Musik Abad Ke-20 SEJARAH PERKEMBANGAN MUSIK LITURGI

pembaharuan nyanyian Gregorian berpangkal pada Editio Medicaea dari tahun 16141615, sedangkan para rahib dari Solemnes, Perancis dengan menyelidiki naskah-naskah dari Abad Pertengahan. Maka terjadilah persaingan yang kurang sehat di antara mereka, perselisihan ini diselesaikan oleh Paus Leo XIII pada tahun 1901 dengan membenarkan versi Solemnes. K.G. Fellerer menilai restaurasi, pengembalian ke bentuk historis menjadi ideal untuk musik dalam ibadat, dan musik Gregorian dan Polifoni klasik kuno dipandang sebagai musik gereja yang ideal. c. Aliran Musik Devosional. 74 Dalam masa Romantik timbul suatu devosi baru subyektif dan sentimental. Namun devosi ini tidak bermuara dalam liturgi sejati melainkan sering tersesat dalam moral dan mistisme. Selain Cecilianisme dengan keterikatannya pada musik Polifon a capella, individualisme telah mengakibatkan musik gereja mengalami suatu stagnasi kemacetan, tidak mendapat kemajuan yang baru teratasi pada abad XX, dimulai saat pembaharuan oleh Pius X. Sementara musik trivial murahan dan sentimental berkembang biak dengan pesat, sedang musik religius sejati diciptakan di luar gereja.

H. Musik Abad Ke-20

75 Pada abad ini, musik mulai dihidupkan oleh Gereja untuk kegiatan- kegiatan ibadat. Musik mengalami perkembangan yang pesat dan telah memiliki 74 Devosional adalah sesuatu yang bersifat kebaktian. Aliran Musik Devosional adalah aliran yang bersifat ibadat kebaktian keagamaan dalam hubungannya dengan devosi, ketaatan. Karl-Edmund Prier SJ, Sejarah Musik II Yogyakarta: PML, 1993, h. 153. 75 Prier, Perkembangan Musik Gereja, h. 35-36. makna yang lebih mendalam. Tahun 1903 dalam Motu Proprio Tra le Sollecitudine Paus Pius X istilah musica sacra menjadi istilah umum untuk nyanyian gregorian maupun untuk musik polifon. Kemudian melalui Konsili Vatikan II pada tahun 1963 sampai dengan tahun 1965, musik liturgi mendapat warna baru di mana corak musik liturgi tidak hanya sebatas pada musik Gregorian dan polifoni tetapi juga termasuk corak musik etnik tradisional yang diinkulturasikan ke dalam musik liturgi. 76 Konsili Vatikan II melalui dokumen artikel 112 Konstitusi Liturgi menegaskan bahwa musik Gereja kiranya semakin suci jika erat hubungannya dengan upacara ibadat dengan menjadikan ungkapan doa lebih mendalam, rasa kebersatuan hati umat semakin dipupuk dan upacara-upacara suci semakin diperkaya dengan nuansa yang agung dan khidmat. Oleh karena itu untuk membangun sebuah khaznah musik liturgi yang sesuai dengan prinsip tersebut, Konsili Vatikan dalam bab ke-16 Konstitusi Liturgi menekankan sejumlah aspek yang menunjang penataan dan pengembangan musik liturgi, seperti pendidikan musik liturgi, komposisi musik, musik di daerah misi dan sebagainya. Singkatnya, Konsili Vatikan II yang terjadi di abad ke-20 membawa perubahan yang sangat besar dalam musik liturgi Gereja Katolik. Hal ini akan dikaji secara khusus dalam bab empat. 76 Prier, Perkembangan Musik Gereja, h. 35-36. BAB IV BERBAGAI ASPEK DALAM MUSIK LITURGI GEREJA KATOLIK Ada 2 dokumen utama yang dijadikan dasar hukum untuk mengatur masalah musik dalam liturgi, yaitu: • SC Sacrosanctum Concilium disahkan pada tanggal 4 Desember 1963 Paus Paulus VI • MS Musicam Sacram disahkan pada tanggal 5 Maret 1967 dalam kongregrasi untuk Ilahi Aneka ragam pola musik diperbolehkan dalam liturgi. Untuk itu, insan musik gereja harus menanggapi secara kreatif dan bertanggung jawab untuk mengembangkan musik baru dalam liturgi masa kini. Awalnya ada dua pola dalam menyanyikan misa, yaitu: • Misa latin: misa meriah di mana ordinarium + proporium dinyanyikan • Misa sederhana: dimana hanya 4 nyanyian. Misalnya Pembukaan, Persembahan, komuni dan Penutup. 1 Misa tanpa nyanyian tanpa satu lagupun atau dengan penuh nyanyian seluruh misa dinyanyikan….kebayang kan imamnya…nyanyi terus,…. Misa ini dianggap tidak cukup membantu untuk liturgi masa kini. 1 Karl-Edmund Prier, Perkembangan Musik Gereja Sampai Abad ke-20, dalam Gema Duta Wacana, Edisi Musik Gereja Yogyakarta: Gema Duta Wacana, 1994, h. 15. Sejalan dengan perkembangan jaman, kini banyak bagian Misa yang boleh dinyanyikan, baik oleh pemimpin atau jemaat. Resiko dari perkembangan jaman ini terutama insan musik harus memahami hakikat dan fungsi dari setiap bagian misa tersebut

A. Tujuan Musik Liturgi