sehingga lebih merupakan proses internalisasi nilai-nilai agama untuk kemudian diamalkan dalam perilaku sehari-hari, praktisnya dalam kehidupan berorganisasi.
2.4. Kerangka Berpikir
Dalam situasi pasar yang semakin kompetitif dan penuh dengan ketidakpastian, perusahaan dihadapkan pada berbagai tantangan baik dari dalam maupun dari luar
organisasi. Maka dari itu diperlukan pengelolaan secara seksama sehingga dapat meningkatkan kualitas produk dan kinerja, salah satunya melalui pengelolaan
sumber daya manusia. Pengelolaan sumber daya manusia yang efektif yaitu dengan mengarahkan karyawan ke arah yang produktif.
Dalam laporan dewan produktivitas nasional tahun 1983 dalam Sedarmayanti, 2009, dikatakan bahwa produktivitas mengandung pengertian
sikap mental yang selalu mempunyai pandangan: “mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini”.
Bernandin dan Russell dalam Triton, 2009 mengatakan bahwa produktivitas secara umum dapat diartikan sebagai tingkat perbandingan antara
hasil yang dicapai output dengan masukan input. Whitmore dalam Sedarmayanti, 2009 mengutarakan bahwa : “Productivity is a measure of the use
of the resources of an organization and is usually expressed as a ratio of the output obtained by the uses resources to the amount resources employed”.
Whitmore memandang bahwa produktivitas sebagai suatu ukuran atas penggunaan sumber daya dalam suatu organisasi yang biasanya dinyatakan
sebagai rasio dari keluaran yang dicapai dengan sumber daya yang digunakan.
Menurut Sedarmayanti 2009, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja. Faktor-faktor tersebut antara lain: sikap
mental, pendidikan, keterampilan, manajemen, hubungan industrial, tingkat penghasilan, gizi dan kesehatan, jaminan sosial, lingkungan dan iklim kerja,
sarana produksi, teknologi, dan kesempatan berprestasi. Salah satu variabel yang diduga mempengaruhi produktivitas kerja adalah variabel tingkat keberagamaan
individu. Keberagamaan individu merupakan bagian dari sikap mental yang merupakan salah satu dari faktor-faktor produktivitas kerja yang berkorelasi
langsung dengan individu sebagai tenaga kerja. Tenaga kerja sebagai individu memiliki peran sentral dalam produktivitas kerja. Individu yang memiliki sikap
mental yang unggul, sejatinya akan memiliki tingkat produktivitas kerja yang baik.
Dari keberagamaan itulah maka sangat diharapkan munculnya individu- individu yang produktif yang memiliki sikap mental yang mahardika, baik dan
tangguh serta mampu memiliki tingkat kegunaan diri yang tinggi dalam hidup, yakni dapat bermanfaat bagi lingkungan sosialnya, khususnya dalam dunia kerja
atau industri dan organisasi. Individu yang produktif atau karyawan yang produktif adalah pribadi yang yakin akan kemampuan dirinya, yang dalam istilah
psikologi sering disebut sebagai orang yang memiliki rasa percaya diri self confidence
, harga diri self esteem, konsep diri self concept yang tinggi. Orang yang demikian dapat dikatakan sebagai orang yang mampu mengaktualisasikan
dirinya Sedarmayanti, 2009.
Berikut adalah indikator-indikator individu yang produktif yang dimodifikasi oleh Sedarmayanti 2009 dari pemikiran Gilmore dan Fromm, yaitu:
a tindakannya konstruktif; b percaya pada diri sendiri; c bertanggung jawab; d memiliki rasa cinta terhadap pekerjaan; e mempunyai pandangan ke depan; f
mampu mengatasi persoalan dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berubah-ubah; g mempunyai kontribusi positif terhadap lingkungannya
kreatif, imaginatif, dan inovatif; h memiliki kekuatan untuk mewujudkan potensinya.
Terkait dengan hal tersebut adalah kutipan hadits Rasulullah Sayyidina Muhammad SAW, yang mengatakan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang
paling bermanfaat bagi orang lain. Dan juga tentang kehidupan bagi seorang muslim itu akan selalu memperbaiki diri setiap hari, hari ini harus lebih baik dari
hari kemarin, jika sama dengan hari kemarin maka termasuk orang yang merugi dan jikalau lebih jelek dari hari kemarin maka termasuk orang yang celaka Al-
Hadits. Hal tersebut senada dengan apa yang dikemukakan oleh Rakhmat 2005
bahwa untuk meneliti peranan agama terhadap seseorang dapat melalui sikap- sikap, perasaan-perasaan, pemikiran-pemikiran, dan tindakan-tindakan yang
dimunculkannya atau biasa di sebut dengan keberagamaan religiousity. Produktivitas kerja merupakan manifestasi dari kinerja karyawan tersebut
dapat bersinergi langsung dengan keberagamaan yang berfungsi sebagai pendongkrak kekuatan alami yang ada di dalam diri para karyawan, yaitu dengan
cara menyadarkan tujuan hidupnya. Dimensi-dimensi keberagamaan mencakup
dari seluruh bagian kehidupan manusia, karenanya apabila kesadaran yang dibentuk berdasarkan keberagamaan maka akan memberikan pengaruh yang
cukup signifikan bagi pegawai dan perusahaan. Pihak perusahaan sendiri pun merupakan bagian dari sebuah sistem atau
konsep keberagamaan sendiri, sehingga perusahaan harus bertindak, dan memiliki kebijakan yang berlandaskan norma-norma universal, yaitu norma agama. Dari
hal tersebut maka diharapkan akan memaksimalkan potensi yang ada dalam diri para karyawan untuk menyadari pentingnya peningkatan kualitas hidup dari hari
ke hari, terutama pihak perusahaan sendiri haruslah memiliki kebijakan yang mendukung keberagamaan karyawannya yang secara tidak langsung akan
menimbulkan peningkatan produktivitas kerja.
2.5. Hipotesis Penelitian