Keseimbangan Lintasan Sistem Perakitan Assembly System

A B D E C F G H I J K 45 sekon 50 sekon 11 sekon 9 sekon 15 sekon 12 sekon 12 sekon 12 sekon 12 sekon 8 sekon 9 sekon Gambar 3.1. Precedence Diagram 3. Waktu Shift T Waktu shift T menyatakan total waktu pekerjaan selama satu shift. Misalnya, sebuah shift dimulai dari 08.00 sampai 16.30, di mana istirahat satu jam maka waktu shift adalah sebesar T = 450 menit. 4. Jadwal Shift N Jadwal shift N menyatakan jumlah produk akhir yang diinginkan selesai selama suatu shift. Misalnya, dijadwalkan produk yang harus selesai per shift adalah N = 100 unit. 5. Jumlah Operator n Jumlah minimum operator n yang dibutuhkan untuk menyelesaikan jadwal dinyatakan sebagai berikut. n = x NT 6. Waktu Siklus c Waktu siklus c merupakan ukuran waktu untuk menyelesaikan unit menjadi produk akhir. Ukuran ini dinyatakan sebagai berikut. c = NT 7. Waktu Rata-Rata Operator Waktu rata-rata operator dalam menyelesaikan pekerjaannya dinyatakan sebagai berikut. = Kinerja lini perakitan dapat dinyatakan berdasarkan kriteria berikut. 1. Balance Delay Balance delay merupakan ukuran efisiensi lini dengan menghitung porsi waktu idle per unit. Balance delay dapat diperoleh dari waktu siklus c dan waktu operator rata-rata sebagai berikut: d = c- c 2. Efficiency Ratio Efficiency ratio membandingkan waktu rata-rata operator dengan waktu siklus c. E = c

3.3. Permasalahan Keseimbangan Lintasan

Permasalahan pada lintasan produksi banyak terjadi pada proses perakitan dibandingkan dengan proses pabrikasi. Dalam pabrikasi, part-part biasanya membutuhkan mesin-mesin berat dengan waktu siklus yang panjang 5 5 Arman Hakim Nasution. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Surabaya: Guna Widya, 1999 h. 328 . Bila beberapa operasi dengan peralatan yang berbeda dibutuhkan secara proses seri, maka akan sulit untuk menyeimbangkan panjangnya waktu siklus mesin yang pada akhirnya akan menghasilkan rendahnya penggunaan kapasitas. Gerakan kontinu lebih dapat dicapai dengan operasi yang dilakukan secara manual jika operasi tersebut dapat dibagi-bagi menjadi pekerjaan-pekerjaan kecil dengan waktu yang sangat pendek. Semakin besar fleksibilitas dalam mengkombinasikan tugas-tugas tersebut, semakin tinggi pula derajat keseimbangan yang dapat dicapai. Pengelompokan tugas-tugas yang akan dihasilkan pada lintasan produksi yang seimbang membutuhkan informasi tentang waktu pelaksanaan tugas, kebutuhan precedence tingkat ketergantungan yang menentukan urutan yang feasible, tingkat output dan waktu siklus yang diinginkan.

3.4. Pendefinisian Masalah Keseimbangan

Dalam lintasan perakitan satu unit produk, biasanya ada sejumlah k elemen kerja. Untuk masing-masing elemen kerja dibutuhkan waktu proses selama tk k = 1, 2, 3, … k dan total waktu yang dibutuhkan untuk merakit satu unit produk adalah : k elemen juga dibatasi oleh hubungan precedence yang biasa diberikan oleh diagram precedence, seperti yang dicantumkan pada Gambar 3.1. Simbol di dalam lingkaran menyatakan elemen kerja dan nomor di luar lingkaran menyatakan waktu pengerjaan elemen. Elemen kerja i merupakan predecessor dari elemen kerja j jika proses perakitan menghendaki elemen kerja i lebih dulu sebelum elemen j.

3.5. Studi Waktu Kerja

Pengukuran waktu adalah teknik pengukuran kerja untuk mencatat jangka waktu dan perbandingan kerja mengenai unsur pekerjaan tertentu yang dilaksanakan dalam keadaan tertentu pula, serta untuk menganalisa keterangan tersebut sehingga diperoleh waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut pada tingkat prestasi tertentu 6 Secara garis besar, teknik pengukuran waktu kerja dapat dibagi kedalam dua bagian, yaitu: . 1. Pengukuran waktu secara langsung, yaitu pengukuran waktu yang dilakukan secara langsung di tempat pekerjaan yang diukur dijalankan. Yang termasuk pengukuran waktu secara langsung adalah cara pengukuran kerja dengan menggunakan jam henti stopwatch time study dan sampling kerja work sampling. 2. Pengukuran waktu kerja secara tidak langsung, yaitu pengukuran waktu yang dilakukan tanpa harus berada di tempat pekerjaan yang sedang diamati. Aktivitas yang dilakukan hanya melakukan perhitungan waktu kerja dengan membaca tabel-tabel waktu yang tersedia. 6 Sutalaksana, Iftikar J., John H. Tjakraatmadja, Ruhana Anggawisastra, TeknikTata Cara Kerja, Bandung, Departement Teknik Industri – ITB, 1979, Hal 117