sementara sampai pertengahan abad XVII kemudian diganti dengan bentuk baru seperti Orgelmesse, Versetti lagu-lagu pendek untuk orgel untuk menggantikan
solis dalam membawakan ayat-ayat Magnificat dan Mazmur. Selain itu muncul juga musik gereja yang murni instrumental seperti Sonata gereja, Epistelsonate,
elevation dan lain-lain.
15
Musik gereja Katolik pada hakikatnya bersifat tradisional, untuk ibadat masa Adven dan Prapaskah, gereja melarang bunyi instrumen meriah sehingga
digunakan musik khas gerejawi seperti Gregorian dan Polifoni a capella gaya Palestrina.
E. Musik Barok 1600-1750
16
Waktu dari sekitar tahun 1600-1750 dalam sejarah musik merupakan satu epoche yang sangat utuh disebut Barok atau jaman basso continuo Generalbass,
atau jaman stilo concertante.
17
Istilah ‘Barok’ untuk pertama kali dipakai sebagai nama gaya kesenian dalam buku ‘Encyclopedie’ karangan Denis Diderot pada tahun 750 dan
diartikan menurut kata Portugis ‘borucco’ atau ‘barocco’
18
sebagi bulat- miringloncong, kira-kira seperti bentuknya mutiara. Ternyata pada abad 18
kesenian musik dari periode tersebut tidak dinilai secara positif tetapi justru negatif: ‘kehilangan bentuk yang normal’, eksentris’ ‘berlebihan’, kurang
bermutu’, ‘skuril’, bahkan ‘dekaden’. Harmoni dalam musik Barok dianggap
15
Prier, Perkembangan Musik Gereja, h. 41.
16
Prier, Sejarah Musik jilid II, h. 7.
17
J. Handschin, Musikgeschichte im Uberblick, Luzern 1948 Karl-Edmund Prier SJ, Sejarah Musik jilid II Yogjakarta: PML, 1993, h. 7.
18
Dalam bahasa Portugis berarti ‘mutiara’Karl-Edmund Prier SJ, Sejarah Musik jilid II Yogjakarta: PML, 1993, h. 7.
kurang jelas, terdapat banyak disonasi, melodinya sulit dan kurang wajar kaku; pendek kata ‘barok’.
19
Baru selama abad 19 musik dari tahun 1600-1750 mulai dinilai secara baru dan lebih positif. Sedangkan istilah Barok mulai dipakai sebagai nama untuk
masa tersebut pada awal abad 20, mula-mula di Jerman H. Riemann, Handbuch der Musikgeschichte, 1911; H.J.Moser, Geschichte der deutschen musik, 1922; E
Bucken R Hass, Handbuch der Musikwissenschaft, 1928. Dengan mengikuti kebiasaan Jerman ini, maka di Amerika pun dipakai istilah ‘Barok’
20
, sedangkan orang Perancis dan orang Inggris sampai sekarang berhati-hati memakai istilah
Barok
21
; para pakar sejarah musik di Italia malah secara eksplisit menolak istilah Barok karena mereka lebih-lebih melihat arti negatif dari kata Barok lihat diatas
dan merasa bahwa ini kurang cocok untuk musik Bach, Handel dll.- Namun inilah soal istilah saja.
Awal masa Barok di sekitar tahun 1600 cukup jelas sebagai awal gaya musik baru; dan orang pada waktu itu merasa bahwa mulailah masa baru, dengan
perasaan dan pikiran baru. Meskipun demikian musik polifon lama dipelihara terus juga sesudah tahun 1600 sehingga terdapat dua gaya yang berbeda-beda
pada waktu yang sama yang disebut stile antico dan stile moderno
19
Demikianlah penilaian J.J Rousseau dalam Dictionaire de musique, Geneve 1767cetakan ke-2 Hildesheim 969; H.C. Koch, Musikalisches Lexikon, Frankfurt 1802cetakan
ke-20 Hildesheim 1964. Prier, Sejarah Musik jilid II Yogjakarta: PML, 1993, h. 7.
20
M.Bukofzer, Allegory in Baaroque Music, New York 1939. Prier, Sejarah Musik jilid II Yogjakarta: PML, 1993, h. 7.
21
Claude V. Palisca, Baroque. Dalam Stanley Sadie e.d The New Grove Dictionary of Music and Musicians, vol. 2, London 1980, hal. 172 Prier, Sejarah Musik jilid II Yogjakarta:
PML, 1993, h. 7.
Sebaliknya akhir masa Barok tidak begitu jelas. Sekitar tahun 1750 akhir hidup J.S Bach terjadi suatu perubahan tidak hanya dalam musik tetapi juga
dalam arsitektur, seni rupa, seni lukis dan sastra: disatu pihak suatu keinginan kea rah lebih sederhana dan lebih wajar Aufklarung pencerahan; dilain pihak
keinginan kearah luwes Rokoko Pra kalsik. Namun kecendrungan ini sebenarnya sudah mulai sekitar tahun 1730 dan mencapai puncaknya di sekitar
tahun 1780 yakni masa jaya Klasik. Secara lazim, dibedakan tiga tahap dalam jaman Barok :
22
• Barok Awal : kira-kira 1580-1630 • Barok tengah : kira-kira 1630-1680
• Barok akhir : kira-kira 1680-1750 Para seniman Barok tidak hanya menirukan alam seperti para seniman
Renaissance tetapi mereka berkarya secara kreatif, sebagai genius dengan perasaan dan akal pikiran. Proses ini kadang-kadang seakan-akan melawan alam,
misalnya bila di alam seperti hutan dan rawa dibangun istana dengan kebun yang disusun secara geometris-matematis. Begitu pula para sastrawan menciptakan
karya sastra yang teratur dan buku ilmu yang tinggi; para pemusik menganggap diri sebagai ‘musicus poeticus’
23
yang menciptakan karya opus untuk memperoleh nama. Setiap bentuk yang diciptakan oleh manusia merupakan suatu
langkah untuk mengatur alam ciptaan. Maka banyak bentuk Barok nampak dibuat-buat dan kurang wajar: mulai dari cara menghormati sampai kebiasaan
22
Karl-Edmund Prier SJ, Sejarah Musik II Yogyakarta: PML, 1993, hlm. 7.
23
Musicus poeticus latin = Komponis Karl-Edmund Prier SJ, Sejarah Musik jilid II Yogjakarta: PML, 1993, h. 9.
memakai rambut palsu; dari etiket sopan-santun yang kaku sampai kebisaan kastrasi untuk mempertahankan suara anak pada penyanyi pria dewasa. Dunia
dipandang sebagai arena sandiwara, dengan pameran, sutradara master of ceremony dan musik.
Namun karena manusia menjadi kritis dalam bidang agama, filsafat dan ilmu pengetahuan, maka pengertian diri orang terhadap dunia transenden pun
tidak utuh lagi. Dalam abad-abad pertengahan segala bidang hidup diatur oleh hubungan dengan Tuhan dunia transenden. Hal ini nampak secara visual pada
gedung gereja katedral yang menuju surga, dan secara auditif pada cantus firmus yang mendapat tempat sentral dalam komposisi motet dsb. Dalam jaman Barok
hubungan dengan dunia transenden diwujudkan dalam dunia konkrit ini: nampak secara visual dalam istana dan gereja yang indah dan mewah; secara auditif dalam
gaya konser dimana solis dan pribadi manusia menonjol. Meskipun di Inggris sudah mulai gerakan baru, liberalisme, yang kemudian meletus dalam revilusi
Perancis dan mendatangkan masyarakat baru republik; namun dalam jaman Barok masih berkuasalah sistem politik Feodalisme Absolutisme yang dengan
gigih mempertahankan orde lama. Dalam arti ini karya J.S. Bach lebih-lebih menjelang akhir hidupnya dirasa sebagai “benda asing” musik ketinggalan dari
abad pertengahan di dalam masyarakat yang sudah berpikiran baru.
24
Masyarakat jaman Barok masih mempetahankan sistem golongan lama: Raja, kaum bangsawan, kaum Rohaniawan, penduduk kota dan petani.
25
Namun sistem masyarakat abad pertengahan ini yang dianggap diatur oleh Allah hanya
24
Prier, Sejarah Musik jilid II, h. 9.
25
Prier, Sejarah Musik jilid II, h. 9.
dapat dipertahankan dengan memakai kuasa. Raja Louis XIV menganggap dirinya sebagai dewa matahari dan dibantu oleh kaum bangsawan, kaum rohaniawan
dan tentara. Dlam kota-kota terdapat lapisan orang kaya dan terdidik, sedangkan orang di pedalaman menjadi makin miskin. 80 masyarakat Eropa pada jaman
Barok buta huruf. Buktinya, lagu dan tari rakyat Barok sebagian besar lenyap karena diwariskan hanya dengan lisan; sedangkan musik yang dipakai di lapisan
masyarakat atas saja yang dicatat dan diabadikan. Musik diciptakan dan dipentaskan terutama pada istana disponsori oleh
bangsawan, gereja katedral disponsori oleh uskup sebagai pimpinan gereja lokal, dikota disponsori oleh pemerintah lokal, sekolah disponsori oleh
yayasan swasta, sebagai musik kamar disponsori oleh kelompok orang kaya dan dalam gedung opera disponsori oleh yayasan swasta.
26
Gaya Barok mendapat titik pangkal dari Italia: Tahun 1568 di Roma dibangun gereja II Gesu sebagai peringatan akan St. Ignasius dari Loyola yang
dimakamkan dalam gereja ini. El Greco dan Tintoretto menghias gereja gereja ini dengan lukisan yang sangat patetis dan penuh perasaan. Maka gaya baru ini mulai
ditirukan di lain tempat, terutama dalam gereja Sri Paus di Roma, St. Petrus 1644. Gaya bombastis ini hadir dalam arsitektur dan seni rupa, seni lukis dan
musik di Italia utara Venesia. Dari sini musik Barok mulai meluas ke seluruh Eropa, terutama musik opera.barok berakhir pada pertengahan abad 18 dengan
timbulnya rasionalisme serta naturalisme baru.
27
26
Prier, Sejarah Musik jilid II, 1993, h. 10.
27
Prier, Sejarah Musik jilid II, 1993, h. 10.
Barok seperti musik tradisional Indonesia senang dengan ulangan yang sama: dirangkaikan detil-detilnya sebagai variasi dan hidup dalam siklus abadi
yang mendapat dasarnya pada kosmos; di satu pihak semuanya bergerak matahari dan bintang-bintang dilangit, hidup manusia dari lahir sampai mati;
para penari dan pemain alat musik namun di lain pihak semuanya tenang pula karena termasuk dalam peraturan yang disusun oleh Dia yang lebih tinggi
daripada manusia. Musik Barok seperti suita, variasi, passacaglia, fuga dsb. Mencerminkan sikap dasar ini: musik cukup hidup, memiliki pola variasi, namun
tidak menuju pada suatu titik tujuan, seperti kemudian halnya dalam bentuk sonata klasik.
Dalam jaman Barok para seniman berusaha untuk melalui daya fantasi menciptakan suatu ‘ruang seni’ yang dipisahkan dari dunia alam dan realita
hidup: plafon gereja dihias dengan lukisan pemandangan alam yang fantastis; tari pergaulan dirubah menjadi tari seni; diciptakan opera yang berlangsung beberapa
jam.
28
Cita-cita ialah karya seni yang menyeluruh: arsitektur, seni rupa, seni lukis, seni sastra, seni musik, bahkan di sekitar istana seni menghias kebun
diikutsertakan untuk menciptakan karya kesenian di gereja dan istana dengan tujuan untuk mempesona manusia dengan panca inderanya.
29
Dunia dipandang sebagai suatu ‘teater’ raksasa, tinggal manusia menikmati penyajiannya yang
disatu pihak indah dan mengesankan, dilain pihak penuh arti simbolis yang mendalam. Seni lukis dan seni rupa Barok melukiskan manusia; seni musik
mengungkapkan emosi dan perasaannya. Namun manusia Barok belum sadar
28
Prier, Sejarah Musik jilid II, h. 10.
29
Prier, Sejarah Musik jilid II, h. 10.
akan kepribadiannya sebagai individu; ia melihat diri sebagai satu unsur dalam kesatuan seluruh dunia. Maka dalam musik Barok tidak dilukiskan perasaan yang
dialami sendiri; perasaan dan emosi pun ditingkatkan dalam ‘gaya’ yang tak jarang bersifat agak kaku.
Pikiran manusia pun tidak ketinggalan dalam proses ini tidak ketinggalan dalam proses seni ini: simbolik angka main peranan sangatlah penting dalam
arsitektur maupun dalam musik; urutan akor dalam harmoni funsional, bentuk- bentuk musik yang dibuat-buat, ilmu kontrapung yang waktu Barok dipandang
kolot namun dijunjung tinggi, sampai pembagian oktaf secara metematis dan berlawanan dengan alam dalam ‘sateman seimbang’ ‘wohltemperierte
Stimmung’ oleh Werckmeister.
30
Dalam jaman Barok kembali dijunjung tinggi teori Pythagoras tentang musik angkasa.
31
Pada Abad pertengahan bayangan antic tentang musik angkasa ini telah ditingkatkan sebagai ‘musica coelestis’ pujian alam raya kepada sang
pencipta serta ‘musica angelica’ pujian pada Allah oleh para malaikat di surga. Pada Akhir Abad Pertengahan Harmoni angkasa tadi tidak dilihat secara realistis
sebagai bunyi fisik melainkan secara abstrak matematis.
32
Johannes Kepler 1571-1630 menyambung tradisi ini dalam bukunya “Harmonices mundi”
33
.
30
Dalam ‘wohltemperierte Stimmung’ oktaf dibagi dalam 12 langkah ½ nada yang persis sama. Dengan demikian tidak ada satu kuint lagi yang murni, semuanya berkurang sedikit. Prier,
Sejarah Musik jilid 1, h. 11.
31
Prier, Sejarah Musik jilid 1, h. 28-30
32
Misalnya Adam dan Fulda Prier, Sejarah Musik jilid II, h. 11.
33
Bahasa Latin, berarti ‘Harmoni dunia’, terbitan tahun 1619 Karl-Edmund Prier SJ, Sejarah Musik jilid II Yogjakarta: PML, 1993, h. 11.
Berdasarkan pandangan dunia baru yan heliosentris
34
, maka Kepler membandingkan gerakan eliptis dari planit yang satu dengan yang lain.
Ternyata jaman Barok masih memakai istilah klasifikasi musik yang diajar oleh Boethius, seorang teori musik Roma pada abad 6 M sbb:
- musica mundana : musik yang hadir dalam dunia nagkasa,
termasuk musim-musim dan harmoni dari makrokosmos; -
musica humana : harmoni dalam badan manusia seperti anggota badan, emosi, hubungan antar jiwa dan badan; harmoni dalam
mikrokosmos;
35
- musica instrumentalis : musik yang berbunyi secara fisik, yakni
hasil bunyi alat musik musik instrumental dan suara manusia musik vokal.
36
Pada abad 13 musica mundana dan musica humana dipersatukan menjadi
musica theoritica atau musica speculativa; dan musica instrumentalis mulai disebut musica pratica.
Musica speculativa
37
biasanya diajar pada sekolah menengah dan universitas dalam rangka pendidikan ‘seni bebas’. Yang termasuk seni bebas ialah
‘grammatica’ tata bahasa, ‘rhetorica’ teknik berpitado, ‘dialectica’ filsafat,
34
Bumi dan planit-planit lain mengelilingi matahari Prier, Sejarah Musik jilid II Yogjakarta: PML, 1993, h. 11.
35
Kadang-kadang ‘musica humana’ diartikan pula sebagai musik vocal. Dalam bahasa Portugis berarti ‘mutiara’. Prier, Sejarah Musik jilid II Yogjakarta: PML, 1993, h. 11.
36
Kadang-kadang ‘musica instrumentalis’ diartikan musik instrumental Prier, Sejarah Musik jilid II, h. 11.
37
Bahasa latin, berarti ‘filsafat tentang musik Prier, Sejarah Musik jilid II, h. 11.
arithmatica ilmu pasti, ‘geometria’ ilmu geometri, ‘astronomia’ =astrologi ramalan nasib menurut bintang dan ‘musica’ =filsafat musik.
38
Musica practica dibagikan lagi menjadi :
- Musica plana yakni musik Gregorian dengan satu suara dan irama
bebas; -
Musik mensurabilis atau musik polifon disebut pula musica figuralis
39
Pada jaman Renaissance dan Barok musica practica yang diutamakan, namun musica speculativa mendapat suatu bobot baru pada jaman Barok
berhubung dengan penemuan baru dalam astronomi dan akustik Galilei, Mersenne, Sauveur. Bagi Heinrich Schutz 1641, filsafat musik musica
speculativa adalah bagaikan matahari diantara para planit. Leibniz pun memandang musik terutama sebagai ilmu pasti dengan dikatakan 1712 Musik
adalah latihan angka dari lapisan dibawah kesadaran. Ada juga yang disebut musica poetica adalah ‘ilmu komposisi’
40
.ternyata ilmu komposisi abad 17 membahas tentang teknik mengarang motif, bentuk
komposisi keseluruhan sampai pembawaan komposisi. Maklumlah, pada jaman Barok suatu komposisi sedikit banyak disertai improvisasihiasan dengan
ornament, atau diberi ‘wajah’ dengan freshing deklamasi tertentu.
38
Tokoh yang paling terkenal adalah Johannes de Muris, dengan bukunya ‘musica speculativa’, paris 1323 Prier, Sejarah Musik jilid II Yogjakarta: PML, 1993, h. 11.
39
Menurut bentuk not mensural yang namanya ‘figurae’ Prier, Sejarah Musik jilid II Yogjakarta: PML, 1993, h. 12.
40
Dari kata latin ‘opus’ = karyakomposisi; ‘poeticus’ = yang menciptakan karya komponis; ‘musica poetica’ = ilmu menciptakan karya musik ilmu komposisi Prier, Sejarah
Musik jilid II Yogjakarta: PML, 1993, h. 12.
Menurut musica poetica suatu nada tinggi melambangkan juga tempat yang tinggi gunung, surga atau selisih tinggi-rendah misalnya lembah yang
dalam, neraka; Sekon kecil mengungkapkan derita rasa sakit; tanda istirahat yang mendadak menunjuk pada kejutan, kematian; bila suara satu bergerak sambil
suara dua ditahan, ini diartikan sebagai ungkapan kesalahan dan dosa; vorhalt suspension ditafsirkan sebagai keraguan dsb. Musica poetica menyebut secara
total 150 gejala musik yang khas. Kehadirannya merupakan suatu pesan di dalam musik.
Termasuk tujuan pokok musik Barok untuk melukiskan ‘afek’. Yang dimaksud dengan ‘afek’ pada jaman Barok tidak sama dengan perasaan jaman
Romantik. Para pemusik Barok yakin bahwa dalam tangga nada dan interval musik patokan-patokan sikap jiwa manusia.
41
Maka tanda nada dan interval dapat mewakili keadaan jiwa manusia yang tertentu. Artinya, dalam musik Barok komponis tidak mengekspresikan perasaan
yang ada dalam hatinya, tetapi berusaha untuk memakai patokan patern tertentu interval, motif irama dsb secara seni sebagai sarana untuk mengekspresikan isi
kata syair nyanyian. Afek atau perasaan juga diungkapkan melalui alat musik yang dipakai,
bagitu pula tangga nada yang dipilih:
42
Keutamaan: Tangga
nada: Alat
Musik:
Iman doris
dorian D
trompet Harapan
frigis phyrgyan
E biola
diskant
41
Bandingkan juga Raga dalam musik India dan pathet dalam musik gamelan Jawa. – sama halnya dengan tangga nada Yunani dan estetika Plato- lihat Sejarah Musik jilid I
Yogjakarta: PML, 1991, h. 39-40.
42
Prier, Sejarah Musik jilid II, h. 13.
Kasih eolis
aeolian A
biola diskant
Keadilan lidis lydian F
flute Kekuatan miksolidis
G trombone,
klarine mixolydian
Kewaspadaan ionis ionian C
schalmei
Dalam jaman Barok alat musik terus diperkembangkan. Sebenarnya proses ini sudah dimulai pada jaman Renaissance. Bukan jenis alat musik yang
ditambah – kecuali piano Hammerklavier- tetapi mutu dari suara, termasuk usaha untuk meningkatkan ungkapan ‘afek’ perasaan. Maka alat musik yang
sukar diperbaiki keindahan bunyinya lama kelamaan lenyap. Alat musik yang dipakai pada jaman Barok:
43
1. dalam musik istana dan gereja musik seni: biola, biola alto, cello, lute,
gitar, teorbe, harpa, cembalo harpsichord, organ, flute, horn, trompet, pauken.
2. dalam musik rakyat: biola sederhana oktavgeige, drehleier alat gesek
denagn dawai bordun, gitar, hackbrett dulcimer, semacam sitar, maultrommel ‘rinding’, pikolo, trekorder blockflote, schalmei
semacam klarinet, gendering, kastagnet, xilofon, lonceng kecil dsb. Pada awal jaman Barok masih terdapat sejumlah alat musik tiup kayu pommer,
fagot, raket yang kemudian lenyap kecuali obo dan klarinet. Semua ini dipakai dalam bermacam-macam variasi.
43
Prier, Sejarah Musik jilid II, h. 14.
Terutama pada abad XVII, dalam sistem absolutisme, gereja mengalami perkembangan lahiriah dengan arsitektur yang mewah. Begitu pula dengan
perayaan liturgi dan musik gereja. Hal ini dilatar belakangi, yang pertama karena gengsi untuk berprestasi atau saingan antar istana, yang kedua karena situasi
perang selama 40 tahun dan rasa tidak aman dalam hidup sehari-hari mendorong masyarakat mencari pegangan pada Tuhan. Maka tidak mengherankan
perkembangan musik gereja menjadi meriah, bahkan tidak jarang melampaui batas yang wajar.
44
Pimpinan gereja Katolik berusaha mengendalikan perkembangan musik gereja dengan menegaskan bahwa syair liturgi tidak boleh dikurangi atau dirubah,
larangan dipergunakannya alat musik terutama flute dan piano karena dicap sebagai musik teater, larangan jenis alat musik selama prapaskah. Namun semua
aturan ini bersifat regional. Amanat Sri Paus tentang musik gereja selalu diarahkan kepada keuskupan Roma. Para pangeran Barok memandang musik
gereja dalam istana mereka sebagai urusan swasta, dan karena hukum gereja dan hukum sipil dipisahkan, maka musik gereja diurus oleh instansi duniawi.
Konsili Trente 1545-1563 memutuskan untuk membaharui Nyanyian Gregorian. Maka pada tahun 1614 diterbitkan Editio Medicea
45
. Nyanyian Gregorian dibawakan oleh kelompok penyanyi khusus yang disebut schola
cantorum, umumnya diiringi dengan organ; tak jarang part vokal ayat mazmur dibawakan juga secara instrumental oleh organ ; teknik ini disebut alternatim atau
canto misto, canto spezzato.
44
Prier, Perkembangan Musik Gereja Sampai Abad ke-20, h. 54.
45
Prier, Sejarah Musik jilid, h. 155.
Disamping nyanyian Gregorian dalam ibadat gereja Katolik dipakai juga lagu polifon dalam gaya lama a capella maupun dalam gaya baru monodis,
secara konsertan dengan basso continou. Adapun jenis musik polifon meliputi Misa
46
, Motet
47
, Mazmur, Te Deum
48
, Magnificat
49
, Antiphon
50
, Sekuensi
51
. Selain itu perlu dicatat musik organ, nyanyian jemaat, serta sejumlah musik
rohani seperti oratorio, concerto ecclesiastico artinya konser gerejani. Konsili Trente telah mengangkat gaya Paelstrina sebagai stile ecclesiastico
gaya musik gereja yang ideal. Maka selama jaman Barok dan juga selanjutnya gaya polifon lama tetap dipertahankan disamping komposisi ‘modern’.
F. Musik Klasik 1750-1820