besar antara musik Klasik dan musik Romantik. Abad 19 adalah sangat kaya dalam kecendrungan, perkembangan dan peristiwa yang sangat aneka bahkan berlawanan satu sama lain. Politik abad 19 sibuk dengan restaurasi yang berpuncak pada Kongres Wina 181415. Namun karena problem tidak dipecahkan terjadilah revolusi di Jerman 1830 dan 1848 70 Blume l.c.colom….Karl-Edmund Prier SJ, Sejarah Musik II Yogyakarta: PML, 1993, h. 126. 71 P.H. Lang, Music in Western Civilization, New york 1941, h. 816 : “Romanticism should not be taken as the antithesis of classicism nor was it a mere reaction to it, but rather a logical enhancement of certain elements which in classicism were inherent and active but tamed and kept in equilibrium…it is only in their vehemence that we feel a direct opposition to classic measure. And thereby the stylistic relationship between classicism and romanticism seems determined.” Karl-Edmund Prier SJ, Sejarah Musik II Yogyakarta: PML, 1993, h. 126. berupa perang antara kekuatan konserfatif regime kaisar dan bangsawan dan progresif masyarakat buruh yang makin menuju ke demokrasi. Industri dan ekonomi pada abad 19 berkembang dengan cepat kaereta api, pabrik-pabrik dsb; namun masalah sosial pun tumbuh lebih cepat lagi urbanisasi, kemiskinan, isolasi dalam masyarakat yang anonim. Kesenian dan musik ditanggung oleh instansi masyarakat, namun pada tingkat yang sangat berbeda-beda: disamping karya musik dengan mutu tinggi terdapat musik murahan Kitsch; musik menjadi barang konsum perbanyakan not, produksi piano kecil untuk dipakai di rumah; di samping pentas di gedung konser, gedung opera dan gereja, musik juga dipentaskan di salon dan di rumah sebagai hiburan; ketrampilan teknik permainan piano biola Liszt, Paganini menjadi dangkal karena tujuannya hanya demi gengsi saja. Perkembangan musik Romantik seluruhnya dapat dilihat dalam fase-fase sbb: 72 1. Romantik Awal 1800-1830 Restaurasi terutama di Jerman diwarnai dengan usaha melarikan diri kedunia irasional: dengan menimba bahan dari dunia dongeng ajaib E.T.A. Hofmann dengan undine dan alam hutan yang misterius C.M.v.Weber dengan Freischutz; bahan yang dekat dengan rakyat. Tidak hanya dalam bentuk karya opera, tetapi juga dalam wujud musik instrumental Beethoven dan musik kamar nyanyian Schubert. 72 Menurut Michels, Atlas II, h. 435 Karl-Edmund Prier SJ, Sejarah Musik II Yogyakarta: PML, 1993, h. 126. 2. Romantik tinggi 1830- 1850 Revolusi pada tahun 1830 mendatangkan suatu perubahan: Romantik kini menjadi umum di seluruh Eropa; pusatnya bergeser dari Wina ke Paris dimana terdapat macam-macam inspirasi terutama dari sastra Perancis V.Hugo, A Mumas dll. Symphonie fantastique ciptaan H. Berlioz mencerminkan semangat yang baru; Chopin memikat perhatian para pencinta musik piano. Di Italia Paganini menunjukkan kemahirannya pada biola, dan di Jerman Liszt emosinya dalam piano. Mendelsohn menemukan kembali dan mementaskan musik Bach secara romantis; Wagner menciptakan opera gaya baru; di Italia Verdi mempesona dengan opera-operanya. 3. Romantik Akhir 1850-1890 Revolusi pada tahun 1848 pun merupakan suatu penggalan. Sesudah wafat dari Mendelssohn 1847, Chopin 1848 dan Schumann 1856 diperkembangkan bentuk musik baru, Liszt dengan Symphonische Dichtungen sejak 1848 dan Wanger dengan Musikdramen. Sekaligus tampil generasi baru: C.Franck, Bruckner, Brahms dll, dengan estetika dan bentuk baru. Historisme, naturalisme dan nasionalisme menetukan musik. 4. Musik pada pergantian abad 1890-1914 Generasi komponis dengan Puccini, Mahler, Faure, Debussy, R. Strauss dengan karya baru merintis macam-macam arah baru sampai menjadi ekstrim. Impresionisme Perancis ikut main peranan cukup besar. Akhir jaman Romantik berbeda-beda di masing-masing tempat. Namun musik atonal dari Schonberg 190708 merupakan suatu garis yang cukup jelas, dan awal perang dunia I merupakan suatu batas definitif. Pada abad romantik sikap musik gereja mendapat kritikan karena dinilai terlalu gembira dan terbuka. Pada awal abad XIX, E. TH. A. Hoffman, seorang sastrawan Jerman menuntun musik liturgi gereja menjadi seni musik suci gereja musica sacra yang bertujuan mengangkat hati manusia langsung kepada Allah melalui akar-akar sederhana, murni, dengan bunyi yang indah. Dalam musik gereja Katolik abad XIX terdapat tiga aliran: 73 a. Aliran yang melanjutkan tradisi zaman klasik Wina. Cita-cita klasik Wina dilanjutkan oleh sejumlah komponis seperti C.M. Von Weber, Franz Schubert, Kaspar Ett, dan terutama A. Bruckner. Para komponis bekerja secara mandiri, maka komposisi yang mereka ciptakan merupakan cetusan iman pribadi atau berdasarkan pesanan. Bukan ibadat yang menentukan komposisi mereka, tetapi komposisi menentukan karakter ibadat melalui gaya komposisi, sehingga musik gereja dapat juga dipentaskan dalam gedung konser sebagaimana missa Solemnes karya Beethoven. b. Gerakan Cecilianisme. Cecilianisme adalah suatu organisasi di dalam gereja Katolik Jerman, yang didirikan pada tahun 1868 oleh seorang imam, F.X. Witt untuk mempersatukan kor-kor gereja katolik. Witt mengambil alih cita-cita musica sacra dari E.T. Hoffmann. Tujuan ini dimulai dengan penyegaran nyanyian Gregorian dan memperbaharui musik Polifon gaya Palestrina. Namun para pakar Cecilianisme dalam 73 Prier, Perkembangan Musik Gereja, h. 47-49. pembaharuan nyanyian Gregorian berpangkal pada Editio Medicaea dari tahun 16141615, sedangkan para rahib dari Solemnes, Perancis dengan menyelidiki naskah-naskah dari Abad Pertengahan. Maka terjadilah persaingan yang kurang sehat di antara mereka, perselisihan ini diselesaikan oleh Paus Leo XIII pada tahun 1901 dengan membenarkan versi Solemnes. K.G. Fellerer menilai restaurasi, pengembalian ke bentuk historis menjadi ideal untuk musik dalam ibadat, dan musik Gregorian dan Polifoni klasik kuno dipandang sebagai musik gereja yang ideal. c. Aliran Musik Devosional. 74 Dalam masa Romantik timbul suatu devosi baru subyektif dan sentimental. Namun devosi ini tidak bermuara dalam liturgi sejati melainkan sering tersesat dalam moral dan mistisme. Selain Cecilianisme dengan keterikatannya pada musik Polifon a capella, individualisme telah mengakibatkan musik gereja mengalami suatu stagnasi kemacetan, tidak mendapat kemajuan yang baru teratasi pada abad XX, dimulai saat pembaharuan oleh Pius X. Sementara musik trivial murahan dan sentimental berkembang biak dengan pesat, sedang musik religius sejati diciptakan di luar gereja.

H. Musik Abad Ke-20