Menjadi Ketua ICMI SOSOK BJ HABIBIE

Jabatan-jabatan sekarang lebih ia pandang dari segi misi keilmuwan daripada jabatannya itu sendiri atau penghasilan yang diperolehnya. 61 Kredo kepakaran sangat menonjol pada BJ Habibie. Dalam pandangannya, seorang profesional adalah orang yang mempunyai kredibilitas dan reputasi tersebut harus diakui oleh rekan-rekan seprofesi, bukan diucapkan sendiri. Sikap yang harus melekat pada ilmuwan profesional adalah kebenaran, kejujuran, ketelitian, ketekunan, kepolosan, kesederhanaan, keterbukaan, skeptisisme, percaya diri, mandiri, tidak memihak, dan tidak fanatik. Semua sikap ini melekat pada BJ Habibie. 62 Sebagai Menteri Riset dan Teknologi, BJ Habibie memperkenalkan strategi lompatan pembangunan yang diharapkan melompati tahapan teknologi ketrampilan rendah, langsung kesebuah bangsa maju. Namun, sejumlah kalangan, terutama ekonom, mengecam kebijakan BJ Habibie tersebut dengan alasan proyek-proyek berteknologi tinggi yang diwujudkan dalam bentuk pesawat terbang dan kapal laut terlalu boros anggaran. 63 Gagasan untuk menyelenggarakan simposium cendikiawan muslim dan sekaligus membentuk Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia muncul dari sekelompok Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang yang tergabung dalam kelompok kegiatan kerohanian Islam. Pada waktu itu mahasiswa ini merasa prihatin melihat kondisi umat Islam anatara lain seolah-olah terjadi adanya polarisasi dalam kepemimpinan umat. Karena itu, para mahasiswa tersebut

II.6. Menjadi Ketua ICMI

61 Ibid, Hal. 60. 62 Ibid. 63 Ibid, Hal. 61. Universitas Sumatera Utara mengadakan diskusi pada bulan Februari 1990 untuk membicarakan kemungkinan mengadakan simposium dan membentuk Ikatan Cendikiawan Muslim se- Indonesia. Mereka kemudian berkonsultasi antara lain dengan Rektor Universitas Brawijaya, Rektor Universitas Muhammadiyah, serta beberapa cendikiawan muslim lainnya di Malang. Salah satu tokoh yang mereka ingin calonkan menjadi Ketua Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia itu kelak adalah BJ Habibie, karena tokoh tersebut mereka kagumi setelah membaca riwayat hidupnya dalam sebuah majalah. 64 Pertemuan pertama mahasiswa dengan BJ Habibie berlangsung di Mushalla Gedung BPP Teknologi setelah shalat Jum’at tanggal 3 Agustus 1990. Para mahasiswa tersebut diajak masuk ke ruang kerja BJ Habibie. Pada kesempatan itu, para mahasiswa menyampaikan gagasan mengadakan simposium dan meminta kesediaan BJ Habibie untuk memberikan makalah utama pada simposium tersebut. 65 Berdasarkan kesediaan dan undangan BJ Habibie maka pada tanggal 8 Agustus 1990, panitia simposium mengirim dua surat kepada BJ Habibie. Surat pertama menyampaikan bahwa simposium cendikiawan muslim Indonesia akan diadakan di Malang pada tanggal 6-8 Desember 1990 dengan tema ”Sumbangsih Cendikiawan Muslim Menuju Era Tinggal Landas.” Surat kedua pada tanggal yang sama, panitia menyampaikan jumlah peserta yang akan hadir pada acara silatuhrahmi di PT PINDAD itu, 40 orang terdiri dari Peserta Simposium, Pembina dari Universitas Brawijaya serta Panitia. 66 Permohonan untuk bertemu dan mengadakan wawancara itu akhirnya dilaksanakan pada 23 Agustus 1990, pukul 13.00 di ruang kerja BJ Habibie di 64 A Makmur Makka, BJ Habibie Kisah Hidup dan Kariernya, Op cit, Hal.133. 65 Ibid, Hal. 134. 66 Ibid, Hal. 134-135. Universitas Sumatera Utara Gedung lama BPP Teknologi Lantai 3 Jl. M.H.Thamrin No.8 Jakarta. 67 Dalam pertemuan ini, delegasi mengulangi menyampaikan gagasan mahasiswa Universitas Brawijaya untuk mengadakan simposium dan sekaligus membentuk Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia ICMI serta BJ Habibie dicalonkan menjadi Ketua Umum. BJ Habibie kembali menegaskan kesediaannya untuk menghadiri simposium tersebut sebagai pemberi makalah utama. Tetapi mengenai pencalonannya sebagai ketua yang akan dibentuk itu, BJ Habibie mengatakan bahwa secara pribadi ia bisa menerima. Namun demikian, sebagai menteri atau anggota kabinet, terdapat peraturan bahwa ia tidak diperbolehkan menjadi anggota suatu organisasi tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden Republik Indonesia. Untuk mendapatkan izin dari Bapak Presiden, maka ia perlu menunjukkan bukti- bukti bahwa ia diminta dan dicalonkan untuk menjadi Ketua ICMI yang akan dibentuk. Karena itu, perlu dikumpulkan beberapa tanda tangan dari para cendikiawan yang mengusulkan pencalonan tersebut. 68 Akhirnya dengan surat tertanggal 31 Desember 1990, panitia menyerahkan surat kepada BJ Habibie berikut tanda tangan 49 cendikiawan muslim yang setuju mencalonkan BJ Habibie sebagai Ketua Umum ICMI. Dalam surat tersebut, resmi diminta kesediaan BJ Habibie untuk dicalonkan menjadi Ketua Umum ICMI yang rencananya akan dibentuk bersama dalam acara simposium di Malang pada tanggal 6-8 Desember 1990. Pertimbangan pencalonan BJ Habibie dalam surat tersebut didasarkan pada tiga hal: 1 Prestasi yang bersangkutan sebagai cendikiawan muslim yang telah diakui secara nasional dan internasional; 2 nama baik BJ Habibie yang walaupun sudah menyandang suatu 67 Ibid, Hal. 135. 68 Ibid. Universitas Sumatera Utara jabatan politik, tetapi masih sangat menonjol dalam bidang profesi insinyur maupun manajer; 3 keyakinan para penanda tangan atas keikhlasan hati BJ Habibie di dalam komitmennya terhadap agama Islam. 69 Surat yang ditanda tangani oleh 49 cendikiawan muslim ini disampaikan beberapa hari kemudian oleh BJ Habibie kepada Presiden Soeharto sebagai dasar pencalonannya sebagai Ketua Umum ICMI yang akan dibentuk di Malang. Presiden Soeharto menyetujui niat 49 Cendikiawan tersebut dan memberikan pengarahan kepada BJ Habibie antara lain bahwa jika ICMI akan dibentuk maka haruslah tetap berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta mematuhi undang- undang keormasan yang ada. 70 Dan simposium berlangsung sesuai rencana pada tanggal 6 sampai dengan 8 Desember 1990 bertempat di Student Centre Universitas Brawijaya Malang yang diikuti oleh 460 peserta dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Presiden Soeharto secara resmi membuka simposium. Pada tanggal 7 Desember 1990 pukul 19.30 WIB, acara symposium dilanjutkan dengan muktamar kilat pembentukan Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia. Muktamar berakhir pukul 22.00 WIB dan melalui muktamar kilat tersebut sejarah mencatat lahirnya Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia. BJ Habibie terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum untuk periode 1991-1995, sekaligus sebagai formatur tunggal. 71 Dalam percakapan dengan kyai dan tokoh-tokoh Islam yang dipimpin oleh Ketua MUI, K.H. Hasan Basri, BJ Habibie berkata, “saya ini bukan kyai, bukan pula manusia ahli agama. Pertama, saya hanya manusia biasa yang beragama 69 Ibid, Hal. 136-137. 70 Ibid, Hal. 137. 71 Ibid, Hal. 138. Universitas Sumatera Utara Islam dan melaksanakan ajaran Islam secara sunguh-sungguh, tidak berbeda dengan yang lain. Kedua, saya hanya seorang insinyur yang bisa membuat kapal terbang dan memimpin pembangunan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, malah kalau perlu mendobrak sesuatu. Tetapi saya sadari bahwa di belakang ilmu pengetahuan, manusia harus mempunyai iman. Dalam hal ini saya berusaha akan menjadi manusia demikian itu. Jadi konsekuensinya, kalau saudara- saudara para cendikiawan mengharapkan bahwa yang memimpin ICMI itu mempunyai tugas pemimpin bangsa atau umatnya supaya Institut Agama Islam Negeri IAIN dan pesantren-pesantren semua menjadi juara nasional atau internasional Musabaqah Tilawatil Qur’an MTQ, saya bukanlah orangnya. Silahkan memilih yang lain, saya tidak mau dan tidak sanggup. Tetapi bukan berarti saya tidak akan membantu. Saya akan membantu, tetapi kekuatan saya tidak dibidang itu. Sebaliknya, kalau saya diminta untuk membina, memimpin cendikiawan muslim se-Indonesia untuk membina untuk membina umat menjadi lebih pintar dan mandiri menguasai IPTEK, sehingga bisa menentukan nasibnya dan masa depannya sendiri, menguasai ilmun pengetahuan dalam arti yang luas untuk pembangunan, maka Insya Allah, dengan doa restu para kyai dan para santri, seluruh cendikiawan Indonesia saya pimpin secara sistematis bergerak memerangi kebodohan dan kemiskinan.” 72 Semula BJ Habibie masuk ke dunia politik lantaran tawaran kalangan ICMI yang membawa ia menjadi Ketua Umum ICMI. Pikiran, tenaga dan

II.7. Terjun Kedunia Politik