Pengertian Keberagamaan Tingkat Keberagamaan

Karena, hasil maupun masukan dapat dinyatakan dalam waktu, produktivitas tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai suatu indeks yang sangat sederhana : Hasil dalam jam-jam yang standar Masukan dalam jam-jam waktu Masukan pada ukuran produktivitas tenaga kerja seharusnya, menutup jam-jam kerja para pekerja, bagi pekerja kantor maupun bukan. Manajer yang bermaksud mengevaluasi jalannya biaya tenaga kerja dan penggunaan tenaga kerja dapat membagi tenaga kerja perusahaan ke dalam beberapa komponen untuk dianalisa, misalnya, hasil yang sama dapat dihubungkan dengan produksi atau pekerja tata usaha Sinungan, 2009.

2.2. Tingkat Keberagamaan

2.2.1. Pengertian Keberagamaan

William James berpendapat bahwa agama mempunyai peranan sentral dalam menentukan prilaku manusia dan memusatkan perhatian kepada ungkapan keberagamaan dalam berbagai ragamnya. James mendefinisikannya sebagai perasaan, tindakan dan pengalaman individu dalam kesunyian sejauh mereka melihat dirinya berdiri di hadapan apa yang mereka anggap sebagai Ilahi, dan yang dimaksud yang Ilahi artinya “hanyalah realitas pertama yang dirasakan individu untuk direspons dengan penuh kekhusyukan dan kesungguhan, bukan dengan kutukan dan lawakan” Rakhmat, 2005. Daradjat 1991 mengemukakan istilah kesadaran agama religious consciousness dan pengalaman agama religious experience. Kesadaran agama merupakan segi agama yang terasa dalam pikiran dan dapat diuji melalui introspeksi atau dapat dikatakan sebagai aspek mental dari aktivitas agama. Pengalaman agama masalah unsur perasaan dalam kesadaran agama yaitu, perasaan yang membawa keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan. Daradjat menjelaskan keberagamaan mencakup kesadaran agama dan pengalaman agama. Yang dimaksud dengan kesadaran agama adalah bagiansegi agama yang hadir terasa dalam pikiran yang merupakan aspek mental dari aktivitas agama. Sedangkan pengalaman agama adalah unsur perasaan dalam kesadaran beragama, yaitu perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan amaliyah Jalaluddin, 2005. Jalaluddin 2005 memandang keberagamaan sebagai kematangan beragama yakni kemampuan seseorang untuk memahami, menghayati, serta mengaplikasikan nilai-nilai luhur agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari- hari. Nashori dan Mucharam 2002 menjelaskan tentang definisi keberagamaan, yaitu seberapa besar pelaksanaan ibadah dan kaidah, serta seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya. Glock dalam Rakhmat, 2005 menyatakan bahwa keberagamaan seseorang pada dasarnya lebih menunjuk pada pelaksanaan keagamaan yang berupa penghayatan dan pembentukan komitmen, sehingga lebih merupakan proses internalisasi nilai-nilai agama untuk kemudian diamalkan dalam perilaku sehari-hari. Keberagamaan seseorang meliputi dimensi ideologis, ritualistik, eksperiensial, intelektual dan konsekuensial. Rakhmat 2005 membedakan antara agama dengan keberagamaan. Keberagamaan diartikan sebagai pengalaman-pengalaman yang dirasakan oleh para penganut agama meliputi pikiran, perasaan dan tindakan. Gambaran keberagamaan seperti ini oleh Deconchy dalam Rakhmat, 2005 disebut sebagai psikografi. Dari definisi-definisi di atas maka keberagaman adalah sejauh mana nilai- nilai luhur agama mampu di aplikasikan dan di aktualisasikan di dalam kehidupan individu baik rasa, cipta dan karsa.

2.2.2. Dimensi-dimensi Keberagamaan