Langkah-langkah dalam Theory of Constraint TOC

5.2.2.2.Tentukan Bagaimana Solusi Mengatasi Kendala yang Ada Pada tahap yang kedua ini bertujuan untuk membangun solusi sederhana dan praktis untuk mengatasi penyebab kendala yang sudah ditemukan dari diagram CRT. Jika dalam CRT yang dicari adalah faktor-faktor penyebab masalah utama, maka dalam CRD terlebih dahulu ditentukan tujuan objektif yang harus dicapai dan dilihat konflik yang muncul dari berbagai solusi tersebut. Solusi berfokus pada penyebab kendala yang berkaitan dengan waktu proses. Gambar CRD dapat dilihat pada Gambar 5.4. Menghilangkan bottleneck atau penumpukan bahan baku pada proses pengecoran Membagi elemen kerja dengan seimbang Menentukan stasiun kerja bottleneck Menerapkan line balancing Melakukan penjadwalan backward dan foreward Gambar 5.4. Conflict Resolution Diagram TOC Setelah ditentukan solusi mengatasi kendala yang ada dengan menggunakan CRD, maka tahap selanjutnya adalah menerapan solusi yang telah ditentukan tersebut.

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis Theory of Constraint

Pada langkah theory of constraint sebelumnya telah dilakukan identifikasi kendala yang ada pada perusahaan dengan menggunakan tools current reality tree. Identifikasi menunjukkan adanya bottleneck atau penumpukan bahan baku pada stasiun kerja empat dan stasiun kerja enam. Penyebab kendala ini karena adanya ketidakseimbangan waktu proses tiap stasiun kerja dan perbedaan kapasitas produksi tiap stasiun kerja. Selanjutnya ditentukan solusi sederhana dan praktis untuk mengatasi penyebab kendala yang sudah diidentifikasi pada langkah selanjutnya. Solusi tersebut terdiri dari empat perbaikan, yakni : 1. Menentukan stasiun kerja bottleneck Perbedaan total waktu proses pada stasiun kerja pattern dan stasiun kerja moulding. Total waktu pada stasiun kerja pattern lebih besar daripada stasiun kerja moulding, hal ini akan mengakibatkan operator pada stasiun kerja moulding akan menunggu bahan baku dari stasiun kerja pattern. 2. Melakukan penjadwalan backward foreward Setelah dilakukan penjadwalan berdasarkan kondisi aktual, waktu yang dibutuhkan pada setiap stasiun kerja lebih kecil dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan sebelum dilakukan penjadwalan. Perbandingan waktu yang dibutuhkan dapat dilihat pada Tabel 6.1 Tabel 6.1. Perbandingan Total Waktu yang Dibutuhkan Sebelum dan Sesudah Penjadwalan Stasiun Kerja Total Waktu Dibutuhkan Sebelum Total Waktu Dibutuhkan Sesudah Pattern 2726,8 2657,4 Moulding 1675,2 1477,8 Coating 703,0 433,2 Pouring 1891,6 1799,6 Shout Blasting 683,2 448,6 Machining 3422,6 3271,0 Finishing 786,6 576,6 Dari Tabel 6.1. terlihat bahwa total waktu yang dibutuhkan sesudah penjadwalan lebih kecil daripada sebelum penjadwalan. Hal ini terjadi karena adanya pengurangan waktu diluar waktu untuk memproses misalnya waktu perpindahan, waktu delay, dan waktu menunggu. Tetapi, penjadwalan tetap menghasilkan stasiun kerja bottleneck. Hal ini didukung pada Tabel 5.24 yang memperlihatkan masih terdapat stasiun kerja yang memiliki total waktu yang dibutuhkan lebih besar dari total waktu yang tersedia yaitu pada stasiun kerja pattern, pouring, dan machining. 3. Membagi elemen kerja dengan seimbang Setelah melakukan penjadwalan dan didapatkan hasil bahwa masih terjadi bottleneck kemudian dilakukan juga pehitungan kriteria lintasan untuk analisis apakah lintasan pada kondisi aktual sudah dikategorikan lintasan yang yang baik atau belum. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai efisiensi lintasan aktual yaitu 33,92 dan nilai smoothing index yaitu 414,84. Hasil ini menunujukkan bahwa lintasan pada kondisi aktual belum bisa dikategorikan pada lintasan yang baik. Hal ini dikarenakan nilai efisiensi lintasan yang masih jauh dari 100 berarti dengan lintasan yang ada ini terdapat banyak waktu menganggur pada lantai produksi yang diperkirakan sebesar 66,08

6.2. Analisis Line Balancing

Jumlah stasiun kerja pada kondisi aktual adalah sebanyak 7 stasiun kerja. Setelah dilakukan usulan perbaikan, stasiun kerja berubah menjadi lebih sedikit yaitu 5 stasiun kerja. Dengan pengurangan jumlah stasiun kerja mengurangi jumlah waktu menganggur karena waktu siklus tiap stasiun kerja tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Perbandingan kriteria lintasan antara kondisi aktual dengan alternatif satu dan dua berdasakan smothing index dan efisiensi lintasan dapat dilihat pada Tabel 6.2. Tabel 6.2. Perbandingan Kriteria Lintasan Kondisi Aktual dengan Usulan Perbandingan Aktual Alternatif 1 Alternatif 2 Smothing Index 414,84 33,01 33,19 Efisiensi Lintasan 24,72 88,78 88,78 Berdasarkan hasil perhitungan diatas jika dibandingkan dengan kondisi aktual, nilai efisiensi lintasan baik pada alternatif satu maupun dua lebih tinggi daripada aktual dimana perbedaan antara alternatif satu dan alternatif dua tidak terlalu jauh. Hal ini menunjukkan jika alternatif satu maupun dua diterapkan di pabrik maka lintasan dengan 5 stasiun kerja lebih efisien dan delay lebih kecil. Penerapan usulan perbaikan ini akan menyebabkan penggabungan elemen- elemen kerja ke dalam stasiun kerja. Operator dapat dialokasikan ke stasiun kerja manapun karena pada job qualification semua operator harus mampu mengoperasikan semua elemen kerja kecuali pada elemen kerja stasiun kerja pattern. Pada elemen kerja ini, operator harus berpengalaman dalam gambar teknik dan memiliki ketelitian yang sangat baik dan harus telah mengikuti pelatihan yang diadakan oleh perusahaan mengenai gambar teknik atau pun memiliki sertifikat khusus. Alternatif perbaikan ini menyebabkan pengurangan stasiun kerja dari tujuh stasiun kerja menjadi lima stasiun kerja. Hal ini juga berarti pengurangan jumlah tenaga kerja pada produksi screw press dari delapan orang menjadi lima orang,. Tenaga kerja yang berlebih dapat dialokasikan pada bagian produksi jenis produk lainnya.