BAB II LANDASAN TEORITIS
2.1. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam
Sistim keuangan dan perbankan syariah adalah merupakan bagian dari konsep yang lebih luas tentang ekonomi Islam, yang tujuannya, sebagaimana dianjurkan oleh
para ulama, adalah memperkenalkan sistim nilai dan etika Islam ke dalam lingkungan ekonomi. Karena dasar etika ini maka keuangan dan perbankan syariah bagi
kebanyakan muslim adalah bukan sekedar sistem transaksi komersial. Persepsi Islam dalam transaksi finansial itu dipandang oleh banyak kalangan muslim sebagai
kewajiban agamis. Kemampuan lembaga keuangan Islam menarik investor dengan sukses bukan hanya tergantung pada tingkat kemampuan lembaga itu menghasilkan
keuntungan, tetapi juga pada persepsi bahwa lembaga tersebut secara sungguh- sungguh memperhatikan restriksi-restriksi agamis yang digariskan oleh Islam.
Dalam kehidupan sehari-hari, Islam dapat diterjemahkan ke dalam teori dan juga diinterpretasikan ke dalam praktek tentang bagaimana seseorang berhubungan
dengan orang lain. Ajaran Islam bertujuan untuk membentuk masyarakat dengan tatanan sosial yang solid. Dalam tatanan tersebut, setiap individu diikat oleh tali
persaudaraan dan kasih sayang bagai suatu keluarga, sebuah persaudaraan yang tidak diikat oleh batas-batas geografis.
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan,
Alwi Reza Nasution : Analisis Potensi Dan Preferensi Masyarakat Terhadap Bank Syariah Di Wilayah Kota Medan, 2006
Usu Repository © 2008
janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah kamu, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” Al-Maa’idah: 8.
Perilaku individu dan masyarakat dalam islam diarahkan ke arah bagaimana cara pemenuhan kebutuhan mereka dilaksanakan dan bagaimana menggunakan
sumber daya yang ada. “Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu” Al-Baqarah: 168.
“Dan janganlah kalian merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kalian merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan” Asy-Syu’araa’: 183.
Hal ini menjadi subyek yang dipelajari dalam ekonomi Islam sehingga implikasi ekonomi yang dapat ditarik dari ajaran Islam berbeda dengan ekonomi
umum. Oleh sebab itu, dalam ekonomi Islam, hanya pemeluk Islam yang berimanlah yang dapat mewakili satuan ekonomi Islam.
M. Abdul Mun’im Afar Ahmad Rizal Purnama, 2000 Prinsip-prinsip Ekonomi Islam itu secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Dalam Ekonomi Islam, berbagai jenis sumber daya dipandang sebagai
pemberian atau titipan Tuhan kepada manusia. Manusia harus memanfaatkannya seefisien dan seoptimal mungkin dalam produksi
guna memenuhi kesejahteraan secara bersama di dunia yaitu untuk diri sendiri dan untuk orang lain. Namun yang terpenting adalah bahwa
kegiatan tersebut akan dipertanggung-jawabkannya di akhirat nanti. Dalam islam pemilik mutlak terhadap segala sesuatu yang ada di muka
Alwi Reza Nasution : Analisis Potensi Dan Preferensi Masyarakat Terhadap Bank Syariah Di Wilayah Kota Medan, 2006
Usu Repository © 2008
bumi ini, termasuk harta benda adalah Allah SWT. Kepemilikan oleh manusia hanya bersifat relatif, sebatas untuk melaksanakan amanah
mengelola dan memanfaatkan sesuai dengan ketentuannya. Firman Allah SWT
“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagaian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu
menguasainya. Maka, orang-orang yang beriman diantara kamu dan menafkahkan sebagian dari hartanya mendapatkan pahala yang
besar” Al-Hadiid: 7.
2. Islam mengakui kepemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu,
termasuk kepemilikan alat produksi dan faktor produksi. Pertama, kepemilikan individu dibatasi oleh kepentingan masyarakat, dan
Kedua, Islam menolak setiap pendapatan yang diperoleh secara tidak sah, apalagi usaha yang menghancurkan masyarakat.
“Belanjakanlah hartamu pada jalan Allah dan janganlah kamu jatuhkan dirimu kedalam kebinasaan dan berbuat baiklah.
Sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang berbuat baik” Al- Baqarah: 195.
3. Kekuatan penggerak utama Ekonomi Islam adalah kerjasama. Seorang
muslim, apakah ia sebagai pembeli, penjual, penerima upah, pembuat keuntungan dan sebagainya, harus berpegang pada tuntunan Allah
SWT dalam Al Quran: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta
sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan perdagangan yang dilakukan dengan suka sama suka diantara kamu… An-Nissa: 29.
4. Pemilikan kekayaan pribadi harus berperan sebagai kapital produktif
yang akan meningkatkan besaran produk nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Al Quran mengungkapkan bahwa, Apa
yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya sebagai harta rampasan dari penduduk negeri-negeri itu, adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar diantara orang-orang
kaya saja diantara kamu… QS 57: 7. Oleh karena itu, Sistem Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai
oleh beberapa orang saja. Konsep ini berlawanan dengan Sistem Ekonomi Kapitalis, di mana kepemilikan industri didominasi oleh
monopoli dan oligopoli, tidak terkecuali industri yang merupakan kepentingan umum.
5. Islam menjamin kepemilikan masyarakat dan penggunaannya
direncanakan untuk kepentingan orang banyak. Prinsip ini didasari Sunnah Rasulullah yang menyatakan bahwa, Masyarakat punya hak
yang sama atas air, padang rumput dan api Al Hadits. Sunnah Rasulullah tersebut menghendaki semua industri ekstraktif yang ada
Alwi Reza Nasution : Analisis Potensi Dan Preferensi Masyarakat Terhadap Bank Syariah Di Wilayah Kota Medan, 2006
Usu Repository © 2008
hubungannya dengan produksi air, bahan tambang, bahkan bahan makanan harus dikelola oleh negara. Demikian juga berbagai macam
bahan bakar untuk keperluan dalam negeri dan industri tidak boleh dikuasai oleh individu.
6. Orang muslim harus takut kepada Allah dan hari akhirat, seperti
diuraikan dalam Al Quran sebagai berikut: “Dan takutlah pada hari sewaktu kamu dikembalikan kepada Allah,
kemudian masing-masing diberikan balasan dengan sempurna usahanya. Dan mereka tidak teraniaya…” Al-Baqarah: 281.
7. Oleh karena itu Islam mencela keuntungan yang berlebihan,
perdagangan yang tidak jujur, perlakuan yang tidak adil, dan semua bentuk diskriminasi dan penindasan.
8. Seorang muslim yang kekayaannya melebihi tingkat tertentu Nisab
diwajibkan membayar zakat. Zakat merupakan alat distribusi sebagian kekayaan orang kaya sebagai sanksi atas penguasaan harta tersebut,
yang ditujukan untuk orang miskin dan orang-orang yang membutuhkan. Menurut pendapat para alim-ulama, zakat dikenakan
2,5 dua setengah persen untuk semua kekayaan yang tidak produktif Idle Assets, termasuk di dalamnya adalah uang kas,
deposito, emas, perak dan permata, pendapatan bersih dari transaksi Net Earning from Transaction, dan 10 sepuluh persen dari
pendapatan bersih investasi.
9. Islam melarang setiap pembayaran bunga Riba atas berbagai bentuk
pinjaman, apakah pinjaman itu berasal dari teman, perusahaan perorangan, pemerintah ataupun institusi lainnya. Al Quran secara
bertahap namun jelas dan tegas memperingatkan kita tentang bunga. Hal ini dapat dilihat dari turunnya ayat-ayat Al Quran sebagai berikut
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba yang berlipat-lipat ganda dan takutlah kepada Allah,….” Al-Imran: 130.
“Jual beli itu hanya seperti riba, Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba……” Al-Baqarah: 275.
Islam bukanlah satu-satunya agama yang melarang pembayaran bunga.
Banyak pemikir zaman dahulu yang berpendapat bahwa pembayaran bunga adalah tidak adil. Bahkan meminjamkan uang dengan bunga dilarang pada zaman Yunani
kuno. Aristoteles adalah orang yang amat menentang dan melarang bunga, sedang Plato juga mengutuk dipraktekkannya bunga Al-Mushlih, 2005: 10-11.
Alwi Reza Nasution : Analisis Potensi Dan Preferensi Masyarakat Terhadap Bank Syariah Di Wilayah Kota Medan, 2006
Usu Repository © 2008
2.2. Bank Syariah