2.5. Kompleksitas, Kompabilitas dan Triabilitas Perbankan Syariah
Dalam moral Islam, menabung mendapat penilaian yang tinggi. Mempersiapkan diri menghadapi masa depan yang serba tidak pasti sangat dianjurkan
dalam Islam. Anjuran bahkan perintah untuk mempersiapkan hari esok secara baik, tersirat dalam sejumlah ayat Al-Qur’an. Salah satunya terdapat pada QS Al-Baqarah
ayat 266: “…Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai dalam
kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang tua itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil lemah…”. Kandungan
ayat tersebut jelas memerintahkan kepada umat Islam untuk menyiapkan masa depan anak keturunannya, baik dari sisi keimanan dan ketakwaannya, maupun dari sisi
dunianya Setianto, 2002. Bagi umat Islam d Indonesia, sesungguhnya pilihan sudah tersaji. Dua bank
umum dengan basis syariah dan enam bank konvesional yang membuka cabang syariah kini telah beroperasi dan siap menerima dana tabungan masyarakat khususnya
masyarakat Islam. Secara sepintas, sesungguhnya tidak ada beda yang nyata antara menabung di bank konvensional dengan bank syariah. Namun kalau kita cermati,
terlihat sejumlah keunggulan bila kita menabung di perbankan syariah. Keunggulan itu bersumber pada basis syariah yang mendasari operasinya.
Kelebihan itu terlihat antara lain dalam konsep hubungan antara bank dengan penabung. Di perbankan konvensional bank menjadi debitur dan penabung menjadi
kreditur. Atas dasar simpan pinjam ini bank membayar bunga kepada penabung
Alwi Reza Nasution : Analisis Potensi Dan Preferensi Masyarakat Terhadap Bank Syariah Di Wilayah Kota Medan, 2006
Usu Repository © 2008
dengan tingkat bunga yang sudah ditentukan, tak peduli berapa keuntungan yang diperoleh bank atau justru kerugian yang diderita bank. Sedangkan di perbankan
syariah si penabung merupakan mitra bagi bank, sekaligus investor bagi bank itu. Karena sebagai investor ia berhak menerima hasil investasi dari bank itu. Hasil yang
diperoleh penabung naik turun secara proporsional, mengikuti perolehan banknya. Muamalah berdasarkan konsep kemitraan dan kebersamaan dalam profit dan risk ini
akan lebih mewujudkan ekonomi yang lebih adil dan transparan. Keunggulan lainnya terletak pada bagaimana dana penabung dimanfaatkan. Di
bank konvensional penabung tidak tahu dan tidak punya hak untuk tahu kemana dana bakal disalurkan, termasuk bila dana itu ternyata untuk proyek-proyek yang
haram seperti perjudian, pornografi dan bisnis lain yang tidak sesuai syariah. Sedangkan deposan yang menabung di bank syariah, insya Allah akan
mendapatkan hasil yang diperoleh dari usaha yang halal. Karena ketika bank syariah menyeleksi proyek yang hendak didanai, ia bukan hanya melihat dari sisi
kelayakan usaha saja, tapi juga melihat pada halal-haramnya usaha itu. Pada bank syariah, semua nasabah, baik itu deposan maupun debitur, terhindar dari praktik
moral hazard yang biasanya bersumber dari sistem riba Antonio, 2001: 30.
Keunggulan lain yang tak kalah menarik adalah perbankan syariah mampu memberikan early warning system, peringatan dini akan adanya bahaya. Manakala
perolehan bagi hasilnya terus merosot, maka penabung bank syariah memperoleh isyarat bahwa sesuatu yang buruk sedang terjadi pada banknya, sehingga ia bisa
mengantisipasi. Sedangkan di bank konvensional sinyalnya sering malah berkebalikan. Misalnya dalam kasus BHS Bank. Ketika itu bank tersebut sudah
hancur, namun ia bisa memberikan tingkat bunga yang tinggi karena disubsidi. Dengan subsidi ini maka keterkaitan kinerja bank dengan sektor riilnya tidak terlihat
sehingga nasabah bisa tertipu dan keliru menangkap sinyalnya Setianto, 2002.
Alwi Reza Nasution : Analisis Potensi Dan Preferensi Masyarakat Terhadap Bank Syariah Di Wilayah Kota Medan, 2006
Usu Repository © 2008
Dan yang lebih penting dari itu semua, dengan datang ke bank syariah maka umat mengumpulkan dana untuk dialokasikan pada umat juga.
Salah satu fungsi bank syariah yang sangat penting adalah sebagai manager investasi. Bank syariah merupakan manager investasi dari pemilik dana, dari dana
yang dihimpun, dalam perbankan konvensional disebut dengan deposan ataupun penabung, karena besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh pemilik dana tersebut
sangat tergantung dari pendapatan yang diterima oleh bank syariah dalam mengelola dana penabungdeposan, sehingga sangat tergantung pada keahlian, kehati-hatian, dan
profesionalisme dari bank syariah. Bank syariah dapat menghimpun dana yang besar, kemudian dalam
penyalurannya dilakukan dengan tidak efektif, kurang memperhatikan prinsip kehati- hatian, sembarangan dan banyak yang macet atau banyak yang dikategorikan dengan
Non Performing, dengan banyaknya penyaluran dana yang tidak melakukan pembayaran angsuran, maka akan berdampak pada pendapatan yang diikuti aliran kas
masuk yang sedikit. Sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 14DSN- MUIIX2000 Wiroso, 2005: 14, pendapatan yang dibagikan kepada pemilik dana
didasarkan pada pendapatan yang benar-benar terjadi Cash Basis. Dengan adanya pendapatan yang sedikit tersebut, makan pendapatan yang akan dibagi antara bank
syariah dengan pemilik dana juga akan sedikit, yang pada akhirnya membawa dampak kecilnya pendapatan yang diterima oleh pemilik dana. Begitu juga
sebaliknya. Jika pendapatan bank syariah besar maka bagi hasil yang akan diterima oleh pemilik dana juga akan besar. Jika hasil investasi ini besar, seyogyanya hibahnya
Alwi Reza Nasution : Analisis Potensi Dan Preferensi Masyarakat Terhadap Bank Syariah Di Wilayah Kota Medan, 2006
Usu Repository © 2008
kepada nasabah juga besar. Sebaliknya jika rugi, bank tidak wajib memberi hibah. Dana nasabah tetap harus dikembalikan utuh. Di sinilah letak keadilan. Nasabah
memperoleh bonus sementara tak menanggung risiko uangnya berkurang. Sebab itu, besaran hibah bergantung pada kemurahan bank. Sebagai daya tarik, biasanya bank
selalu memberi hibah kompetitif. Karena itu posisi bank pun tidak dalam keadaan yang dirugikan
.
Jadi apa yang dilakukan oleh bank syariah, khususnya yang berkaitan dengan penyaluran dana akan membawa dampak atau resiko kepada pemilik dana, hal inilah
yang membedakan bank syariah dengan bank konvensional. Pada bank syariah pihak pemilik dana juga menanggung resiko atas dana yang dititipkan atau disimpan
di bank syariah. Beda dengan bank konvensional, deposan atau penabung tidak menanggung resiko atas dana yang disimpannya, setiap akhir periode tertentu
penabung akan menerima jumlah yang telah dijanjikan sebelumnya. Pembayaran imbalan kepada pemilik dana yang dihimpun bank syariah tidak
sama dengan pembayaran imbalan kepada pemilik dana bank konvensional. Bank konvensional memberikan imbalan kepada deposannya dalam bentuk bunga yang
ditetapkan di muka, tidak dipengaruhi oleh resiko atau masalah yang dihadapi oleh pihak bank, sedangkan imbalan pemilik dana bank syariah sangat tergantung pada
pendapatan yang diperoleh, bank syariah tidak diperkenankan memberikan imbalan dalam jumlah yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk menarik publik, bank syariah
biasanya membuat yang disebut indicative return. Masyarakat tak boleh salah persepsi dengan menghakimi bahwa hal itu sama dengan suku bunga bank. Harus
Alwi Reza Nasution : Analisis Potensi Dan Preferensi Masyarakat Terhadap Bank Syariah Di Wilayah Kota Medan, 2006
Usu Repository © 2008
dipahami bahwa indicative rate itu hanyalah prediksi analitis. Biasanya didasarkan pada performa bank sebelumnya. Bank tidak memberi return sesuai indikasi
melainkan berlandaskan perolehan aktual periode yang bersangkutan. Hasil itu didistribusikan kepada nasabah. Indicative rate sepintas sama dengan suku bunga
bank. Tapi sejatinya beda. Bunga bank dijanjikan dimuka. Sehingga bank harus memberikan jumlah yang dijanjikan tak peduli bank yang bersangkutan rugi atau
untung besar. Bank syariah hanya menjanjikan nisbah. Sedangkan indicative hanya perkiraan NN, 2006. Kepedulian dan kemauan bank syariah dalam menyentuh
emosi nasabah merupakan strategi paling jitu untuk membangun loyalitas nasabah. Sentuhan emosional nasabah bank syariah terbagi dalam dua hal yaitu emosi
keagamaan religious emotion yaitu derajat kepatuhan penerapan prinsip-prinsip syariah, dan emosi pelayanan service emotion yaitu derajat kualitas pelayanan
nasabah. Kepatuhan penerapan prinsip-prinsip syariah meliputi kemampuan untuk
secara penuh menjalankan hukum Islam dan operasionalisasi prinsip-prinsip ekonomi dan perbankan syariah. Menurut Said Sa’ad Marthon 2004, Penerapan prinsip
ekonomi Islami ini akan tercermin dalam nilai-nilai yang secara umum dapat dibagi dalam dua perspektif, yaitu mikro dan makro. Nilai-nilai syariah dalam perspektif
mikro menghendaki bahwa semua dana yang diperoleh dalam sistem perbankan syariah dikelola dengan integritas tinggi dan sangat hati-hati dengan mencerminkan
nilai-nilai sebagai berikut:
Alwi Reza Nasution : Analisis Potensi Dan Preferensi Masyarakat Terhadap Bank Syariah Di Wilayah Kota Medan, 2006
Usu Repository © 2008
a. Shiddiq, memastikan bahwa pengelolaan bank syariah dilakukan dengan
moralitas yang menjunjung tinggi nilai kejujuran. b.
Tabligh, secara berkesinambungan melakukan sosialisasi dan mengedukasi masyarakat mengenai prinsip-prinsip, produk dan jasa perbankan syariah.
c. Amanah, menjaga dengan ketat prinsip kehati-hatian dan kejujuran dalam
mengelola dana yang diperoleh dari pemilik dana. d.
Fathanah, memastikan bahwa pengelolaan bank dilakukan secara profesional dan kompetitif sehingga menghasilkan keuntungan maksimum dalam tingkat
resiko yang memadai. Nilai-nilai syariah dalam perspektif makro berarti bahwa perbankan syariah harus
berkontribusi bagi kesejahteraan masyarakat dengan: a.
Kaidah zakat, mengkondisikan perilaku masyarakat yang lebih menyukai berinvestasi dibandingkan hanya menyimpan hartanya.
b. Kaidah pelarangan riba, menganjurkan pembiayaan bersifat bagi hasil equity
based financing. c.
Kaidah pelarangan judi atau maysir, yang tercermin dari kegiatan bank yang melarang investasi yang tidak memiliki kaitan dengan sektor riil.
d. Kaidah pelarangan gharar, mengutamakan transparansi dalam bertransaksi
dan kegiatan operasi lainnya dan menghindari ketidakjelasan. Menurut Othman, Abdul Qawi dan Lynn Owen, Susanto, 2004 kualitas
pelayanan nasabah terbagi empat.
Alwi Reza Nasution : Analisis Potensi Dan Preferensi Masyarakat Terhadap Bank Syariah Di Wilayah Kota Medan, 2006
Usu Repository © 2008
a. Jaminan yang meliputi pengetahuan dan kesopan-santunan karyawan bank
syariah dan kemampuannya untuk menjaga kepercayaan. Termasuk di dalamnya, kemudahan untuk mengakses informasi, suasana kantor bank
syariah yang nyaman dan ketersediaan konsultan keuangan. b.
Kepercayaan yang merupakan kemampuan untuk melakukan pelayanan seperti yang dijanjikan, dapat diandalkan dan akurat.
c. Ketersediaan infrastruktur yang berupa fasilitas fisik, perlengkapan, peralatan,
karyawan dan alat komunikasi. Misalnya seperti, tersedianya kantor bank dan kantor kas, jam kantor operasional, kecepatan dan efisiensi transaksi.
d. Empati yang merupakan kepedulian, perhatian personal yang disediakan oleh
bank syariah terhadap para nasabahnya. Hal tersebut meliputi kepercayaan kepada manajemen bank syariah; citra, reputasi dan keakraban bank syariah.
e. Responsif yang merupakan itikad baik untuk membantu nasabah dan
menyediakan pelayanan secara tepat dan cepat. Untuk memenangkan persaingan yang semakin ketat ini, maka kepercayaan terhadap penerapan
prinsip syariah dan komitmen terhadap pelayanan nasabah merupakan sebuah keniscayaan bagi terbangunnya loyalitas nasabah bank syariah
2.6. Medan Sebagai Ibukota Propinsi Sumatera utara