Gaya Kepemimpinan Bj Habibie Sebagai Presiden Tahun 1998-1999

(1)

GAYA KEPEMIMPINAN BJ HABIBIE SEBAGAI PRESIDEN

TAHUN 1998-1999

SKRIPSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Ilmu Politik Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

D I S U S U N OLEH:

BRAVITASARI NAFTHALIA

040906061

PEMBIMBING I : WARJIO, SS MA diplm

PEMBIMBING II: INDRA KESUMA NST, SIP, MSI

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

ABSTRAKSI

Seorang pemimpin lahir tiap zaman dengan misinya yang beraneka ragam, namun tujuannya sama yaitu memperjuangkan aspirasi banyak orang yang dipimpinnya dalam menuju cita-cita kehidupan aman dan sejahtera.

Ruang lingkup kepemimpinan mulai dari kelompok yang relatif kecil (desa-organisasi lokal), kota-kota yang relatif kecil (Kodya-Kabupaten) dan seterusnya sampai lingkup yang luas seperti organisasi besar yang bersifat sentral menjangkau ke pelosok-pelosok pedesaan. Bahkan sampai pemimpin bangsa atau nasional dan jalinan kerja antar bangsa.

Pada skripsi ini penulis mengangkat judul, ”Gaya Kepemimpinan BJ Habibie Sebagai Presiden Tahun 1998-1999”. Pada skripsi ini penulis ingin mengetahui bagaimana kepemimpinan BJ Habibie ketika menjadi Presiden RI ke-3, bagaimana gaya kepemimpinan BJ Habibie ketika menjadi Presiden RI ke-3. Skripsi ini menggunakan metode penelitian deskriptif, yang dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan, melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain berdasarkan fakta-fakta yang sebagaimana adanya.

Dan gambaran besar dari hasil penelitian ini ialah, ketika BJ Habibie menjabat sebagai Presiden RI ke-3, banyak sekali UU, PP, Kepres, Inpres, RUU yang dihasilkan. Dalam memimpin bangsa ini, BJ Habibie mempunyai tiga landasan Prilaku; sandaran kekuatan rohani, kekuasaan adalah amanah, dan inner dialog. Dan BJ Habibie juga menggunakan lima pendekatan dalam memimpin bangsa ini; pendekatan dialog, proses relaksasi, aproksimasi, redundansi, menghindari polemik dan memanfaatkan underestimate sebagai peluang.


(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI……… i

DAFTAR ISI……… ii

BAB I. PENDAHULUAN……… 1

I.1. Latar Belakang Masalah……….. 1

I.2. Perumusan Masalah... 6

I.3. Tujuan Penelitian... 6

I.4. Manfaat Penelitian... 6

I.5. Tinjauan Pustaka... 7

I.5.1. Teori-Teori Kepemimpinan... 7

I.5.2. Tipologi Kepemimpinan... 10

I.5.3. Teori Kepemimpinan... 16

I.5.4. Fungsi-Fungsi Kepemimpinan... 20

I.5.5. Gaya Kepemimpinan... 22

I.5.6. Kepemimpinan Politik... 23

I.6. Metodologi Penelitian... 24

I.6.1. Metode Penelitian... 24

I.6.2. Teknik Pengumpulan Data... 25

I.6.3. Teknik Analisa Data... 25

I.6.4. Definisi Konsep... 26

I.6.5. Sistematika Penulisan... 27

BAB II. SOSOK BJ HABIBIE... 28


(4)

II.2. Pendidikan... 34

II.3. Perjalanan Profesi... 37

II.4. Kembali ke Indonesia... 39

II.5. Menteri Riset dan Teknologi... 40

II.6. Menjadi Ketua ICMI... 42

II.7. Terjun Kedunia Politik... 46

BAB III. PENYAJIAN DAN ANALISA DATA………... 50

III.1. Kepemimpinan BJ Habibie sebagai Presiden……….. 50

III.1.1. Politik……… 51

III.1.2. Hukum dan HAM………. 53

III.1.3. Otonomi Daerah……… 55

III.1.4. Reformasi ABRI……… 57

III.1.5. Ekonomi………. 57

III.2. Landasan Prilaku Kepemimpinan BJ Habibie dalam Memimpin Kabinet Reformasi Pembangunan……… 59

III.2.1. Sandaran Kekuatan Rohani... 59

III.2.2. Kekuasaan adalah Amanah... 60

III.2.3. Inner Dialog... 61

III.3. Pendekatan dalam Kepemimpinan BJ Habibie... 62

III.3.1. Pendekatan Dialog... 62

III.3.2. Proses Relaksasi (relaxation process)………... 63

III.3.3. Aproksimasi (Approximation)………... 65


(5)

III.3.5. Menghindari Polemik dan Memanfaatkan Underestimate

sebagai Peluang... 67

III.4. Gaya Kepemimpinan... 68

III.5. Analisa Data………. 74

BAB IV. PENUTUP………..80

IV.1. Kesimpulan……….. 80

IV.2. Saran………. 83


(6)

ABSTRAKSI

Seorang pemimpin lahir tiap zaman dengan misinya yang beraneka ragam, namun tujuannya sama yaitu memperjuangkan aspirasi banyak orang yang dipimpinnya dalam menuju cita-cita kehidupan aman dan sejahtera.

Ruang lingkup kepemimpinan mulai dari kelompok yang relatif kecil (desa-organisasi lokal), kota-kota yang relatif kecil (Kodya-Kabupaten) dan seterusnya sampai lingkup yang luas seperti organisasi besar yang bersifat sentral menjangkau ke pelosok-pelosok pedesaan. Bahkan sampai pemimpin bangsa atau nasional dan jalinan kerja antar bangsa.

Pada skripsi ini penulis mengangkat judul, ”Gaya Kepemimpinan BJ Habibie Sebagai Presiden Tahun 1998-1999”. Pada skripsi ini penulis ingin mengetahui bagaimana kepemimpinan BJ Habibie ketika menjadi Presiden RI ke-3, bagaimana gaya kepemimpinan BJ Habibie ketika menjadi Presiden RI ke-3. Skripsi ini menggunakan metode penelitian deskriptif, yang dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan, melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain berdasarkan fakta-fakta yang sebagaimana adanya.

Dan gambaran besar dari hasil penelitian ini ialah, ketika BJ Habibie menjabat sebagai Presiden RI ke-3, banyak sekali UU, PP, Kepres, Inpres, RUU yang dihasilkan. Dalam memimpin bangsa ini, BJ Habibie mempunyai tiga landasan Prilaku; sandaran kekuatan rohani, kekuasaan adalah amanah, dan inner dialog. Dan BJ Habibie juga menggunakan lima pendekatan dalam memimpin bangsa ini; pendekatan dialog, proses relaksasi, aproksimasi, redundansi, menghindari polemik dan memanfaatkan underestimate sebagai peluang.


(7)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

BJ Habibie adalah sosok yang sangat diidolakan oleh masyarakat. Sebagai orang yang jenius yang mampu membuat kapal terbang dan terpakai kepandaiannya di negara modern seperti Jerman. BJ Habibie memulai kariernya ditanah air sebagai Penasehat Pemerintah Indonesia pada bidang teknologi tinggi dan teknologi pesawat. Dan pada tahun 1978 BJ Habibie diangkat menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi. Beliau memegang jabatan ini selama lima kali berturut-turut dalam kabinet pembangunan hingga tahun 1998. Dan selama menjadi menristek ia juga merangkap memegang 47 posisi penting lainnya seperti, Presiden Direktur PT PAL Surabaya, Presiden Direktur Pindad, Ketua Otorita Pembangunan Kawasan Batam, Kepala Direktur Industri Strategis (BPIS).

Sebelum masyarakat Indonesia menggelar pemilihan umum tahun 1997, sebenarnya BJ Habibie pernah menyampaikan niatnya kepada keluarga dan kerabat dekat secara terbatas bahwa ia merencanakan berhenti dari jabatan selaku menteri setelah Kabinet Pembangunan Enam berakhir. Akan tetapi pada tanggal 11 Maret 1998, MPR justru memilih dan mengangkat BJ Habibie sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia ketujuh.1

Pada saat itu Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi merata dikawasan Asia Tenggara. Krisis moneter yang terjadi membuat situasi semakin tidak

1


(8)

terkontrol dan berkembang menjadi krisis multidimensional berkepanjangan diberbagai bidang.

Globalisasi dan pengaruh teknologi pada umumnya dan khususnya teknologi informasi dan teknologi pemberitaan terus berkembang. Dunia menjadi lebih transparan. Rakyat Indonesia menanggapinya dengan menuntut kebebasan, transparansi, keadilan, demokrasi, dilandaskan pada nilai-nilai hak asasi manusia, tanggung jawab asasi, serta keamanan umat manusia dalam waktu sesingkat-singkatnya.

Kecemasan masyarakat akhirnya terefleksikan dalam aksi-aksi unjuk rasa, terutama dimotori kalangan mahasiswa. Pada mulanya, belum terdengar tuntutan agar Presiden mengundurkan diri. Namun selanjutnya, semakin tampak dukungan rakyat kepada pemerintah mulai surut. Akhirnya, unjuk rasa bukan lagi menuntut perubahan politik dan ekonomi, melainkan menuntut perubahan kepemimpinan nasional. Sejak itu dari hari kehari, tuntutan agar Presiden Soeharto mengundurkan diri semakin kencang.

Harmoko, yang berbicara atas nama Pimpinan DPR/MPR, menyampaikan sejumlah tuntutan reformasi yang semakin deras. Tuntutan reformasi itu pada intinya dapat disimpulkan menjadi tiga hal. Pertama, perlunya melaksanakan reformasi total. Kedua, menyampaikan keinginan rakyat agar Presiden Soeharto mengundurkan diri. Ketiga, mendesak dilaksanakannya Sidang Istimewa MPR. Pernyataan Presiden Soeharto menanggapi pernyataan Pimpinan DPR/MPR, bahwa jika rakyat memang menginginkan dia diganti, ia mempersilakan, asal dilakukan secara konstitusional.


(9)

Bila kita lihat kembali, apabila seorang presiden berhenti dari jabatannya yang akan dilakukan secara konstitusional, maka wakil presiden lah yang akan menggantikannya. Ini diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945, pasal 8, yang isi lengkapnya adalah jika Presiden mangkat, berhenti atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya ia diganti oleh Wakil Presiden sampai habis waktunya.

Dan pada tanggal 21 Mei 1998 secara konstitusional, menurut UUD ’45, pasal 8, BJ Habibie sah diangkat menjadi presiden menggantikan Soeharto. Habibie diambil sumpah kewajibannya sebagai Presiden.

Selama BJ Habibie menjabat menjadi Presiden, sebenarnya banyak ide yang dilahirkan, selain melanjutkan kebijakan mantan Presiden Soeharto pendahulunya. Salah satunya seperti yang dikatakan oleh Dody Rudianto, sebenarnya Habibie telah berhasil meletakkan dasar-dasar bangun arsitektural ekonomi yang menjadi landasan perbaikan ekonomi menuju kesejahteraan sosial, yaitu sistem ekonomi pasar sosial yang diwacanakan pada waktu itu. Namun sangat disayangkan waktunya keburu habis. Gagasannya terbengkalai, tidak dilanjutkan oleh presiden penggantinya.2

1. Saya harus banyak mendengar dan tidak boleh terbuka menceritakan kepada siapa saja apa yang akan direncanakan dan dilakukan. Termasuk kepada istri, anak, adik, keluarga, kawan dekat dan sebagainya saya harus Malam sebelum BJ Habibie diangkat menjadi Presiden, ia juga membuat beberapa point penting mengenai langkah-langkah awal, dasar ataupun prinsip, sikap dan kebijakan yang akan diambil, antara lain:


(10)

tertutup. Ini adalah keputusan yang harus diambil dan paling berat untuk dilaksanakan karena bertentangan dengan prilaku, karakter dan sifat saya yang sangat bebas, terbuka dan transparan.

2. Saya mewarisi bentuk institusi kepresidenan yang sangat berkuasa dalam lingkungan dan budaya feodal. Hal ini harus segera saya akhiri, tanpa memberi kesan yang dapat disimpulkan sebagai “penguasa” yang lemah dan takut;

3. Tahanan politik harus segera dilepaskan dan tidak boleh lagi terjadi bahwa orang yang bertentangan dengan pendapat atau rencana Presiden, harus dimasukkan ke dalam penjara, kecuali mereka yang terbukti telah melaksanakan tindakan criminal;

4. Kebebasan berbicara, kebebasan mengeluarkan pendapat, kebebasan pers, dan kebebasan unjuk rasa harus segera dilaksanakan;

5. Saya menyadari dan dapat mengerti, jikalau yang pernah dirugikan dalam masa Orde Baru menilai negatif, bahkan bersikap anti kepada saya karena kedudukan dan kedekatan saya dengan kekuasaan selama hampir 25 tahun lamanya, serta menganggap saya ikut bertanggung jawab atas terjadinya multikrisis yang dihadapi. Oleh karena itu, sikap saya dalam menghadapi semua persoalan harus arif dan toleran demi persatuan dan kesatuan dua ratus juta lebih penduduk Indonesia;

6. DPR dan MPR harus diberi legitimasi yang kuat berdasarkan pemilu yang demokratis. Dan kesempatan terbuka untuk mendirikan partai politik apa saja, diperbolehkan asal tidak melanggar UUD ’45 dan Ketetapan MPR. Untuk itu saya harus berkonsultasi dengan MPR;


(11)

7. Sidang Istimewa MPR harus segera diselenggarakan dalam waktu sesingkat-singkatnya untuk memberi dasar hukum bagi reformasi dan pemilu yang dibutuhkan. Hanya dengan demikian, suatu revolusi dan khaos, yang bisa memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dapat dicegah;3

BJ Habibie adalah seorang insinyur konstruksi pesawat terbang dan doktor teknologi tinggi. Pikiran tenaga dan waktunya, seharusnya bisa tercurah penuh di bidang teknologi. Akan tetapi pada perjalanannya BJ Habibie harus membaginya pada bidang yang benar-benar baru baginya, yaitu dunia politik. BJ Habibie yang brilian dibidang teknologi, ”diseret” untuk belajar politik mulai dari Nol, seperti layaknya anak TK yang baru masuk sekolah. Ini terjadi ketika BJ Habibie diangkat menjadi wakil presiden pada tahun 1997 dan menggantikan Presiden Soeharto karena mengundurkan diri pada 21 Mei 1998.

Kepemimpinan BJ Habibie ketika menjabat menjadi presiden berada pada masa transisi, masa reformasi. Dimana masyarakat meminta begitu banyak kebebasan.

Mencermati pada hal-hal diatas, maka penulis merasa tertarik meneliti tentang ”Gaya Kepemimpinan BJ Habibie sebagai Presiden Tahun


(12)

I.2. Perumusan Masalah

Masalah yang diangkat sebagai isu pokok permasalahan cenderung berada dalam ruang lingkup yang luas dan mendalam. Dari Latar belakang diatas, maka penulis mencoba membuat suatu perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kepemimpinan BJ Habibie sebagai Presiden RI ke-3? 2. Bagaimanakah Gaya Kepemimpinan BJ Habibie ketika menjadi Presiden

RI ke-3?

I.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana kepemimpinan BJ Habibie sebagai Presiden RI Ke-3.

2. Untuk mengetahui bagaimana gaya kepemimpinan BJ Habibie ketika menjadi Presiden RI ke-3.

I.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara Akademis, berfungsi sebagai referensi tambahan bagi mahasiswa Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi Penulis, untuk mengembangkan kemampuan dalam menulis karya ilmiah khususnya di bidang Politik.


(13)

I.5. Tinjauan Pustaka

I.5.1. Teori–Teori Kepemimpinan

Untuk mengetahui dan memahami teori–teori kepemimpinan, dapat dilihat dari beberapa literatur yang pada umumnya membahas yang sama. Dari literatur itu diketahui ada teori yang menyatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan dibuat. Ada juga yang menyatakan bahwa pemimpin itu terjadi karena adanya kelompok orang–orang, dan ia melakukan pertukaran dengan yang dipimpin. Dan teori yang paling mutakhir melihat kepemimpinan lewat prilaku organisasi. Orientasi prilaku ini mencoba mengetengahkan pendekatan yang bersifat ”social learning” pada kepemimpinan. Teori ini menekankan bahwa terdapat faktor penentu yang timbal balik dalam kepemimpinan ini. Faktor penentu ini ialah pemimpin sendiri (termasuk didalamnya kognisinya). Situasi lingkungan (termasuk pengikut–pengikutnya dan variabel–variabel makro) dan prilakunya sendiri. Tiga faktor penentu ini merupakan dasar dari teori kepemimpinan yang diajukan oleh ilmu prilaku organisasi.

Berikut ini akan diuraikan beberapa teori yang tidak asing bagi literatur– literatur kepemimpinan pada umumnya antara lain:

1. Teori Sifat (Trait Theory)

Teori sifat barangkali dapat memberikan arti lebih realistik terhadap pendekatan sifat dari pemimpin, setelah mendapat pengaruh dari aliran prilaku pemikir psikologi, yaitu suatu kenyataan yang dapat diterima bahwa sifat–sifat kepimpinan itu tidak seluruhnya dilahirkan, tetapi juga dapat dicapai lewat suatu pendidikan dan pengalaman. Dengan demikian maka perhatian terhadap


(14)

kepemimpinan dialihkan kepada sifat–sifat umum yang dipunyai oleh pemimpin, tidak lagi menekankan apakah pemimpin itu dilahirkan atau dibuat.

Keith Devis merumuskan empat sifat umum yang nampaknya mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi antara lain:

a. Kecerdasan. Hasil penelitian pada umunya membuktikan bahwa pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipimpin. Namun demikian pemimpin tidak bisa melampaui terlalu banyak dari kecerdasan pengikutnya.

b. Kedewasaan dan keluasaan hubungan sosial. Pemimpin cenderung menjadi matang dan mempunyai emosi yang stabil, serta mempunyai perhatian yang luas terhadap aktivitas sosial.

c. Motivasi diri dan dorongan berprestasi. Para pemimpin secara relatif mempunyai dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi.

d. Sikap–sikap hubungan kemanusiaan. Pemimpin–pemimpin yang berhasil mau mengakui harga diri dan kehormatan para pengikutnya dan mampu berpihak kepadanya.4

2. Teori Kelompok

Teori kelompok ini beranggapan bahwa, supaya kelompok bisa mencapai tujuan–tujuannya, maka harus terdapat suatu pertukaran yang positif diantara pemimpin dan pengikut–pengikutnya. Kepemimpinan yang ditekankan pada adanya suatu proses pertukaran antara pemimpin dan pengikutnya ini, melibatkan juga konsep–konsep sosiologi tentang keinginan–keinginan mengembangkan

4

Miftah Toha, Prilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: PT.Grafindo Persada, 1993, hal.287-288.


(15)

peranan. Para pemimpin yang memperhitungkan pengaruh yang positif terhadap sikap, kepuasan dan pelaksanaan kerja.

3. Model Kepemimpinan Kontijensi dari Fiedler

Model ini berisi tentang hubungan antara gaya kepemimpinan dengan situasi yang menyenangkan itu diterangkan oleh Fielder dalam hubungannya dengan dimensi–dimensi empiris sebagai berikut:

a. Hubungan pemimpin–anggota. Hal ini merupakan variabel yang paling penting didalam menentukan situasi yang menyenangkan tersebut.

b. Derajat dan struktur tugas. Dimensi ini merupakan masukan yang sangat penting, dalam menentukan situasi yang menyenangkan.

c. Politisi kekuasaan pemimpin yang dicapai lewat otoritas formal. Dimensi ini merupakan dimensi yang sangat penting ketika di dalam situasi yang sangat menyenangkan.5

4. Teori Jalan Kecil–Tujuan (Path–Goal Theory)

Secara umum berusaha untuk menjelaskan pengaruh prilaku pemimpin terhadap motivasi, kepuasaan dan pelaksanaan pekerjaan bawahannya. Adapun teori jalan kecil – tujuan, memasukkan empat tipe atau gaya utama kepemimpinan sebagai berikut:

a. Kepemimpinan direktif. Tipe ini sama dengan model kepemimpinan yang otokratis. Bawahan tahu senantiasa apa yang diharapkan dirinya dengan pengarahan yang khusus diberikan oleh pemimpin. Dalam model ini tidak ada partisipasi dari bawahan.

5


(16)

b. Kepemimpinan yang mendukung. Tipe kepemimpinan model ini mempunyai kesediaan untuk menjelaskan sendiri, bersahabat, mudah didekati dan mempunyai perhatian kemanusiaan yang murni terhadap bawahan.

c. Kepemimpinan yang partisipatif. Gaya kepemimpinan ini berusaha meminta dan mempergunakan sarana–sarana dari bawahannya untuk berprestasi.

I.5.2. Tipologi Kepemimpinan

Sebagai titik tolak dalam pembahasan tipologi kepemimpinan yang secara luas dikenal bahwa dewasa ini, kiranya relevan untuk menekankan bahwa gaya kepemimpinan yang menduduki jabatan pimpinan mempunyai kapasitas untuk mengetahui situasi yang dihadapinya secara tepat dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar sesuai dengan tuntutan situasi yang dihadapinya.

Meskipun belum terdapat kesepakatan bulat tentang tipologi kepemimpinan yang secara luas dikenal dewasa ini, lima tipe kepemimpinan yang diakui keberadaannya ialah:

1. Tipologi yang Otokratik

Dilihat dari segi persepsinya, seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois. Egoismenya yang sangat besar akan mendorongnya memutar-balikkan kenyataan yang sebenar-benarnya sehingga sesuai dengan apa yang secara subjektif diinterpretasikan sebagai kenyataan. Dengan egoisme yang sangat besar demikian, seorang pemimpin yang otokratik melihat peranannya sebagai sumber segala


(17)

sesuatu dalam kehidupan organisasional seperti kekuasaan yang tidak perlu dibagi dengan orang lain dalam organisasi, ketergantungan total para anggota organisasi megenai nasib masing-masing dan lain sebagainya. Berangkat dari persepsi yang demikian, seorang pemimpin yang otokratik cenderung menganut nilai organisasi yang berkisar pada pembenaran segala cara yang ditempuh untuk pencapaian tujuannya. Sesuatu tindakan akan dinilainya benar apabila tindakan itu mempermudah tercapainya tujuan dan semua tindakan yang menjadi penghalang akan dipandangnya sebagai sesuatu yang tidak baik dan dengan demikian akan disingkirkannya, apabila perlu dengan tindakan kekerasan. Berdasarkan nilai-nilai demikian, seorang pemimpin otoriter akan menunjukkan berbagai sikap yang menonjolkan keakuannya antara lain dalam bentuk:

a. Kecenderungan melakukan para bawahan sama dengan alat-alat dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka.

b. Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengaitkan pelaksanaan tugas dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahan.

c. Pengabaian peranan bawahan dalam proses pengambilan keputusan, dengan cara memberitahukan kepada para bawahan tersebut bahwa ia telah mengambil keputusan tertentu dan para bawahan tertentu itu diharapkan dan bahkan dituntut untuk melaksanakannya saja.


(18)

Sikap pemimpin demikian akan menampakkan juga pada prilaku pemimpin yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan pihak lain, terutama dengan para bawahannya dalam organisasi. Yang menjadi masalah dalam hal kepemimpinan otokratik ialah keberhasilan mencapai tujuan dan berbagai sasaran-sasaran itu semata-mata karena takutnya bawahan terhadap pemimpinnya dan bukan berdasarkan keyakinan bahwa tujuan yang telah ditentukan itu wajar dan layak untuk dicapai dan disiplin kerja yang terwujud pun hanya karena bawahan selalu dibayang–bayangi ancaman seperti pengenaan tindakan disiplin yang keras, penurunan pangkat, dan bahkan tanpa kesempatan membela diri.

2. Tipologi yang Paternalistik

Tipe pemimpin yang paternalistik banyak terdapat dilingkungan masyarakat yang masih bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat pedesaan. Persepsi seorang pemimpin yang paternalistik tentang peranannya dalam kehidupan organisasional dapat dikatakan diwarnai oleh harapan para pengikutnya kepadanya. Harapan itu pada umumnya berwujud keinginan agar pemimpin mereka mampu berperan sebagai bapak yang bersifat melindungi dan yang layak dijadikan sebagai tempat bertanya dan untuk memperoleh petunjuk. Para bawahan biasanya mengharapkan seorang pemimpin yang paternalistik mempunyai sifat-sifat tidak mementingkan dirinya sendiri, melainkan memberikan perhatian terhadap kepentingan kesejahteraan bawahannya. Akan tetapi sebaliknya, pemimpin yang paternalistik mengharapkan bahwa kehadiran atau keberadaannya dalam organisasi tidak lagi dipertanyakan oleh orang lain.


(19)

Dengan perkataan lain, legitimasi kepemimpinannya dipandang sebagai hal yang wajar dan normal, dengan implikasi organisasionalnya seperti kewenangan memerintah dan mengambil keputusan tanpa harus berkonsultasi dengan para bawahannya. Ditinjau dari segi nilai-nilai organisasional yang dianut, biasanya seorang pemimpin yang paternalistik kepentingan bersama dan perlakuan yang seragam terlihat menonjol juga. Artinya pemimpin yang bersangkutan berusaha untuk memperlakukan semua orang dan semua satuan kerja yang terdapat didalam organisasi seadil dan serata mungkin. Dalam organisasi demikian tidak terdapat penonjolan orang atau kelompok tertentu, kecuali sang pemimpin dengan dominasi keberadaanya.

3. Tipe yang Kharismatik

Seorang pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkrit mengapa orang tertentu tidak dikagumi. Sesungguhnya sangat menarik untuk memperhatikan bahwa para pengikut seorang pemimpin yang kharismatik tidak mempersoalkan nilai-nilai yang dianut, sikap dan prilaku dan gaya yang digunakan pemimpin yang diikutinya itu. Penampilan fisik ternyata bukan ukuran yang berlaku umum karena ada pemimpin yang dipandang sebagai pemimpin yang kharismatik yang kalau dilihat dari penampilan fisiknya saja sebenarnya tidak atau kurang mempunyai daya tarik. Usia pun tidak selalu dapat dijasikan ukuran. Sejarah telah membuktikan bahwa seorang yang berusia relatif muda pun mendapat julukan sebagai pemimpin yang kharismatik. Jumlah


(20)

harta yang dimiliki pun nampaknya tidak bisa digunakan sebagai ukuran. Hanya saja jumlah pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang kharismatik tidak besar dan mungkin jumlah yang sedikit ini juga yang menyebabkan, sehingga tidak cukup data empirik yang dapat digunakan untuk menganalisis secara ilmiah karakteristik pemimpin yang sedemikian dengan rinci.

4. Tipe yang Laissez Faire

Dapat dikatakan bahwa persepsi seorang pemimpin yang laissez faire tentang peranannya sebagai seorang pemimpin berkisar pada pandangannya bahwa pada umumnya organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa-apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan seorang pemimpin tidak terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasional. Dengan sikap yang persuasif, prilaku seorang pemimpin yang laissez faire cenderung mengarah kepada tindak-tanduk yang memperlakukan bawahan sebagai rekan kerja, hanya saja kehadirannya sebagai pemimpin diperlukan sebagai akibat dari adanya struktur hirarki organisasi. Dengan telah mencoba mengidentifikasi karakteristik utama seorang pemimpin yang laissez faire ditinjau dari kriteria persepsi, nilai dan prilaku diatas, mudah menduga bahwa gaya kepemimpinan yang digunakannya adalah sedemikian rupa sehingga:


(21)

a. Pendelegasian wewenang terjadi secara ekstensif.

b. Pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat pemimpin yang lebih rendah dan kepada para petugas operasional, kecuali dalam hal-hal tertentu yang ternyata menuntut keterlibatannya secara langsung.

c. Status quo organisasional tidak terganggu.

d. Pertumbuhan dan pengembangan kemampuan berfikir dan bertindak yang inovatif dan kreatif diserahkan kepada para anggota organisasi yang bersangkutan sendiri.

e. Sepanjang dan selama para anggota organisasi menunjukkan prilaku dan prestasi kerja yang memadai intervensi pimpinan dalam perjalanan organisasi berada pada tingkat yang minimum. 5. Tipe yang Demokratik

Tipe pemimpin yang paling ideal dan paling didambakan adalah pemimpin yang demokratik. Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi sehingga bergerak sebagai suatu totalitas. Seorang pemimpin yang demokratik menyadari benar bahwa akan timbul kecenderungan dikalangan para pejabat pemimpin yang paling rendah dan dikalangan para anggota organisasi untuk melihat peranan suatu kerja dimana mereka berada sebagai peranan yang paling penting, paling strategis dan paling menentukan keberhasilan organisasi mencapai berbagai sasaran organisasional, prilaku mendorong para bawahan menumbuhkan dan mengembangkan daya inovasi dan kreativitasnya.


(22)

Dengan sungguh-sungguh ia mendengarkan pendapat, saran dan bahkan kritik dari orang lain, terutama bawahannya. Bahkan seorang pemimpin yang demokratik tidak akan takut membiarkan para bawahannya berkarya meskipun ada kemungkinan prakarsa itu akan berakibat kesalahan. Jika terjadi kesalahan, pemimpin yang demokratik berada disamping bawahan yang berbuat kesalahan itu, bukan untuk menindak atau menghukumnya, melainkan meluruskannya sedemikian rupa sehingga bawahan tersebut belajar dari kesalahannya itu dan dengan demikian menjadi anggota organisasi yang lebih bertanggung jawab. Karakteristik penting seorang pemimpin yang demokratik yang sangat positif ialah dengan cepat menunjukkan penghargaannya kepada para bawahan yang berprestasi tinggi.6

Teori kepemimpinan adalah penggeneralisasian satu seri prilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang historis, sebab musabab timbulnya kepemimpinan, persyaratan menjadi pemimpin, sifat-sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya, serta etika profesi kepemimpinan.

I.5.3. Teori Kepemimpinan

7

Teori kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan penjelasan dan interpretasi mengenai pemimpin dan kepemimpinan dengan mengemukakan berbagai segi, antara lain:

6

Prof.DR.Sondang P.Siagian MPA, Teori dan Praktek Kepemimpinan, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 1998, hal.27-45.

7


(23)

 Latar Belakang Sejarah Pemimpin dan Kepemimpinan

Kepemimpinan muncul bersama-sama dengan adanya peradaban manusia yaitu sejak zaman nenek moyang manusia berkumpul bersama, lalu bekerja bersama-sama untuk mempertahankan eksistensi hidupnya menentang kebuasan binatang dan alam sekitarnya. Sejak itulah terjadi kerjasama antar manusia dan ada unsur kepemimpinan.

 Sebab Munculnya Pemimpin

Dua teori yang menonjol dalam menjelaskan kemunculan pemimpin yaitu: 1. Teori Genetis menyatakan sebagai berikut:

o Pemimpin itu tidak dibuat, akan tetapi lahir jadi pemimpin oleh bakat-bakat lama yang luar biasa sejak lahirnya.

o Dia ditakdirkan lahir untuk menjadi pemimpin dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga, termasuk yang khusus.

o Secara filosofi, teori tersebut menganut pandangan deterministis. 2. Teori Sosial menyatakan sebagai berikut:

o Pemimpin itu harus disiapkan, dididik dan dibentuk, tidak terlahir begitu saja.

o Setiap orang bisa menjadi pemimpin, melalui usaha penyiapan dan pendidikan, serta didorong oleh kemauan sendiri.

o Teori Ekologis atau Sintesis (muncul sebagai reaksi dari kedua teori tersebut lebih dahulu), menyatakan bahwa seorang akan sukses menjadi kepemimpinan dan bakat-bakat ini sempat dikembangkan


(24)

melalui pengalaman dan usaha pendidikan juga sesuai dengan tuntutan lingkungan ekologisnya.8

 Syarat-Syarat Kepemimpinan

Konsepsi mengenai persyaratan kepemimpinan itu harus selalu dikaitkan dengan tiga hal penting, yaitu:

a. Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu.

b. Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga orang mampu mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh pada pemimpin dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.

c. Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan atau ketrampilan teknis maupun sosial, yang dianggap melebihi dari kemampuan anggota biasa.

Stogdill dalam bukunya ”Personal Factor Associated with Leadership” yang dikutip oleh James A.Lee dalam bukunya “Management Theories and Prescription” menyatakan bahwa, pemimpin itu harus memiliki beberapa kelebihan, Yaitu:

a. Kapasitas seperti kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara (verbal facility), keaslian, kemampuan manilai.

b. Prestasi (echievement) seperti gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan, perolehan prestasi dalam olahraga.

8


(25)

c. Tanggung jawab seperti mandiri, berinisiatif, tekun, ulet, percaya diri, agresif dan punya hasrat untuk unggul.

d. Partisipasi seperti aktif, memiliki jiwa sosialbilitas tinggi, mampu bergaul, kooperatif atau suka bekerja sama, mudah menyesuaikan, punya rasa humor.

e. Status seperti meliputi kedudukan sosial-ekonomi yang cukup tinggi, popular dan tenar.

Sedangkan Earl Nightingale dan White Scult dalam bukunya ”Creative Thingking How to Win Ideas” (1965) menuliskan kemampuan pemimpin dan syarat yang harus dimiliki ialah:

a. Kemandirian, berhasrat memajukan diri sendiri (individualism)

b. Besar rasa ingin tahu dan cepat tertarik pada manusia dan benda-benda (corius).

c. Multi trampil atau memiliki kepandaian beraneka ragam. d. Memiliki rasa humor, antusiasme tinggi, suka berkawan. e. Perfeksionis, selalu ingin mendapatkan yang sempurna f. Mudah menyesuaikan diri, adaptasinya tinggi.

g. Sabar namun ulet, serta tidak berhenti.

h. Waspada, peka, jujur, optimis, berani, gigih, ulet, realistis. i. Komunikatif, serta pandai berbicara atau berpidato. j. Berjiwa wiraswasta.

k. Sehat jasmaninya, dinamis, sanggup dan suka menerima tugas yang berat, serta berani mengambil resiko.


(26)

m. Berpengetahuan luas dan haus akan ilmu pengetahuan.

n. Memiliki motivasi tinggi dan menyadari target atau tujuan hidupnya yang ingin dicapai, dibimbing oleh idealisme tinggi.

o. Punya imajinasi tinggi, daya kombinasi dan daya inovasi

Yang jelas, pemimpin itu harus memiliki beberapa kelebihan dibandingkan anggota-anggota biasa lainnya. Sebab kelebihan-kelebihan tersebut dia bisa berwibawa dan dipatuhi oleh bawahannya. Terutama sekali ilah kelebihan di bidang moral dan akhlak, semangat juang, ketajaman intelegensi, kepekaan terhadap lingkungan dan keuletan. Dan yang penting lainnya ialah memiliki integritas kepribadian tinggi.

I.5.4. Fungsi-Fungsi Kepemimpinan

Fungsi-fungsi kepemimpinan secara singkat adalah sebagai berikut: 1. Pemimpin sebagai Penentu Arah

Telah umum diketahui bahwa setiap organisasi diciptakan atau dibentuk sebagai wahana untuk mencapai suatu tujuan tertentu, baik yang sifatnya jangka panjang, jangka sedang, maupun jangka pendek yang tidak mungkin tercapai apabila diusahakan dan dicapai oleh para anggotanya yang bertindak sendiri-sendiri. Dengan kata lain, arah yang hendak ditempuh oleh organisasi menuju tujuannya harus sedemikian rupa sehingga mengoptimalkan pemanfaatan dari segala sarana dan prasarana yang tersedia. Arah yang dimaksud tertuang dalam strategi dan taktik yang disusun dan dijalankan oleh organisasi yang bersangkutan. Tergantung pada jenjang hirarki jabatan pemimpin yang diduduki oleh seorang dalam


(27)

suatu organisasi. Keputusan yang diambil dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Keputusan strategik

b. Keputusan yang bersifat taktik c. Keputusan yang bersifat teknis d. Keputusan oprasional

2. Pemimpin sebagaiWakil dan Juru Bicara Organisasi

Tidak ada yang mempersoalkan kebenaran pendapat yang mengatakan bahwa dalam usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasarannya, tidak ada organisasi yang bergerak dalam suasana terisolasi. Artinya, tidak ada organisasi yang akan mampu mencapai tujuannya tanpa memelihara hubungan yang baik dengan berbagai pihak diluar organisasi yang bersangkutan sendiri. Prinsip yang sama berlaku bagi suatu instansi pemerintah dalam suatu negara. Dengan bertitik tolak dari kenyataan bahwa suatu instansi pemerintah mempunyai wewenang melaksanakan tugas-tugas pengaturan dan berkewajiban memberikan pelayanan kepada masyarakat, tidak ada satupun instansi pemerintah yang dapat menjalankan wewenangnya dengan baik dan memberikan pelayanan yang menjadi tanggung jawabnya dengan memuaskan tanpa memelihara hubungan yang baik dengan berbagai pihak dalam dan luar pemerintah yang bersangkutan. Kebijakan dan kegiatan organisasi perlu dijelaskan kepada berbagai pihak tersebut, dengan maksud agar berbagai pihak tersebut mempunyai pengertian yang tepat tentang kehidupan organisasional yang bersangkutan.


(28)

3. Pimpinan sebagai Komunikator yang Efektif

Pemeliharaan hubungan baik keluar maupun kedalam dilakukan melalui proses komunikasi, baik secara lisan maupun secara tertulis. Berbagai kategori keputusan yang telah diambil disampaikan kepada para pelaksana melalui jalur komunikasi yang terdapat dalam organisasi. Bahkan sesungguhnya interaksi yang terjadi antara atasan dengan bawahan, antara sesama pejabat pimpinan dan antara sesama petugas pelaksana kegiatan operasioanal dimungkinkan terjadi dengan serasi berkat terjadinya komunikasi yang efektif. Tidak dapat disangkal bahwa salah satu fungsi pimpinan yang bersifat hakiki adalah berkomunikasi secara efektif. Demikian pentingnya komunikasi yang efektif itu dalam usaha peningkatan kemampuan memimpin seseorang sehingga dapat dikatakan bahwa penguasaan teknik-teknik komunikasi dengan baik merupakan condition sine qua non bagi setiap pejabat pemimpin.

I.5.5. Gaya Kepemimpinan

Istilah gaya kepemimpinan secara kasar adalah sama dengan cara yang dipergunakan pemimpin didalam mempengaruhi para pengikutnya. Gaya kepemimpinan merupakan norma prilaku yang digunakan oleh sesorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi prilaku orang seperti ia lihat.

Adapun gaya kepemimpinan yang dikenal antara lain: 1. Gaya Kepemimpinan Kontinum

Ada dua bidang yang berpengaruh yang ekstrem. Pertama, bidang pengaruh pimpinan dan kedua, bidang pengaruh kebebasan bawahan.


(29)

Kedua bidang pengaruh ini dipergunakan dalam hubungannya kalau pemimpin melakukan aktivitas pembuatan keputusan.

2. Gaya Kepemimpinan Grid

Dalam pendekatan ini, manager berhubungan dengan dua hal, yakni produksi di satu pihak dan orang-orang dipahak lain. Managerial Grid ditekankan bagaimana pemimpin memikirkan mengenai produksi dan hubungan kerja dengan manusianya.9

Secara teoritis, untuk membangun sebuah sistem yang demokratis dibutuhkan pemimpin yang memiliki komitmen yang kuat pada demokrasi.

Dalam hal ini ia harus mengetahui kualitas atau kebijakan-kebijakan yang diambil, memahami proses dan prosedur, melalui penelitian dan kreativitas, memahami kualitas pelayanan staffnya, melakukan efisiensi dalam bekerja.

I.5.6. Kepemimpinan Politik

10

Kris Nugroho membedakan dua tipe kepemimpinan politik. Pertama, kepemimpinan politik yang personal dan kepemimpinan politik pluralistic.

Pemimpin yang tidak memiliki komitmen kepada demokrasi, berdasarkan kekuasaan yang dimilikinya, akan dengan mudah menghancurkan sendi-sendi demokrasi yang ada dalam sistem tersebut.

11

9

Miftah Toha, op.cit, hal.306.

10

Alfian, Masalah dan Prospek Pembangunan Politik di Indonesia: (Kumpulan Karangan), Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, Hal.179.

11

Kris Nugroho, Mengembangkan Kepemimpinan Demokratis dari Kekuasaan Personal ke

Pluralistik, Makalah pada Seminar Nasional XI dan Kongres III Asosiasi Ilmu Politik

Tipe kepemimpinan personal lebih didasarkan pada kedudukan sebagai bagian dari elite masyarakat, sedangkan kepemimpinan pluralistic didasarkan pada dukungan


(30)

yang luas dari masyarakat yang secara politik pluralistic. Menurut Nugroho, untuk alasan pembenaran politik tertentu, kekuasaan personal dalam satu segi mendukung terciptanya kohesivitas elite massa serta mampu meredam krisis politik yang akan terjadi. Namun, untuk menghasilkan pemerintahan yang demokratis, kekuasaan personal merupakan hambatan bagi terbentuknya sistem politik demokrasi. Untuk menuju sistem politik yang demokratis sistem politik yang bersangkutan perlu mengembangkan budaya politik yang berorientasi pada pluralistik politik.12

Pada sisi lain, apa yang disebut Nugroho sebagai pemimpin personal ini hampir sama dengan apa yang pernah disebut Max Weber sebagai pemimpin kharismatik. Tipe pemimpin ini mendasarkan legitimasi kepemimpinannya pada sifat-sifat ghaib unggul atau paling sedikit pada kekuatan-kekuatan khas dan luar biasa. Artinya, status kepemimpinan tersebut diperoleh berdasarkan ’mitos-mitos’ tertentu yang melekat pada dirinya.13

Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan, melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian seseorang, masyarakat dan lain-lain, pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

I.6. Metodologi Penelitian I.6.1. Metode Penelitian

14

12

Ibid, hal.307.

13

Anthony Giddens, Kapitalisme dan Teori Sosial Modern: Suatu Analisis Karya Tulis Marx,

Durkheim, dan Max Weber, Jakarta:UI Press, Hal.197.

14

Hadari Nawawi, Metodologi Penelitian Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada university Press, hal.63.


(31)

Usaha yang mendeskripsikan fakta-fakta itu pada tahap permulaan tertuju pada usaha yang mengemukakan gejala-gejala secara lengkap didalam aspek yang diselidiki, agar jelas keadaan atau kondisinya. Pada umunya penelitian dekriptif merupakan penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah-langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis.

I.6.2. Teknik Pengumpulan Data

Salah satu hal yang perlu dilakukan dalam persiapan penelitian adalah mendayagunakan sumber-sumber informasi yang tersedia. Pemanfaatan perpustakaan diperlukan baik untuk penelitian bahan dokumen (data sekunder).

Dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian dan pengumpulan data sebagai berikut:

Library Research Methods (Metode Penelitian Kepustakaan) yaitu sumber yang diambil langsung berasal data buku, majalah, surat kabar dan literature lain yang berhubungan dengan judul skripsi ini. Dengan demikian diperoleh data sekunder sebagai kerangka kerja teoritis.

I.6.3. Teknik Analisa Data

Tahap selanjutnya dalam penulisan skripsi ini adalah melakukan analisis terhadap masalah yang telah dirumuskan. Untuk menganalisis data yang dikumpulkan, penulis menggunakan teknik analisis:


(32)

Teknik Analisis Deskriptif

Adalah suatu teknik analisa yang menggambarkan suatu peristiwa, tingkah laku, perbuatan dari objek yang diteliti sehingga dapat diperoleh Gaya Kepemimpinan BJ Habibie Sebagai Presiden Tahun 1998-1999.

I.6.4. Definisi Konsep

Definisi konsep merupakan hal yang penting dalam penelitian yang dipakai oleh peneliti untuk menggambarkan secara abstrak suatu kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian. Ilmu sosial.15

1. Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang. Seorang pemimpin juga seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama.

Dalam penelitian skripsi ini penulis menggunakan definisi konsep sebagai berikut:

2. Kepemimpinan adalah kemampuan, proses atau fungsi pada umumnya untuk mempengaruhi orang-orang agar berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

15

Masri Singarimbun dan Sutian Effendi, Metode Penelitian Survei, Jakarta, LP3ES, 1995, hal.33.


(33)

I.6.5. Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan

Yang menjelaskan berupa latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka serta metodologi penelitian

Bab II : Sosok BJ Habibie

Bab III : Kepemimpinan BJ Habibie sebagai Presiden RI ke-3, Gaya kepemimpinan BJ Habibie sebagai Presiden RI ke-3

Bab IV : Penutup


(34)

BAB II

SOSOK BJ HABIBIE

Siapa sebenarnya BJ Habibie dan apa perannya sehingga anak kecil hingga orang tua begitu mendengar nama BJ Habibie tergetar hatinya.BJ Habibie telah menjadi impian dan juga idaman setiap orang. Manusia yang pintar, genius dan sangat diidolakan. Bukan hanya karena BJ Habibie menciptakan suatu industri pesawat terbang yang canggih. Akan tetapi karena dengan rendah hati selalu dikatakan BJ Habibie bahwa semua yang bisa disaksikan sekarang ini, berupa industri pesawat terbang yang telah berhasil membuat CN-235 dan N-250, bukanlah hasil karya ia sendiri, melainkan karya dari seluruh putra-putri Indonesia yang bekerja di Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN).

Mengutip kesan seorang dari Bell Helicopter ketika Pameran Dirgantara yang diadakan bulan Juni 1986 sebagai berikut: “Apa yang akan terjadi jika BJ Habibie menghilang dari pentas? Tidak ada! BJ Habibie memang unik. Dia adalah satu-satunya. Saya tidak pernah membayangkan akan ada seperti dia lagi dalam generasi ini. Tetapi si genius BJ Habibie telah menciptakan sesuatu yang lebih besar dari dirinya. Dia tidak akan lagi menjadi pengendali pada abad berikutnya. Warisan yang dibuat untuk Indonesia adalah menciptakan manajemen kelas menengah yang tetap hadir walau BJ Habibie ada atau tidak ada disini, IPTN akan meneruskan momentumnya. Bawalah pergi BJ Habibie tetapi momentum akan tetap berlanjut. Indonesia dengan atau tanpa BJ Habibie, sudah berada pada industri penerbangan yang hebat pada abad ke-21.16

16


(35)

Atau seperti yang dikatakan oleh Letnan Jenderal (purn.) CPM. Djatikusumo: ” Kalau dia bisa buat pesawat terbang, saya tidak kagum. Tapi kalau ia bisa membuat orang-orang yang bisa membuat pesawat terbang dalam waktu singkat, tidak sampai satu generasi, itu saya kagumi. Itu yang paling hebat.17

BJ Habibie bagaimanapun adalah seorang manusia yang lahir dengan segala fenomena yang menarik. Jiwa patriotismenya tidak pernah luntur sampai menembus batasan-batasan waktu. Patriotisme baginya tidak hanya berkobar di masa perang kemerdekaan, tetapi juga dalam memasukkan kemampuan teknologi tinggi bagi bangsa dan negaranya.18

BJ Habibie selalu konsisten dan optimistis dalam segala hal dan program yang dilaksanakannya. Optimisme yang penuh perhitungan misalnya menjadi modal dan falsafah dalam kehidupannya, merupakan salah satu faktor yang sampai saat ini membawa keberhasilannya, baik sebagai ayah dalam suatu keluarga, maupun sebagai eksekutif dalam pemerintah dan top manajer proyek-proyek industri pemerintah. Dengan optimisme dan achievement-nya, BJ Habibie disebut sebagai ”Pembawa abad teknologi ke Indonesia” atau sebagai “Dinamo Indonesia”.19

Mungkin benar seorang wartawan asing menulis bahwa BJ Habibie benar-benar patut dinamakan sebagai “Orang yang ditakdirkan.” Aspirasi dan tujuan hidupnya adalah sama dan harmonis dengan negerinya. Jika kita membaca sepuluh tahun yang silam berita-berita yang menceritakan rencana-rencananya,

17

Solichin Salam, Mutiara dari Timur, PT.Intermasa, 1986, hal. 147.

18

A, Makmur Makka, BJ Habibie Kisah Hidup dan Kariernya, Jakarta: Gema Insani Press, 1998, hal.17


(36)

sulit dijumpai hal-hal yang meleset seperti apa yang dikatakannya dan jikapun ada hampir tidak ada artinya.20

Ada satu hal bagi orang awam menimbulkan rasa takjub dan rasa ”kagum,” sebab BJ Habibie seakan-akan mempunyai kekuatan supernatural, yaitu apa pun yang ia pegang akan ”jadi,” bahwa ia mempunyai “tangan dingin” atau “tangan emas.” Bahwa ide-idenya yang oleh orang lain biasa dianggap fantastis atau dirasakan seolah-olah dibuat-buat ternyata dapat diwujudkan dengan baik. Orang yang tidak mengenalnya mungkin akan berkata bahwa itu hanyalah faktor “Luck atau hoki” saja.21

Janjinya pada tahun 1974 kepada Presiden Soeharto untuk membuktikan bahwa 10 tahun kemudian Indonesia akan menunjukkan karyanya memproduksi kapal terbang pertama rancangan dan buatan putra-putri Indonesia, begitu juga sebuah lembaga yang akan mengontrol mikro ekonomi Indonesia dalam hal ini BPP Teknologi serta Laboratorium Puspiptek, dan telah terbukti ditahun 1986.22

BJ Habibie, dikenal dengan sebutan Habibie atau Rudy. Lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, pada tanggal 25 Juni 1936. Kelahiran BJ Habibie dibantu oleh seorang bidan yang oleh orang Bugis disebut “Sanro.” Bidan itu bernama Indo Melo.

II.1. Perjalanan Hidup

23

20

A Makmur Makka, Dari Pare-Pare Lewat Aachen, Intermasa, 1986, Hal.10.

21

Dr.Ing.Wardiman Djojonegoro, Kenangan Setengah Abad Prof.Dr.Ing.BJ Habibie, SABJH, Cipta Kreatif, 1986, Hal.137.

22

Harsono D. Pusponegoro, Prof.Dr.Ing.BJ Habibie Genap Setengah Abad, SABJH, Cipta Kreatif, 1986, Hal 252.

23

A Makmur Makka, BJ Habibie Kisah Hidup dan Kariernya, Op cit, Hal.21.

Habibie beragama Islam. Anak ke-4 dari delapan bersaudara. Putra-putri keluarga Alwi Abdul Djalil Habibie dan R.A.Tuti Marini Puspowardoyo.


(37)

Kedelapan bersaudara ini adalah: Titi Sri Sulaksmi, Satoto Muhammad Duhri, Alwini Khalsum, BJ Habibie, Jusuf Effendy, Sri Rejeki, Sri Rahayu dan Suyatim Abdurrahman. Seorang anak laki-laki juga lahir dari keluarga ini yang diberi nama Ali Buntarman. Ia lahir pada tahun 1945 dan meninggal di tahun 1946, karena menderita sakit, dan dikebumikan di Pare-Pare.

Ayah Habibie, Alwi Abdul Jalil Habibie, lahir dan dibesarkan di Gorontalo, Sulawesi Utara. Suku Bugis yang dikenal sebutan Lamaksa, termasyur karena keberaniannya berpetualang mengusir para perompak dari daerahnya. Alwi Abdul Jalil Habibie, dalam posisinya sebagai pejabat dinas pertanian yang membawahi beberapa kabupaten, banyak mengembangkan inovasi di bidang pertanian dari hasil karyanya khususnya tanaman buah-buahan.24

Keluarga Alwi Abdul Jalil Habibie, dikenal di daerahnya sebagai keluarga yang berkecukupan. Hidup cukup dari gaji sebagai pejabat di dinas pertanian dan usaha-usaha pertanian keluarga inovatif. Harta kekayaan kelurga meliputi rumah tinggal, lahan pertanian dan kuda balap.

Ibu BJ Habibie, R.A. Tuti Marini Puspowardoyo, lahir di Yogyakarta 10 November 1911. anak dari seorang dokter spesialis mata di Yogya, ayahnya Puspowardoyo bertugas sebagai penilik sekolah.

25

Dalam usia 13 tahun, rudy, panggilan yang biasa digunakan untuk BJ Habibie, ditinggal wafat ayahnya. Alwi Abdul Djalil Habibie, mantan Kepala Jawatan Pertanian Sulawesi Selatan. Almarhum ayah BJ Habibie meninggal pada tanggal 10 September 1950, sewaktu beliau sedang menjadi Imam memimpin shalat Isya bersama keluarga. Tepatnya ketika beliau sedang sujud sambil

24


(38)

mengucapkan Allahu Akbar.26 Ibunya yang asal Jogyakarta, kemudian membesarkannya. ”Ketika ibu sedang hamil delapan bulan, beliau bersumpah disisi jenazah ayah, bagaimanapun ia akan menyekolahkan anak-anaknya sampai selesai,” kata BJ Habibie.27

BJ Habibie kecil senang menyanyi, berenang, main layang-layang, naik kuda, main kelereng dan mallogo (logo); permainan dari tempurung segi tiga. BJ Habibie kecil juga periang dan optimistis. Ia merasa sebagai anak yang tidak pernah menyusahkan orang lain. Tidak pernah membuat problem. BJ Habibie suka menyendiri, tidak ambil pusing. Ia tidak merasa lebih pintar, dan juga tidak merasa lebih bodoh, tidak merasa iri dan juga tidak mengganggu.28

Dari kecil watak BJ Habibie berbeda dari saudara-saudaranya. Ia termasuk anak yang senang mengerjakan sesuatu. Dirumah ia senang membaca buku apa saja. Menurut kakaknya yang paling tua, Titi Sri Sulaksmi, pada waktu kecil ia harus setiap hari membujuk BJ Habibie (rudy) adiknya untuk keluar rumah bermain dan bergaul dengan teman-teman yang lain.

29

Titi Sri Sulaksmi juga bercerita bahwa, ketika BJ Habibie masih di taman kanak-kanak, ia sering mengantarnya ke sekolah. Sebagaimana layaknya jika anak-anak baru mengenal sekolah, maka guru atau siapa saja sering bertanya: Rudy kalau besar mau jadi apa? Jawab BJ Habibie tegas dan pasti, bahwa ia mau jadi insinyur. Jawaban seperti ini dari seorang anak kecil memang agak luar biasa. Maklum pada masa itu di kota Pare-Pare hanya ada seorang dokter umum, dokter hewan dan paling tinggi jabatan teknik di pekerjaan umum dipegang oleh

26

BJ Habibie, Op cit hal.96.

27

Ahmad Shahab, Op cit Hal.Xiii.

28

A Makmur Makka, BJ Habibie Kisah Hidup dan Kariernya, Op cit, Hal.28.

29


(39)

opzichter. Tetapi mungkin juga karena pada saat itu ada seorang insinyur baru, kalau tidak salah namanya insinyur Sumawi, kata Titi Sri Sulaksmi. Tapi ia lupa apakah tinggal di Pare-Pare atau Makassar, yang jelas insinyur yang baru datang itu jadi pembicaraan orang-orang, maklum pada saat itu belum banyak insinyur. Mungkin BJ Habibie mendengar cerita dari kehebatan insinyur itu sehingga dengan pasti ia dapat menyatakan bercita-cita menjadi insinyur, tambah Titi Sri Sulaksmi.30

Pemuda BJ Habibie adalah seorang muslim yang sangat alim, taat beribadah dan selalu berpuasa pada senin dan kamis. Sifat tegas berpegang pada prinsip hidup yang disiplin telah ditunjukkan BJ Habibie sejak masa kanak-kanak. Jauh sejak masa kanak-kanak, BJ Habibie biasa menjadi penengah dalam pertengkaran teman-temannya.

Sejak kecil sifat BJ Habibie memang lebih serius. Dia tidak seperti lainnya, bermain setelah menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Dan jika main dengan Blokken (micano), ia akan membuat kapal terbang dan sebagainya.

31

BJ Habibie menempuh pendidikan TK dan SD di Kota Parepare dan Ujung Pandang. Kemudian, ia menyeselaikan sekolah menengah di SMP Negeri 5 Bandung tahun 1951 dan SMA Kristen Dago, Bandung tahun 1954. Setelah menyelesaikan sekolah menengah, BJ Habibie masuk kuliah di ITB Bandung.32

30

Ibid, Hal.28-29.

31

Ahmad Shahab, Op cit, Hal. 8.

Akan tetapi BJ Habibie hanya setahun kuliah di ITB Bandung. Atas usaha ibunya, BJ Habibie memperoleh beasiswa dari Departemen P&K (sekarang Depdiknas) untuk melanjutkan studi ke Jerman. Pada 1955-1960, ia melanjutkan studi penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di RWTH Aachen, Jerman


(40)

Barat.33

Pada awal 1962, BJ Habibie pulang ke Indonesia. Ketika pulang kampung ini, BJ Habibie mempunyai kesempatan untuk bertemu kembali dengan teman lamanya, masih juniornya di SMAK Dago Bandung, perempuan cantik, lulusan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, bernama dr.Hasri Ainun Besari, putri keempat dari Bapak H. Mohammad Besari. Pertemuan ini menumbuhkan cinta diantara ke duanya. Dan akhirnya mereka menikah pada tanggal 12 Mei 1962.

Gelar Doktor konstruksi pesawat terbang, predikat summa Cum Laude juga diraihnya pada tahun 1960-1965.

34

Setelah menikah BJ Habibie kembali ke Jerman dengan membawa isterinya. Dalam pernikahannya, mereka dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal. Kedua putranya ini lahir di Jerman, dan mengikuti jejak ayahnya juga di Jerman.35

Setelah ayahnya meninggal tahun 1950, BJ Habibie sekeluarga pindah ke Bandung untuk melanjutkan pendidikannya. Di Bandung, BJ Habibie menuntut ilmu di Gouvernments Middlebare School, zaman sekarang setingkat SMU. Di SMU, ia mulai terlihat menonjol prestasinya, terutama dalam pelajaran-pelajaran eksakta. BJ Habibie menjadi sosok favorit di sekolahnya.

II.2. Pendidikan

36

33

Ibid, Hal. 30-31.

34

Ibid, Hal. 10-11.

35

Ibid.

36

Ibid, Hal. 27.


(41)

adalah siswa paling muda usianya dan paling kecil perawakan di kelas, tetapi paling tinggi tinggi prestasinya, terutama dalam mata pelajaran eksakta.37

Salah seorang guru BJ Habibie SMAK Dago adalah (Prof Dr) Dody Tisna Amidjaja, di kemudian hari menjadi Rektor ITB, kini sudah almarhum, menggambarkan BJ Habibie sebagai murid yang mengesankan dan favorit di antara teman-temannya.38 Beberapa tahun kemudian, murid favorit ini menyusul gurunya belajar di Jerman. Hubungan mereka tidak pernah putus; ada ikatan batin yang kuat antara kedua tokoh yang semula guru-murid ini. ” BJ Habibie adalah pribadi yang berbudi, hormat kepada guru-gurunya, yang tidak hilang oleh panas dan surut karena waktu, serta berkurang karena tinggi kedudukan. 39

Bagi BJ Habibie, masa kuliah di Jerman adalah masa hidup prihatin. Biaya yang serba pas-pasan kiriman ibunya membuat BJ Habibie bekerja keras menyelesaikan studinya. BJ Habibie tiba di Jerman hanya dengan satu sasaran, yaitu mau cepat pulang untuk membantu Ibunya. Itu juga penyebab BJ Habibie hampir tidak mengenal liburan musim panas. Seluruh semester di tempuhnya, sementara teman-temannya yang mendapat beasiswa dari pemerintah Indonesia pergi belibur karena tidak ada batas waktu beasiswa. Pada usia 22 tahun, yaitu Minat BJ Habibie sangat tinggi terhadap pesawat terbang. Sejak muda ia memang sudah terkagum-kagum oleh dunia teknologi, dan bercita-cita menjadi seorang insinyur belajar teknik di ITB. Setelah kuliah selama satu semester pada Departemen Teknik Elektro di ITB, BJ Habibie melanjutkan studinya di Jerman.

37

Ibid. Hal. 28

38


(42)

pada tahun 1960, BJ Habibie lulus sebagai insinyur dengan yudisium ”dengan pujian” (magna cum Laude).40

Masa-masa penuh keprihatinan berlanjut ketika BJ Habibie menempuh program doktornya, atas biaya sendiri. Ketika itu, BJ Habibie telah mempunyai istri dan anak. Mereka tinggal pada sebuah apartemen kecil di pinggiran kota Aachen, sekitar 15 kilometer jaraknya dari pusat kota. Penghasilan BJ Habibie diperoleh dari honor sebagai asisten dalam bidang konstruksi ringan di perguruan tingginya dan bekerja sambilan pada perusahaan kereta api Talbot yang memproduksi gerbong.41

Selama kuliah BJ Habibie juga aktif berorganisasi, bahkan sempat terpilih dan diangkat sebagai Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Aachen. Di samping itu, BJ Habibie tercatat sebagai pimpinan Ikatan Mahasiswa Unesco.42

BJ Habibie termasuk jenius, pada usia 24 tahun, ia telah berhasil meraih gelar Diplom Ing dengan nilai cum-laude pada jurusan konstruksi pesawat terbang di Technische Honchschule Aachen. Prestasi yang istimwa BJ Habibie raih juga ketika belajar, setiap ujian yang ditempuhnya selalu lulus dengan baik. Bahkan nilainya diatas teman-teman sekelasnya orang-orang Jerman. Ia terlihat begitu mudah menyeselaikan soal-soal IPA dan matematika, yang oleh orang lain dianggap sulit.43

BJ Habibie mendapat gelar Diploma Ingineur di Jerman tahun 1960 dari Technische Hochschule yang kemudian mendapatkan gelar Doktor Ingineur tahun 1965 dengan predikat summa cum laude dari tempat yang sama. Pada tahun 1967,

40

Ibid, Hal. 31.

41

Ibid.

42

Ibid, Hal. 32.

43


(43)

BJ Habibie menjadi Profesor kehormatan (Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung.44

”Waktu saya mencapai gelar doktor, saya orang pertama yang membuat skripsi dalam bidang aeronotika setelah Perang Dunia Kedua. Orang Jerman tidak ada, termasuk senior-seniornya,” kata BJ Habibie.45

Riwayat profesi BJ Habibie dimulai dalam dunia penerbangan, ketika ia mendapat beasiswa dari pemerintah Indonesia untuk belajar di Technische Honchschule Die Facultaet Fue Maschinenwesen, Aachen, Jerman, pada tahun 1956.

II.3. Perjalanan Profesi

46

Karier BJ Habibie semakin kelihatan berkembang setelah ia memperoleh gelar doctor ingenieur pada tahun 1965. Rata-rata nilai mata kuliahnya 10. Prestasi ini yang membuat ia semakin dipercaya untuk menjadi Kepala Departemen Riset dan Penerbangan Analisis Struktur di Hamburger Flugzeugbau (HFB). Tugas utamanya adalah memecahkan persoalan kestabilan konstruksi bagian belakang pesawat Fokker 28. dan sangat luar biasa, hanya dalam waktu enam bulan saja, masalah itu terpecahkan oleh BJ Habibie.

Setelah mendapatkan gelar diploma ingenieur jurusan konstruksi pesawat terbang pada tahun 1960, sambil melanjutkan kuliahnya, BJ Habibie menjadi asisten Riset Ilmu Pengetahuan Institut Konstruksi Ringan di kampusnya.

47

44

Ibid, Hal. 33.

45

Ibid.

46

Ibid, Hal. 43.

Potensi akademis BJ Habibie semakin diperhitungkan di kalangan perusahaan di Jerman. Maka BJ Habibie pun memutuskan untuk bekerja di Jerman.


(44)

Ketika BJ Habibie bekerja di sebuah industri pesawat terbang Hamburger Flugzeugbau (HFB) di Jerman, ia memperoleh kepercayaan lebih bergengsi lagi, yaitu mendesain utuh sebuah pesawat baru. Satu diantara buah karyanya adalah prototipe DO-31, pesawat baling-baling tetap pertama yang mampu tinggal landas dan mendarat secara vertikal, yang dikembangkan HFB bersama industri Donier. Rancangan ini lalu dibeli oleh Badan Penerbangan dan Luar Angkasa Amerika Serikat (NASA).48

BJ Habibie hanya sampai tahun 1969 di HFB, karena kemudian BJ Habibie di minati oleh industri pesawat terbesar yang bermarkas di Hamburg bersama Messerschmitt Boelkow Blohm Gmbh (MBB). Ditempat yang baru ini, pada tahun 1973, karier BJ Habibie menanjak tajam, hingga berhasil menjabat sebagai Vice President atau Direktur Teknologi MBB. Hanya BJ Habibie adalah satu-satunya orang diluar kebangsaan Jerman, yang mampu menduduki posisi strategis sebagai orang kedua tertinggi dalam lingkungan direksi itu. Sekaligus tercatat sebagai orang Indonesia pertama yang menduduki jabatan tertinggi di perusahaan Jerman tersebut. 49

Karier BJ Habibie terbilang sangat lancar dan gemilang. Sebelumnya, ia bekerja pada perusahaan Hamburger Flugzeugbau GMBH, Hamburg, Jerman antara tahun 1965-169, menjabat sebagai Kepala Riset dan Pengembangan Analisis Struktur. Kemudian ketika pindah kerja ke MBB Gmbh, di Hamburg dan Munchen antara 1969-1973, menjabat Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada Pesawat Komersial dan Angkut Militer. Selanjutnya diangkat menjadi Wakil

48

Ibid, Hal. 44.

49


(45)

Presiden atau Direktur Teknologi pada MBB Gmbh, Hamburg dan Munchen tahun 1973.50

Belum lama menduduki posisi bergengsi itu, pada tahun 1974, BJ Habibie memutuskan untuk kembali ke Indonesia, karena dipanggil oleh Presiden Soeharto, yang kemudian diberi posisi sebagai konsultan Direktur Pertamina.

51

Sesampainya di Indonesia, BJ Habibie langsung ditugaskan untuk memimpin Divisi Advanced Technology Pertamina, yang merupakan cikal BPPT, tahun 1974-1978. Selain itu, BJ Habibie juga ditugaskan untuk segera membangun industri pesawat terbang di Bandung. Dalam waktu dua tahun, PT. Nurtanio (yang nantinya berubah nama menjadi IPTN), sudah mulai beroperasi.

II.4. Kembali ke Indonesia

Pada tahun 1973, Presiden Soeharto meminta BJ Habibie untuk pulang kembali ke Indonesia. Atas permintaan tersebut, pada tahun 1974, BJ Habibie bersedia pulang kembali ke Indonesia untuk memenuhi panggilan Presiden Soeharto tersebut.

52

Di samping BJ Habibie merangkap pekerjaan pengembangan teknologi di perusahaan perminyakan strategis PT. Pertamina, di Indonesia, sekaligus ia juga sebagai penasehat pemerintah Indonesia di bidang pengembangan teknologi dan pesawat terbang yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden Soeharto, pada tahun 1974-1978. 53

50

Ibid.

51

Ibid, Hal. 45.

52


(46)

II.5. Menteri Riset dan Teknologi

Pada tahun 1978, BJ Habibie ditunjuk sebagai Menteri Riset dan Teknologi (Menristek). Jabatan ini dipegangnya sampai akhirnya pada Maret 1998 dia dinobatkan sebagai wakil presiden Republik Indonesia.54

Sejak BJ Habibie menjabat Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) sekaligus Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tahun 1978-1998. Saat itu, BJ Habibie berkiprah dalam upaya pengembangan teknologi kedirgantaraan di Indonesia. Hasilnya antara lain pesawat terbang pertama buatan Indonesia CN-235 dan N-250.55

Dengan menggunakan hubungannya dengan perusahaan Jerman, dia memulai dengan merakit helikopter Messerschmitt di sebuah hangar di Bandung. Operasi ini diperluas dengan mempekerjakan 20,000 pekerja dalam membuat pesawat terbang turboprop berukuran kecil dan sedang. BJ Habibie merintis industri pesawat terbang dan galangan kapal serta beberapa industri strategis lain.56

Rencana yang spektakuler tersebut telah dirancang untuk pesawat terbang komersial buatan Indonesia dalam menyaingi perusahaan angkasa luar Eropa dan Amerika.57

Namun akhirnya dijumpai titik kritis pada biaya tinggi dari industri-industri ini yang mana sangat bergantung pada proteksi tarif yang sangat mahal,

54

Ibid, Hal. 58-59.

55

Ibid, Hal. 59.

56

Ibid.

57


(47)

dan minimnya jumlah penjualan yang belum terjamin misalnya untuk angkatan bersenjata dan perusahaan penerbangan nasional.58

BJ Habibie selama 20 tahun (1978-1998), menjabat Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek), sekaligus Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), memimpin 10 perusahaan BUMN Industri Strategi, seperti PT. PAL (industri kapal), Pindad (senjata), LEN (elektronik), Krakatau Steel (baja), Dahana (bahan peledak), Inka (kereta api), dan PT Inti (telekomunikasi), dan lain-lain.

59

Mengenai jabatannya yang banyak, BJ Habibie mengomentari, ”pekerjaan saya memang banyak jika dilihat dari deretan-deretannya. Tapi jika diperhatikan, semua itu hanya satu, yakni pengembangan teknologi”. Pernyataan yang sama dikemukakan oleh Presiden Soeharto yang memberikan kepercayaan kepada BJ Habibie untuk memegang berbagai jabatan tersebut. ”kelihatannya banyak jabatan rangkap yang sebenarnya erat hubungannya satu dengan yang lain, ialah teknologi dan industri”, tulis presiden ketika memberikan catatan pada peringatan setengah abad BJ Habibie tahun 1986.60

Dalam bekerja, BJ Habibie lebih banyak didasari oleh motivasi yang tumbuh dari dalam sebagai ilmuwan. Baginya, motivasi keilmuwan berada diatas motivasi ekonomi. Motivasi yang ini juga, yang membawanya kembali ke Indonesia untuk mengembangkan teknologinya, meskipun dari segi penghasilan, jabatannya sebagai Wakil Presiden MBB, jauh melebihi kebutuhan keluarganya.

58

Ibid.

59


(48)

Jabatan-jabatan sekarang lebih ia pandang dari segi misi keilmuwan daripada jabatannya itu sendiri atau penghasilan yang diperolehnya.61

Kredo kepakaran sangat menonjol pada BJ Habibie. Dalam pandangannya, seorang profesional adalah orang yang mempunyai kredibilitas dan reputasi tersebut harus diakui oleh rekan-rekan seprofesi, bukan diucapkan sendiri. Sikap yang harus melekat pada ilmuwan profesional adalah kebenaran, kejujuran, ketelitian, ketekunan, kepolosan, kesederhanaan, keterbukaan, skeptisisme, percaya diri, mandiri, tidak memihak, dan tidak fanatik. Semua sikap ini melekat pada BJ Habibie.62

Sebagai Menteri Riset dan Teknologi, BJ Habibie memperkenalkan strategi lompatan pembangunan yang diharapkan melompati tahapan teknologi ketrampilan rendah, langsung kesebuah bangsa maju. Namun, sejumlah kalangan, terutama ekonom, mengecam kebijakan BJ Habibie tersebut dengan alasan proyek-proyek berteknologi tinggi yang diwujudkan dalam bentuk pesawat terbang dan kapal laut terlalu boros anggaran.

63

Gagasan untuk menyelenggarakan simposium cendikiawan muslim dan sekaligus membentuk Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia muncul dari sekelompok Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang yang tergabung dalam kelompok kegiatan kerohanian Islam. Pada waktu itu mahasiswa ini merasa prihatin melihat kondisi umat Islam anatara lain seolah-olah terjadi adanya polarisasi dalam kepemimpinan umat. Karena itu, para mahasiswa tersebut

II.6. Menjadi Ketua ICMI

61

Ibid, Hal. 60.

62

Ibid.

63


(49)

mengadakan diskusi pada bulan Februari 1990 untuk membicarakan kemungkinan mengadakan simposium dan membentuk Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia. Mereka kemudian berkonsultasi antara lain dengan Rektor Universitas Brawijaya, Rektor Universitas Muhammadiyah, serta beberapa cendikiawan muslim lainnya di Malang. Salah satu tokoh yang mereka ingin calonkan menjadi Ketua Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia itu kelak adalah BJ Habibie, karena tokoh tersebut mereka kagumi setelah membaca riwayat hidupnya dalam sebuah majalah.64

Pertemuan pertama mahasiswa dengan BJ Habibie berlangsung di Mushalla Gedung BPP Teknologi setelah shalat Jum’at tanggal 3 Agustus 1990. Para mahasiswa tersebut diajak masuk ke ruang kerja BJ Habibie. Pada kesempatan itu, para mahasiswa menyampaikan gagasan mengadakan simposium dan meminta kesediaan BJ Habibie untuk memberikan makalah utama pada simposium tersebut.65 Berdasarkan kesediaan dan undangan BJ Habibie maka pada tanggal 8 Agustus 1990, panitia simposium mengirim dua surat kepada BJ Habibie. Surat pertama menyampaikan bahwa simposium cendikiawan muslim Indonesia akan diadakan di Malang pada tanggal 6-8 Desember 1990 dengan tema ”Sumbangsih Cendikiawan Muslim Menuju Era Tinggal Landas.” Surat kedua pada tanggal yang sama, panitia menyampaikan jumlah peserta yang akan hadir pada acara silatuhrahmi di PT PINDAD itu, 40 orang terdiri dari Peserta Simposium, Pembina dari Universitas Brawijaya serta Panitia.66

Permohonan untuk bertemu dan mengadakan wawancara itu akhirnya dilaksanakan pada 23 Agustus 1990, pukul 13.00 di ruang kerja BJ Habibie di 64

A Makmur Makka, BJ Habibie Kisah Hidup dan Kariernya, Op cit, Hal.133.

65


(50)

Gedung (lama) BPP Teknologi Lantai 3 Jl. M.H.Thamrin No.8 Jakarta.67 Dalam pertemuan ini, delegasi mengulangi menyampaikan gagasan mahasiswa Universitas Brawijaya untuk mengadakan simposium dan sekaligus membentuk Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) serta BJ Habibie dicalonkan menjadi Ketua Umum. BJ Habibie kembali menegaskan kesediaannya untuk menghadiri simposium tersebut sebagai pemberi makalah utama. Tetapi mengenai pencalonannya sebagai ketua yang akan dibentuk itu, BJ Habibie mengatakan bahwa secara pribadi ia bisa menerima. Namun demikian, sebagai menteri atau anggota kabinet, terdapat peraturan bahwa ia tidak diperbolehkan menjadi anggota suatu organisasi tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden Republik Indonesia. Untuk mendapatkan izin dari Bapak Presiden, maka ia perlu menunjukkan bukti-bukti bahwa ia diminta dan dicalonkan untuk menjadi Ketua ICMI yang akan dibentuk. Karena itu, perlu dikumpulkan beberapa tanda tangan dari para cendikiawan yang mengusulkan pencalonan tersebut.68

Akhirnya dengan surat tertanggal 31 Desember 1990, panitia menyerahkan surat kepada BJ Habibie berikut tanda tangan 49 cendikiawan muslim yang setuju mencalonkan BJ Habibie sebagai Ketua Umum ICMI. Dalam surat tersebut, resmi diminta kesediaan BJ Habibie untuk dicalonkan menjadi Ketua Umum ICMI yang rencananya akan dibentuk bersama dalam acara simposium di Malang pada tanggal 6-8 Desember 1990. Pertimbangan pencalonan BJ Habibie dalam surat tersebut didasarkan pada tiga hal: (1) Prestasi yang bersangkutan sebagai cendikiawan muslim yang telah diakui secara nasional dan internasional; (2) nama baik BJ Habibie yang walaupun sudah menyandang suatu

67

Ibid, Hal. 135.

68


(51)

jabatan politik, tetapi masih sangat menonjol dalam bidang profesi insinyur maupun manajer; (3) keyakinan para penanda tangan atas keikhlasan hati BJ Habibie di dalam komitmennya terhadap agama Islam.69

Surat yang ditanda tangani oleh 49 cendikiawan muslim ini disampaikan beberapa hari kemudian oleh BJ Habibie kepada Presiden Soeharto sebagai dasar pencalonannya sebagai Ketua Umum ICMI yang akan dibentuk di Malang. Presiden Soeharto menyetujui niat 49 Cendikiawan tersebut dan memberikan pengarahan kepada BJ Habibie antara lain bahwa jika ICMI akan dibentuk maka haruslah tetap berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta mematuhi undang-undang keormasan yang ada.70

Dan simposium berlangsung sesuai rencana pada tanggal 6 sampai dengan 8 Desember 1990 bertempat di Student Centre Universitas Brawijaya Malang yang diikuti oleh 460 peserta dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Presiden Soeharto secara resmi membuka simposium. Pada tanggal 7 Desember 1990 pukul 19.30 WIB, acara symposium dilanjutkan dengan muktamar kilat pembentukan Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia. Muktamar berakhir pukul 22.00 WIB dan melalui muktamar kilat tersebut sejarah mencatat lahirnya Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia. BJ Habibie terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum untuk periode 1991-1995, sekaligus sebagai formatur tunggal.

71

Dalam percakapan dengan kyai dan tokoh-tokoh Islam yang dipimpin oleh Ketua MUI, K.H. Hasan Basri, BJ Habibie berkata, “saya ini bukan kyai, bukan pula manusia ahli agama. Pertama, saya hanya manusia biasa yang beragama 69

Ibid, Hal. 136-137.

70


(52)

Islam dan melaksanakan ajaran Islam secara sunguh-sungguh, tidak berbeda dengan yang lain. Kedua, saya hanya seorang insinyur yang bisa membuat kapal terbang dan memimpin pembangunan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, malah kalau perlu mendobrak sesuatu. Tetapi saya sadari bahwa di belakang ilmu pengetahuan, manusia harus mempunyai iman. Dalam hal ini saya berusaha akan menjadi manusia demikian itu. Jadi konsekuensinya, kalau saudara-saudara para cendikiawan mengharapkan bahwa yang memimpin ICMI itu mempunyai tugas pemimpin bangsa atau umatnya supaya Institut Agama Islam Negeri (IAIN) dan pesantren-pesantren semua menjadi juara nasional atau internasional Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ), saya bukanlah orangnya. Silahkan memilih yang lain, saya tidak mau dan tidak sanggup. Tetapi bukan berarti saya tidak akan membantu. Saya akan membantu, tetapi kekuatan saya tidak dibidang itu. Sebaliknya, kalau saya diminta untuk membina, memimpin cendikiawan muslim se-Indonesia untuk membina untuk membina umat menjadi lebih pintar dan mandiri menguasai IPTEK, sehingga bisa menentukan nasibnya dan masa depannya sendiri, menguasai ilmun pengetahuan dalam arti yang luas untuk pembangunan, maka Insya Allah, dengan doa restu para kyai dan para santri, seluruh cendikiawan Indonesia saya pimpin secara sistematis bergerak memerangi kebodohan dan kemiskinan.”72

Semula BJ Habibie masuk ke dunia politik lantaran tawaran kalangan ICMI yang membawa ia menjadi Ketua Umum ICMI. Pikiran, tenaga dan

II.7. Terjun Kedunia Politik

72


(53)

waktunya seharusnya bisa tercurah penuh di bidang teknologi, akhirnya harus terbagi pada bidang yang sama sekali baru bagi dirinya yaitu politk. BJ Habibie belajar politik dari Nol, seperti anak TK yang baru masuk sekolah. Dunia politik bukan domain hidupnya, walaupun pernah menjadi menteri ristek sebagai jabatan politik, karena kedekatan pribadi dengan Presiden Soeharto.73

BJ Habibie mempunyai alasan tersendiri kenapa ia akhirnya harus terjun ke dunia politik, karena menurutnya evolusi yang dipercepat dalam bidang teknologi terbukti berhasil di China dan India, berkat dukungan politik dan tersedianya pasar yang cukup besar.74

BJ Habibie menyatakan kecewa ketika Dana Moneter Internasioanal IMF, merekomendasikan agar bantuan keuangan bagi Industri Pesawat Terbang Nusantara, IPTN dan PT PAL dihentikan. Mengapa para pemimpin politik Indonesia mau ikut kepada perintah IMF, yang menurut BJ Habibie tidak rasional. Aset bangsa yang sudah dipertaruhkan di industri teknologi tinggi, tinggal memetik hasilnya, tetapi harus dihentikan begitu saja. Padahal, prestasi keilmuwan BJ Habibie selama ini dapat diandalkan. BJ Habibie mendapatkan pengakuan di dunia internasional. Ia menjadi anggota kehormatan berbagai lembaga di bidang ke dirgantaraan, antara lain di Gesselschaft fuer luft und Raumfahrt (Lembaga Penerbangan dan Angkasa Luar) Jerman, The Royal Aeronautical Society London (Inggris), The Royal Swedish Academy of Engineering Sciences (Swedia), The Academie Nationale de l’Air et de l’Espace (Prancis), dan The US Academy of Engineering (Amerika Serikat). Sedangkan dalam bentuk penghargaan, BJ Habibie menerima Award von Karman (1992)

73


(54)

yang di bidang kedirgantaraan boleh di bilang gengsinya hampir setara dengan Hadiah Nobel. Dan dua tahun kemudian menerima penghargaan yang tidak kalah bergengsi, yaitu Edward Warner Award.75

Komentar BJ Habibie, “Tidak memprioritaskan teknologi dan ilmu pengetahuan adalah salah. Seluruh dunia tahu bahwa tidak ada kemajuan tanpa penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.”76

Oleh karena itu, usaha untuk menduduki kekuasaan politik tertinggi (kursi presiden) diharapkan akan dapat menunjang program teknologinya untuk memperoleh dukungan politik. BJ Habibie mengomando dua kekuatan besar sekaligus yaitu, bidang teknologi dan politik.77

Sebenarnya semula targetnya sederhana, hanya ingin menjadi wakil presiden demi menyelamatkan karya-karya bangsa jangan sampai terdistorsi oleh kepentingan politik yang sempit, tetapi nasib membawanya berbeda, BJ Habibie malah memperoleh posisi politik yang lebih tinggi lagi, yaitu ia diangkat menjadi Presiden menggantikan Presiden Soeharto.78

Karier politik BJ Habibie di Indonesia, sebelum menjabat Presiden, adalah wakil Presiden (Maret 1998-21 Mei 1998), sebelumnya dalam Kabinet Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto ia menjabat Menteri Negara Riset dan Teknologi sejak tahun 1978 sampai Maret 1998. sewaktu menjabat sebagai Menristek, BJ Habibie terkenal sebagai penyokong proyek ekonomi keuangan

75

Ibid, Hal. 75-76.

76

Ibid, Hal. 76.

77

Ibid.

78


(55)

nagara yang mahal yang ditujukan untuk membuat Indonesia berkecukupan secara teknologi. 79

Sewaktu pemerintahan Presiden Soeharto, tidak ada orang yang bisa meramal secara tepat, siapa yang akan menggantikannya. Demikian juga ketika Presiden Soeharto berkuasa yang diangkat MPRS menjadi presiden seumur hidup. Tidak ada yang bisa meramalkan BJ Habibie akan menjadi presiden.

80

Sebuah terobosan kehidupan BJ Habibie, dari orang yang semula dianggap mengerti soal teknologi, tiba-tiba diawal dekade 90, BJ Habibie memasuki kancah politik. Bandul politik, yang ketika itu bergerak meninggalkan ABRI, membuat munculnya BJ Habibie makin mendapat respon. Banyak intelektual, mendukung di belakang BJ Habibie, dengan impian tentang masyarakat sipil.81

79

Ibid, Hal. 127

80


(56)

BAB III

PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

III.1. Kepemimpinan BJ Habibie Sebagai Presiden

William Liddle (1977: 177) pernah menggambarkan Orde Baru Soeharto sebagai hanya berlabuh dan tidak berlayar. Ketika pemerintahan-pelaksana BJ Habibie mengambil alih dalam bulan Mei 1998, pemerintah itu ibarat sampan dalam badai, dihempas angin yang berubah-ubah arah. Anginnya adalah modal internasional dan masyarakat dalam negeri yang menuntut reformasi politik, keadilan dan pangan. Indonesia demikian terpukul oleh kemelut ekonomi dan politik. Maka, banyak yang memandang sang insinyur aeronotika didikan Jerman itu akan tidak berdaya mengatasi transisi dari pemerintahan yang praktis dictatorial menuju demokrasi multi partai.82

Ada undang-undang yang berhasil diselesaikan pada masa BJ Habibie, dan ada juga yang diselasaikan oleh pemerintah selanjutnya. Dalam bagian ini kita akan melihat apa saja yang dibuat oleh seorang insinyur pesawat terbang, yang menjadi Presiden RI ketiga. Tidak sedikit yang telah dibuat oleh BJ Habibie, yang Kalau dilihat kembali BJ Habibie memimpin bangsa ini sangat singkat dari tanggal 21 Mei 1998 sampai 20 Oktober 1999, atau hanya 512 hari. Akan tetapi serangkaian kebijakan yang menjangkau seluruh sendi masyarakat, baik di sektor politik, ekonomi dan sosial budaya dihasilkan di Kabinet Reformasi Pembangunan, yang di pimpin oleh BJ Habibie.

82

Chris, Manning, Peter Van Diermen, Indonesia Di Tengah Transisi, Yogyakarta: LKiS, 2000. hal.17.


(57)

selanjutnya akan menjadi dasar dalam dalam proses demokratisasi dan juga globalisasi di bangsa ini. Penulis akan membaginya kebeberapa bagian yaitu:

III.1.1. Politik

Pemerintahan BJ Habibie telah menghasilkan serangkaian kebijakan politik secara sistematis yang dapat menjadikan fondasi kuat bagi bangsa Indonesia menuju masyarakat yang lebih demokratis. Antara lain ialah:

 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik. Berdasarkan undang-undang inilah berdiri 181 partai politik baru. Dari jumlah itu, sebanyak 48 parpol di antaranya diperkenankan mengikuti pemilihan umum. Jumlah ini jauh lebih banyak dibandingkan din era sebelumnya, yang hanya tiga organisasi politik.

 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang pemilihan umum sebagai landasan untuk menciptakan pemilihan umum yang demokratis, jujur, adil serta transparan.

Pemilu 1999 merupakan pemilihan umum demokratis pertama setelah Pemilu 1955. untuk melaksanakan Pemilu 1999, lebih dahulu dipersiapkan sejumlah UU sebagai landasan baru proses Pemilu. UU tersebut antara lain memunculkan ratusan partai-partai politik sebagai wujud demokrasi. Setelah diseleksi dengan persyaratan ketat, jumlah Parpol yang awalnya ratusan menjadi 48 Parpol. KPU sebagai penyelenggara Pemilu diisi oleh wakil-wakil Parpol dan diketuai Rudini. Ketika KPU dead lock karena belum berhasil mengumumkan hasil Pemilu, BJ Habibie mengambil alih dan mengumumkan hasil Pemilu. BJ Habibie juga menandatangani suara pemenang Pemilu sebagai kepala negara.


(58)

 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan DPR/MPR dan DPRD. Melalui undang-undang tersebut usaha pemberdayaan DPR/MPR dan DPRD dalam melaksanakan tugas, wewenang dan haknya dan mengembangkan kemitraan dan kesetaraan dengan lembaga eksekutif dan legislatif.

 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang tindak pidana korupsi. Yang diselesaikan melalui bantuan Menteri Kehakiman. UU ini merombak total UU No.3/1971, melihat munculnya perkembangan-perkembangan yang terjadi.

Nilai-nilai dasar demokrasi yang telah dibangun di era Kabinet Reformasi Pembangunan telah memberikan sumbangan cukup signifikan dalam proses demokratisasi di Indonesia. Ide dasar pertama adalah gagasan bagaimana dapat menciptakan sebuah sistem kepemerintahan yang baik atau good governance, salah satunya adalah bagaimana dapat membangun pemerintahan yang transparan, akuntabel dan responsive terhadap aspirasi rakyat.

 Gagasan pembuatan UU untuk memberantas tindak pidana korupsi tidak dapat dilepaskan dari pesan Tap MPR tahun 1998 tentang pemerintahan dan penyelenggaraan pemerintah yang bersih dan bebas KKN. Tap MPR itu dijabarkan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan pemerintah yang bersih dan bebas KKN. Itu adalah semacam code of conduct.

 Selanjutnya disusul Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pembentukan dan pelaporan harta kekayaan pejabat Negara, sekaligus sebagai dasar pembentukan Komisi Pelaporan Kekayaan Pejabat Negara (KPKPN).  Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kebebasan pers.


(1)

BAB IV PENUTUP

Bab terakhir dalam penulisan skripsi ini adalah Bab Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.

IV.1. Kesimpulan

Yang menjadi kesimpulan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

A. Ketika BJ Habibie menjadi Presiden Republik Indonesia ke-3, Indonesia berada dalam masa transisi, dimana rakyat menuntut banyak kebebasan. Akan tetapi BJ Habibie dan juga pemerintahannya berhasil menghasilkan 68 Undang baru, 3 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, 109 Peraturan Pemerintah, 249 Keputusan Presiden, 31 Instruksi Presiden, dan 17 Rancangan UU yang diserahkan ke DPR untuk dibahas. Dan ini semua menjadi dasar demokrasi yang ada di republik Indonesia.

B. Dalam kepemimpinannya menjadi Presiden Republik Indonesia ke-3, BJ Habibie mempunyai tiga landasan prilaku: a) sandaran kekuatan rohani. Salah satu hal yang menonjol dari BJ Habibie adalah sifat keberagamaannya yang kental. BJ Habibie meyakini apa pun yang terjadi adalah kehendak Tuhan, walaupun kadang-kadang bertentangan dengan kehendak manusia. b) kekuasaan adalah amanah. Salah satu yang mendasari prilaku kepemimpinan BJ Habibie adalah pemahamannya tentang ”kekuasaan”. Menurut BJ Habibie kekuasaan bukanlah tujuan,


(2)

melainkan sarana perjuangan atau pengabdian kepada bangsa dan negara. Kekuasaan adalah amanah yang harus ditunaikan dengan baik, demi kepentingan rakyat dalam arti yang sebenarnya. c) inner dialog. Terbawa dari kebiasaanya sebagai seorang insinyur, yang harus memperhitungkan dengan terperinci segala sesuatunya. BJ Habibie melontarkan pertanyaan kepada dirinya sendiri mengenai hal-hal mendasar yang terkait dengan permasalahan yang sedang dihadapi. Kemudian dengan menggunakan referensi informasi serta logika nilai yang dipunyainya, BJ Habibie menjawab sendiri berbagai persoalan tersebut dalam menentukan langkah, kebijakan atau keputusan yang akan diambil. Dalam mengambil kebijakan sebagai presiden, BJ Habibie selalu melakukan inner dialog terlebih dahulu.

C. Pendekatan yang digunakan BJ Habibie dalam kepemimpinannya ketika menjadi Presiden Republik Indonesia ke-3: a) pendekatan dialog. Ini sangat terlihat di Kabinet Reformasi Pembangunan. BJ Habibie selalu melakukan dialog dengan siapapun dan dimana pun untuk menghasilkan suatu kebijakan. b) Proses Relaksasi. Proses ini bagi BJ Habibie merupakan bagian dari pengelolaan krisis, yang bertujuan untuk mengelola perubahan dari situasi yang tidak menentu menjadi keadaan yang terkendali. c) Aproksimasi. Pendekatan ini berasumsi bahwa dalam kehidupan tidak ada (dan tidak mungkin) dilakukan pemecahan masalah secara sempurna. Yang bisa diusahakan manusia adalah mendekati sempurna. Oleh karena itu, masalah harus diselesaikan melalui pendekatan


(3)

perkiraan berjenjang atau aproksimasi. d) redundansi. Ini adalah suatu upaya mengoptimalkan keberhasilan suatu langkah atau kebijakan dengan memanfaatkan ”cadangan” pengaman seefisien mungkin, namun dapat menjamin stabilitas dan keamanannya. e) menghindari polemik dan memanfaatkan underestimate sebagai peluang. Suatu sifat yang khas dari BJ Habibie dalam menghadapi persoalan yang terkait dengan masalah masyarakat luas, khususnya masalah politik, BJ Habibie selalu menghindari polemik. Baginya polemik cenderung tidak sehat dan bukannya memecahkan masalah. Dalam menghadapi berbagai kritik, cemoohan atau bahkan penghinaan, BJ Habibie berusaha untuk menahan diri dan tidak terpancing untuk berpolemik. Itu semua akan dibalas oleh BJ Habibie dengan perbuatan nyata, sebagai jawaban atas cemoohan tersebut.

D. Dalam gaya kepemimpinannya BJ Habibie adalah seorang pekerja keras, orang polos yang tidak tahan pada keruwetan yang dibuat-buat, suka menolong orang lain, taat pada agama, suami dan ayah penuh kasih sayang. BJ Habibie juga seorang yang perfeksionis, selalu berusaha melakukan sesuatu dengan maksimal. BJ Habibie juga berpegang pada prinsip, “Bersikaplah rasional bertindaklah konsisten, berlakulah adil.”


(4)

IV.2. Saran

Selain kesimpulan diatas, yang menjadi bagian dari bab penutup ini adalah saran. Saran dari penulis adalah sebagai berikut:

A. BJ Habibie telah menanamkan dasar-dasar demokrasi di negara ini, Penulis mengharapkan agar apa yang telah dilakukan oleh BJ Habibie tidak disia-siakan oleh pemerintahan setelah beliau. Dan juga agar demokrasi dijalankan dengan sebenar-benarnya.

B. Penulis berharap kedepan ada sebuah kajian yang lebih mendalam yang mengupas lebih tajam bagaimana gaya kepemimpinan BJ Habibie sebagai Presiden Republik Indonesia ke-3, serta membuat analisis yang lebih mendalam.

C. Penulis juga berharap, agar skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pembaca.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Alfian, Masalah dan Prospek Pembangunan Politik di Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Djojonegoro, Dr Ing Wardiman, Kenangan Setengah Abad Prof.Dr.Ing.BJ

Habibie, SABJH, Cipta Kreatif, 1986.

Giddens, Anthony, Kapitalisme dan Teori Sosial Modern, Jakarta: UI Press. Habibie, B.J, Detik-Detik yang Menentukan, Jakarta: THC Mandiri, 2006.

Haricahyono, Cheppy, Ilmu Politik dan Perspektifnya, Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1991.

Kartono, Kartini, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2005.

Makka, A Makmur, BJ Habibie Kisah Hidup dan Kariernya, Jakarta: Gema insani Press, 1998.

Makka, A. Makmur, Dari Pare-Pare Lewat Aachen, PT. Intermasa, 1986.

Makka, A. Makmur, The True Life of Habibie Cerita di Balik Kesuksesan, Jakarta: Pustaka IIMaN, 2008.

Manning, Chris dan Peter Van Diermen, Indonesia Di Tengah Transisi, Yogyakarta: LKiS, 2000.

Nawawi, Hadawi, Metodologi Penelitian Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University, 1991.

Nugroho, Kris, Mengembangkan Kepemimpinan Demokratis Dari Kekuasaan

Personal ke Pluralistik, Makalah pada Seminar Nasional XI dan Kongres III

Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI), Jakarta 25-27 Januari 1994.

Pusponegoro, Harsono D, Prof. Dr. Ing. BJ Habibie Genap Setengah Abad, Cipta Kreatif, 1986.

Ramli, Rizal, Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia, Jakarta: UFUK, 2008. Salam, Solochin, Mutiara dari Timur, PT. Intermasa, 1986.

Shahab, Ahmad, Biografi Politik Presiden RI Ketiga BJ Habibie Berbasis


(6)

Siagian, P Sondang, Teori dan Praktek Kepemimpinan, Jakarta: Rineka Cipta, 2005.

Singarimbun Masri dan Sutian Effendi, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES, 1995.

Thoha, Miftah, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1993.