Tipologi Kepemimpinan Tinjauan Pustaka 1. Teori–Teori Kepemimpinan

b. Kepemimpinan yang mendukung. Tipe kepemimpinan model ini mempunyai kesediaan untuk menjelaskan sendiri, bersahabat, mudah didekati dan mempunyai perhatian kemanusiaan yang murni terhadap bawahan. c. Kepemimpinan yang partisipatif. Gaya kepemimpinan ini berusaha meminta dan mempergunakan sarana–sarana dari bawahannya untuk berprestasi.

I.5.2. Tipologi Kepemimpinan

Sebagai titik tolak dalam pembahasan tipologi kepemimpinan yang secara luas dikenal bahwa dewasa ini, kiranya relevan untuk menekankan bahwa gaya kepemimpinan yang menduduki jabatan pimpinan mempunyai kapasitas untuk mengetahui situasi yang dihadapinya secara tepat dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar sesuai dengan tuntutan situasi yang dihadapinya. Meskipun belum terdapat kesepakatan bulat tentang tipologi kepemimpinan yang secara luas dikenal dewasa ini, lima tipe kepemimpinan yang diakui keberadaannya ialah: 1. Tipologi yang Otokratik Dilihat dari segi persepsinya, seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois. Egoismenya yang sangat besar akan mendorongnya memutar-balikkan kenyataan yang sebenar-benarnya sehingga sesuai dengan apa yang secara subjektif diinterpretasikan sebagai kenyataan. Dengan egoisme yang sangat besar demikian, seorang pemimpin yang otokratik melihat peranannya sebagai sumber segala Universitas Sumatera Utara sesuatu dalam kehidupan organisasional seperti kekuasaan yang tidak perlu dibagi dengan orang lain dalam organisasi, ketergantungan total para anggota organisasi megenai nasib masing-masing dan lain sebagainya. Berangkat dari persepsi yang demikian, seorang pemimpin yang otokratik cenderung menganut nilai organisasi yang berkisar pada pembenaran segala cara yang ditempuh untuk pencapaian tujuannya. Sesuatu tindakan akan dinilainya benar apabila tindakan itu mempermudah tercapainya tujuan dan semua tindakan yang menjadi penghalang akan dipandangnya sebagai sesuatu yang tidak baik dan dengan demikian akan disingkirkannya, apabila perlu dengan tindakan kekerasan. Berdasarkan nilai-nilai demikian, seorang pemimpin otoriter akan menunjukkan berbagai sikap yang menonjolkan keakuannya antara lain dalam bentuk: a. Kecenderungan melakukan para bawahan sama dengan alat-alat dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka. b. Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengaitkan pelaksanaan tugas dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahan. c. Pengabaian peranan bawahan dalam proses pengambilan keputusan, dengan cara memberitahukan kepada para bawahan tersebut bahwa ia telah mengambil keputusan tertentu dan para bawahan tertentu itu diharapkan dan bahkan dituntut untuk melaksanakannya saja. Universitas Sumatera Utara Sikap pemimpin demikian akan menampakkan juga pada prilaku pemimpin yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan pihak lain, terutama dengan para bawahannya dalam organisasi. Yang menjadi masalah dalam hal kepemimpinan otokratik ialah keberhasilan mencapai tujuan dan berbagai sasaran-sasaran itu semata-mata karena takutnya bawahan terhadap pemimpinnya dan bukan berdasarkan keyakinan bahwa tujuan yang telah ditentukan itu wajar dan layak untuk dicapai dan disiplin kerja yang terwujud pun hanya karena bawahan selalu dibayang–bayangi ancaman seperti pengenaan tindakan disiplin yang keras, penurunan pangkat, dan bahkan tanpa kesempatan membela diri. 2. Tipologi yang Paternalistik Tipe pemimpin yang paternalistik banyak terdapat dilingkungan masyarakat yang masih bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat pedesaan. Persepsi seorang pemimpin yang paternalistik tentang peranannya dalam kehidupan organisasional dapat dikatakan diwarnai oleh harapan para pengikutnya kepadanya. Harapan itu pada umumnya berwujud keinginan agar pemimpin mereka mampu berperan sebagai bapak yang bersifat melindungi dan yang layak dijadikan sebagai tempat bertanya dan untuk memperoleh petunjuk. Para bawahan biasanya mengharapkan seorang pemimpin yang paternalistik mempunyai sifat-sifat tidak mementingkan dirinya sendiri, melainkan memberikan perhatian terhadap kepentingan kesejahteraan bawahannya. Akan tetapi sebaliknya, pemimpin yang paternalistik mengharapkan bahwa kehadiran atau keberadaannya dalam organisasi tidak lagi dipertanyakan oleh orang lain. Universitas Sumatera Utara Dengan perkataan lain, legitimasi kepemimpinannya dipandang sebagai hal yang wajar dan normal, dengan implikasi organisasionalnya seperti kewenangan memerintah dan mengambil keputusan tanpa harus berkonsultasi dengan para bawahannya. Ditinjau dari segi nilai-nilai organisasional yang dianut, biasanya seorang pemimpin yang paternalistik kepentingan bersama dan perlakuan yang seragam terlihat menonjol juga. Artinya pemimpin yang bersangkutan berusaha untuk memperlakukan semua orang dan semua satuan kerja yang terdapat didalam organisasi seadil dan serata mungkin. Dalam organisasi demikian tidak terdapat penonjolan orang atau kelompok tertentu, kecuali sang pemimpin dengan dominasi keberadaanya. 3. Tipe yang Kharismatik Seorang pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkrit mengapa orang tertentu tidak dikagumi. Sesungguhnya sangat menarik untuk memperhatikan bahwa para pengikut seorang pemimpin yang kharismatik tidak mempersoalkan nilai-nilai yang dianut, sikap dan prilaku dan gaya yang digunakan pemimpin yang diikutinya itu. Penampilan fisik ternyata bukan ukuran yang berlaku umum karena ada pemimpin yang dipandang sebagai pemimpin yang kharismatik yang kalau dilihat dari penampilan fisiknya saja sebenarnya tidak atau kurang mempunyai daya tarik. Usia pun tidak selalu dapat dijasikan ukuran. Sejarah telah membuktikan bahwa seorang yang berusia relatif muda pun mendapat julukan sebagai pemimpin yang kharismatik. Jumlah Universitas Sumatera Utara harta yang dimiliki pun nampaknya tidak bisa digunakan sebagai ukuran. Hanya saja jumlah pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang kharismatik tidak besar dan mungkin jumlah yang sedikit ini juga yang menyebabkan, sehingga tidak cukup data empirik yang dapat digunakan untuk menganalisis secara ilmiah karakteristik pemimpin yang sedemikian dengan rinci. 4. Tipe yang Laissez Faire Dapat dikatakan bahwa persepsi seorang pemimpin yang laissez faire tentang peranannya sebagai seorang pemimpin berkisar pada pandangannya bahwa pada umumnya organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa-apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan seorang pemimpin tidak terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasional. Dengan sikap yang persuasif, prilaku seorang pemimpin yang laissez faire cenderung mengarah kepada tindak-tanduk yang memperlakukan bawahan sebagai rekan kerja, hanya saja kehadirannya sebagai pemimpin diperlukan sebagai akibat dari adanya struktur hirarki organisasi. Dengan telah mencoba mengidentifikasi karakteristik utama seorang pemimpin yang laissez faire ditinjau dari kriteria persepsi, nilai dan prilaku diatas, mudah menduga bahwa gaya kepemimpinan yang digunakannya adalah sedemikian rupa sehingga: Universitas Sumatera Utara a. Pendelegasian wewenang terjadi secara ekstensif. b. Pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat pemimpin yang lebih rendah dan kepada para petugas operasional, kecuali dalam hal-hal tertentu yang ternyata menuntut keterlibatannya secara langsung. c. Status quo organisasional tidak terganggu. d. Pertumbuhan dan pengembangan kemampuan berfikir dan bertindak yang inovatif dan kreatif diserahkan kepada para anggota organisasi yang bersangkutan sendiri. e. Sepanjang dan selama para anggota organisasi menunjukkan prilaku dan prestasi kerja yang memadai intervensi pimpinan dalam perjalanan organisasi berada pada tingkat yang minimum. 5. Tipe yang Demokratik Tipe pemimpin yang paling ideal dan paling didambakan adalah pemimpin yang demokratik. Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi sehingga bergerak sebagai suatu totalitas. Seorang pemimpin yang demokratik menyadari benar bahwa akan timbul kecenderungan dikalangan para pejabat pemimpin yang paling rendah dan dikalangan para anggota organisasi untuk melihat peranan suatu kerja dimana mereka berada sebagai peranan yang paling penting, paling strategis dan paling menentukan keberhasilan organisasi mencapai berbagai sasaran organisasional, prilaku mendorong para bawahan menumbuhkan dan mengembangkan daya inovasi dan kreativitasnya. Universitas Sumatera Utara Dengan sungguh-sungguh ia mendengarkan pendapat, saran dan bahkan kritik dari orang lain, terutama bawahannya. Bahkan seorang pemimpin yang demokratik tidak akan takut membiarkan para bawahannya berkarya meskipun ada kemungkinan prakarsa itu akan berakibat kesalahan. Jika terjadi kesalahan, pemimpin yang demokratik berada disamping bawahan yang berbuat kesalahan itu, bukan untuk menindak atau menghukumnya, melainkan meluruskannya sedemikian rupa sehingga bawahan tersebut belajar dari kesalahannya itu dan dengan demikian menjadi anggota organisasi yang lebih bertanggung jawab. Karakteristik penting seorang pemimpin yang demokratik yang sangat positif ialah dengan cepat menunjukkan penghargaannya kepada para bawahan yang berprestasi tinggi. 6 Teori kepemimpinan adalah penggeneralisasian satu seri prilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang historis, sebab musabab timbulnya kepemimpinan, persyaratan menjadi pemimpin, sifat-sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya, serta etika profesi kepemimpinan.

I.5.3. Teori Kepemimpinan