Pendidikan SOSOK BJ HABIBIE

Barat. 33 Pada awal 1962, BJ Habibie pulang ke Indonesia. Ketika pulang kampung ini, BJ Habibie mempunyai kesempatan untuk bertemu kembali dengan teman lamanya, masih juniornya di SMAK Dago Bandung, perempuan cantik, lulusan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, bernama dr.Hasri Ainun Besari, putri keempat dari Bapak H. Mohammad Besari. Pertemuan ini menumbuhkan cinta diantara ke duanya. Dan akhirnya mereka menikah pada tanggal 12 Mei 1962. Gelar Doktor konstruksi pesawat terbang, predikat summa Cum Laude juga diraihnya pada tahun 1960-1965. 34 Setelah menikah BJ Habibie kembali ke Jerman dengan membawa isterinya. Dalam pernikahannya, mereka dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal. Kedua putranya ini lahir di Jerman, dan mengikuti jejak ayahnya juga di Jerman. 35 Setelah ayahnya meninggal tahun 1950, BJ Habibie sekeluarga pindah ke Bandung untuk melanjutkan pendidikannya. Di Bandung, BJ Habibie menuntut ilmu di Gouvernments Middlebare School, zaman sekarang setingkat SMU. Di SMU, ia mulai terlihat menonjol prestasinya, terutama dalam pelajaran-pelajaran eksakta. BJ Habibie menjadi sosok favorit di sekolahnya.

II.2. Pendidikan

36 33 Ibid, Hal. 30-31. 34 Ibid, Hal. 10-11. 35 Ibid. 36 Ibid, Hal. 27. Di SMA, BJ Habibie Universitas Sumatera Utara adalah siswa paling muda usianya dan paling kecil perawakan di kelas, tetapi paling tinggi tinggi prestasinya, terutama dalam mata pelajaran eksakta. 37 Salah seorang guru BJ Habibie SMAK Dago adalah Prof Dr Dody Tisna Amidjaja, di kemudian hari menjadi Rektor ITB, kini sudah almarhum, menggambarkan BJ Habibie sebagai murid yang mengesankan dan favorit di antara teman-temannya. 38 Beberapa tahun kemudian, murid favorit ini menyusul gurunya belajar di Jerman. Hubungan mereka tidak pernah putus; ada ikatan batin yang kuat antara kedua tokoh yang semula guru-murid ini. ” BJ Habibie adalah pribadi yang berbudi, hormat kepada guru-gurunya, yang tidak hilang oleh panas dan surut karena waktu, serta berkurang karena tinggi kedudukan. 39 Bagi BJ Habibie, masa kuliah di Jerman adalah masa hidup prihatin. Biaya yang serba pas-pasan kiriman ibunya membuat BJ Habibie bekerja keras menyelesaikan studinya. BJ Habibie tiba di Jerman hanya dengan satu sasaran, yaitu mau cepat pulang untuk membantu Ibunya. Itu juga penyebab BJ Habibie hampir tidak mengenal liburan musim panas. Seluruh semester di tempuhnya, sementara teman-temannya yang mendapat beasiswa dari pemerintah Indonesia pergi belibur karena tidak ada batas waktu beasiswa. Pada usia 22 tahun, yaitu Minat BJ Habibie sangat tinggi terhadap pesawat terbang. Sejak muda ia memang sudah terkagum-kagum oleh dunia teknologi, dan bercita-cita menjadi seorang insinyur belajar teknik di ITB. Setelah kuliah selama satu semester pada Departemen Teknik Elektro di ITB, BJ Habibie melanjutkan studinya di Jerman. 37 Ibid. Hal. 28 38 Ibid, Hal. 27-28. 39 Loc cit Universitas Sumatera Utara pada tahun 1960, BJ Habibie lulus sebagai insinyur dengan yudisium ”dengan pujian” magna cum Laude. 40 Masa-masa penuh keprihatinan berlanjut ketika BJ Habibie menempuh program doktornya, atas biaya sendiri. Ketika itu, BJ Habibie telah mempunyai istri dan anak. Mereka tinggal pada sebuah apartemen kecil di pinggiran kota Aachen, sekitar 15 kilometer jaraknya dari pusat kota. Penghasilan BJ Habibie diperoleh dari honor sebagai asisten dalam bidang konstruksi ringan di perguruan tingginya dan bekerja sambilan pada perusahaan kereta api Talbot yang memproduksi gerbong. 41 Selama kuliah BJ Habibie juga aktif berorganisasi, bahkan sempat terpilih dan diangkat sebagai Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia PPI di Aachen. Di samping itu, BJ Habibie tercatat sebagai pimpinan Ikatan Mahasiswa Unesco. 42 BJ Habibie termasuk jenius, pada usia 24 tahun, ia telah berhasil meraih gelar Diplom Ing dengan nilai cum-laude pada jurusan konstruksi pesawat terbang di Technische Honchschule Aachen. Prestasi yang istimwa BJ Habibie raih juga ketika belajar, setiap ujian yang ditempuhnya selalu lulus dengan baik. Bahkan nilainya diatas teman-teman sekelasnya orang-orang Jerman. Ia terlihat begitu mudah menyeselaikan soal-soal IPA dan matematika, yang oleh orang lain dianggap sulit. 43 BJ Habibie mendapat gelar Diploma Ingineur di Jerman tahun 1960 dari Technische Hochschule yang kemudian mendapatkan gelar Doktor Ingineur tahun 1965 dengan predikat summa cum laude dari tempat yang sama. Pada tahun 1967, 40 Ibid, Hal. 31. 41 Ibid. 42 Ibid, Hal. 32. 43 Ibid. Universitas Sumatera Utara BJ Habibie menjadi Profesor kehormatan Guru Besar pada Institut Teknologi Bandung. 44 ”Waktu saya mencapai gelar doktor, saya orang pertama yang membuat skripsi dalam bidang aeronotika setelah Perang Dunia Kedua. Orang Jerman tidak ada, termasuk senior-seniornya,” kata BJ Habibie. 45 Riwayat profesi BJ Habibie dimulai dalam dunia penerbangan, ketika ia mendapat beasiswa dari pemerintah Indonesia untuk belajar di Technische Honchschule Die Facultaet Fue Maschinenwesen, Aachen, Jerman, pada tahun 1956.

II.3. Perjalanan Profesi