D. Musik Zaman Renaissance 1400-1600
11
Dibandingkan dengan musik Abad Pertengahan, musik Renesans lebih manusiawi. Hal ini tampak dalam bunyi bulat vokal Renesans, suara yang linear
berkembang dalam Polifon menjadi harmonis. Para komponis tidak lagi mengarang suara satu persatu namun konsep komposisi keseluruhan. Melodinya
disederhanakan dan diperindah dengan potongan-potongan yang ditentukan nafas manusia. Ritmik Gotik yang rumit diganti dengan irama hidup yang mengalir dan
sederhana. Musik vokal diharuskan mengungkapkan isi dan perasaan yang termuat dalam syair.
Selama abad XV di Belgia mulai terbentuk pusat-pusat musik, tempat komponis ternama berkarya atas permintaan pangeran maupun Uskup, di istana-
istana dan gereja Katedral tertentu terbentuk paduan suara, orkes, dan kegiatan kreatif yang cukup subur. Umumnya para komponis tersebut tidak tinggal
menetap, tetapi berkeliling, sehingga di Eropa berkembang gaya musik baru, musik Renesans. Musik ini dikuasai bentuk motet, suatu bentuk musik yang
berpangkal dari syair dan merenungkannya dalam ulangan-ulangan potongan secara Polifon. Disamping musik gereja, berkembang seni musik Profan
12
di Italia Madrigal dengan mutu yang tinggi.
Menjelang Konsili Trente 1545-1563 terdapat dua aliran musik gereja: yang pertama, ingin membendung dan melindungi tradisi musik gereja yakni
11
Prier, Sejarah Musik jilid 1, h. 123.
12
Profan berasal dari kata profane dalam bahasa Inggris, yang menurut bahasa berarti kotor, tidak senonoh, tidak sopan. Namun dalam arti yang berlawanan dengan kata sacred suci
profan berarti duniawi, biasa.” Lihat John M. Echols dan Hassan Sadily, Kamus Inggris Indonesia Jakarta: Gramedia, 1987, hlm. 449.
nyanyian Gregorian dan musik Polifon klasik lama, dan yang kedua, ingin belajar perkembangan musik baru seni Madrigal dengan mencari faedah untuk
musik gereja.
13
Dalam Konsili Trente
14
, pengolahan syair dalam komposisi motet dianggap terlalu bebas termasuk kebiasaan solis memakai hiasan, tambahan dalam
membawakan lagu, sikap sembrono para organis yang memakai musik hiburan sebagai selingan. Mengenai perbedaan kedua aliran, Konsili hanya menuntut agar
syair dalam musik gereja dapat ditangkap dan lagu Profan dihindari dalam ibadat. Nyanyian Gregorian agar dipelihara secara intensif terutama di Seminari-
Seminari. Namun pelaksanaan keputusan diserahkan pada Uskup lokal. Atas dasar ini berkembang pusat-pusat musik gereja lokal, yang diwarnai
oleh tradisi lokal dan dicap oleh pakar musik tertentu. G. P. da Palestrina Penyelamat musik gereja Polifon berhasil menciptakan gaya musik Polifon yang
sangat seimbang dengan mengembangkan teknik Polifon dari sekolah Belanda dan mengembangkannya dengan bunyi indah khas Italia. Selain itu terdapat pakar
musik lain seperti: G. Allegri dengan Miserere, W. A. Mozart, dan Orlando de Lasso yang menyumbangkan 60 misa dan 1200 motet untuk musik gereja.
Sekitar tahun 1600 terjadi perubahan yang cukup besar, musik monodi dengan basso continuo dan dengan akor-akor menggantikan musik modal dan
polifon. Ini dikembangkan di Italia, Jerman dalam gereja Katolik maupun Protestan. Gaya musik monodi dengan iringan basso continuo hanya bertahan
13
Prier, Perkembangan Musik Gereja, h. 37.
14
Prier, Sejarah Musik jilid 1, h. 155.
sementara sampai pertengahan abad XVII kemudian diganti dengan bentuk baru seperti Orgelmesse, Versetti lagu-lagu pendek untuk orgel untuk menggantikan
solis dalam membawakan ayat-ayat Magnificat dan Mazmur. Selain itu muncul juga musik gereja yang murni instrumental seperti Sonata gereja, Epistelsonate,
elevation dan lain-lain.
15
Musik gereja Katolik pada hakikatnya bersifat tradisional, untuk ibadat masa Adven dan Prapaskah, gereja melarang bunyi instrumen meriah sehingga
digunakan musik khas gerejawi seperti Gregorian dan Polifoni a capella gaya Palestrina.
E. Musik Barok 1600-1750