12
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN
PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Hasil Belajar
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I, Pasal 1, ayat 4, disebutkan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Hasil dari pengembangan
potensi tersebut dapat tercermin dari hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
Hasil belajar adalah sasaran yang diharapkan oleh semua pihak. Setidaknya, semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan menghasilkan lulusan yang
dapat membaca dan menulis literacy, berhitung numeracy, dan kecakapan hidup life skills. Selain itu, peserta didik harus memiliki kecerdasan emosional
dan sosial emotional dan social intelligences, nilai-nilai lain yang diperlukan masyarakat. Terkait dengan berbagai macam kecerdasan, yang merupakan
sumbangan penting untuk perkembangan anak adalah membantunya untuk menemukan bidang yang paling cocok dengan bakatnya.
Hasil belajar yang akan dicapai sesungguhnya yang sesuai dengan potensinya, sesuai dengan bakat dan kemampuannya, serta sesuai dengan tipe
kecerdasannya, di samping juga nilai-nilai kehidupan values yang diperlukan untuk memeliharan dan menstransformasikan budaya dan kepribadian bangsa.
Semua itu pada dasarnya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional “….
11
13 berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab” Pasal 3 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Belajar merupakan sebuah proses yang berakhir pada output dan outcome.
Output merujuk pada hasil yang diperoleh selama siswa mengikuti aktivitas belajar, sedangkan outcome merujuk pada perubahan perilaku dari hasil belajar.
Hasil belajar merupakan ketercapaian atas indikator-indikator yang direncanakan pada saat pendidik menyusun rencana pembelajaran, biasa berupa kemampuan,
keterampilan dan sikap yang akan dikuasai siswa. Kemampuan yang telah dikuasai siswa atas pelajaran tertentu ditandai dengan adanya perubahan perilaku
sesuai dengan indikator yang ingin dicapai, karena tanpa adanya perubahan maka dianggap tidak ada belajar. Menurut Sujana, hasil belajar adalah “kemampuan-
kemampuan yang telah dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar”
11
. Dipertegas oleh Oemar Hamalik yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah
“bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi
mengerti”
12
. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini
dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
Di sisi lain, hasil belajar adalah tingkat kemampuan siswa setelah mengikuti pelajaran selama kurun waktu tertentu. Hasil belajar merupakan hasil akhir tentang
11
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, hlm. 22
12
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara, 2006, hlm. 30
14
tinggi rendahnya nilai siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Pembelajaran dikatan berhasil jika tingkat pengetahuan mahasiswa bertambah dari sebelumnya.
Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni a keterampilan dan kebiasaan, b pengetahuan dan pengertian, c sikap dan cita-cita. Sedangkan
Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni a informasi verbal, b keterampilan intelektual, c strategi kognitif, d sikap, dan e keterampilan
motoris. Sedangkan dalam sistem pendidikan nasional, secara umum rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional,
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjagi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan
ranah psikomotorik
13
. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Uraian ranah-ranah tersebut kemudian dideskripsikan oleh Bloom sebagai berikut:
a. Pengetahuan, merupakan kemampuan untuk mengetahui apa yang sedang
dipelajari dan juga kemampuan untuk mengingat kembali terhadap hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam memori berupa fakta, kaidah,
prinsip dan metode. Pada waktu menyelesaikan masalah, si pembelajar menggali ingatan dari memorinya terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapinya. Orang yang memiliki daya ingatan kuat, dengan cepat dapat mengingat kembali apa yang diketahui dan dialaminya.
Tetapi orang yang daya ingatannya lemah, akan mudah lupa apa yang diketahui dan dialaminya, karena apa yang tersimpan dalam memori
tertimbun oleh fakta, kaidah, prinsip dan metode.
13
Nana Sudjana, Penilaian Hasil …, h. 22
15 b.
Pemahaman, merupakan kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan atau materi yang dipelajari. Kemampuan ini dapat dinyatakan dengan
menguraikan isi pokok dari materi yang dipelajari, mengubah data yang disajikan dalam bentuk lain, atau membuat perkiraan tentang kecenderungan
dari suatu peristiwa atau keadaan berdasarkan trend data yang terjadi. c.
Penerapan, merupakan kemampuan menerapkan suatu kaidah atau metode untuk memecahkan suatu permasalahan atau persoalan baru. Kemampuan ini
dapat dinyatakan dalam aplikasi suatu rumus dalam memecahkan persoalan yang belum pernah dihadapi atau aplikasi metode dalam memecahkan
permasalahan baru. d.
Analisis, merupakan kemampuan untuk merinci suatu kesatuan dalam bagian- bagian yang lebih kecil sehingga seluruh struktur berserta bagian-bagiannya
dapat dipahami dengan baik. Kemampuan ini dinyatakan dalam penganalisisan bagian-bagian pokok atau komponen-komponen dasar dari
suatu struktur dan mencari dari keterkaitan antara komponen-komponen dasar sehingga membentuk struktur tersebut.
e. Sintesis, merupakan kemampuan untuk mensintesiskan bahan-bahan atau
materi yang dipelajari serta membentuk suatu kesatuan atau struktur dan pola baru dari bahan-bahan atau materi yang dipelajari. Dalam hal ini dituntut
kriteria untuk menemukan pola dan struktur baru sehingga kemampuan ini setingkat lebih tinggi dari kemampuan analisis.
f. Evaluasi, merupakan kemampuan untuk membentuk suatu pendapat
mengenai sesuatu atau beberapa hal sebagai pengembangan dari bahan-bahan atau materi yang dipelajari. Dalam menguraikan pendapat tersebut, sebagai
pertanggungjawabannya perlu disertai dengan argumentasi-argumentasi yang mengacu atau berdasarkan kepada kriteria tertentu yang telah dipelajari atau
merupakan pengembangan dari bahan-bahan atau meteri yang telah dipelajari
16 Ranah kognitif dari Bloom ini sangat komprehensif dan menyajikan unsur-
unsur secara detail terhadap aspek-aspek pemahaman. Menurut Bloom, untuk dapat mempelajari suatu materi atau pelajaran baru dengan baik diperlukan dua
hal yaitu perilaku kognitif awal dan karakteristik afektif awal. Perilaku kognitif awal merupakan jenis pengetahuan, keterampilan dan kompetensi; sedangkan
karakteristik afektif awal merupakan motivasi dari diri si pembelajar. Perilaku kognitif awal tersebut bersifat kumulatif, artinya suatu materi atau pelajaran yang
baru hanya dapat dipelajari dengan baik jika si pembelajar sudah memiliki atau memahami materi sebelumnya.
Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha. Dalam hal ini usaha dalam perwujudan prestasi belajar siswa yang didapat pada nilai setiap tes.
Keberhasilan proses belajar dapat dilihat dari hasil yang diperoleh siswa dalam belajar, seperti pengalaman, cara berpikir dan perubahan tingkah laku.
Keberhasilan proses belajar juga ditentukan dengan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran. Jika tujuan pembelajaran tercapai atau terpenuhi, proses belajar
tersebut dapat dikatakan berhasil. Hal ini sejalan dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono ”bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi belajar dan
tindak mengajar”
14
. Di dalam kegiatan belajar mengajar tentu akan dihasilkan suatu produk
yang disebut prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan gambaran tentang seberapa jauh penguasaan siswa terhadap pelajaran. Pernyataan ini didukung oleh
Yohana yang berpendapat bahwa prestasi belajar adalah ”gambaran penguasaan siswa atas materi pelajaran dan atau perilaku yang relatif menetap sebagai akibat
dari proses belajar yang dialaminya dalam jangka waktu tertentu”
15
.
14
Dimyati dan Mujiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Penerbit PT Rineka Cipta. Jakarta, hlm. 3
15
Corry Yohana, “Pengaruh Antara SQ, EQ dan IQ Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Fakultas Ekonomi UNJ”, Jurnal Econosains Volume VI, Nomor 1, Maret 2008, h. 12.
17 Hasil belajar atau prestasi belajar yang diraih siswa merupakan hasil-hasil
yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Proses tersebut dimulai dari tahap perencanaan yang ditandai dengan penetapan indikator
keberhasilan yang akan diraih peserta didik setelah mengikuti tahapan berikutnya yaitu proses pembelajaran yang kemudian diakhiri dengan tahap penilaian. Pada
tahap penilaian inilah akan diketahui tingkat ketercapaian dari indikator-indikator yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan.
Wiryawan dalam Hajat mengemukakan bahwa: Prestasi belajar yang diperoleh siswa sebagai akibat dari proses belajar
yang dilaksanakan siswa selama ini. Adanya perubahan itu tampak dalam prestasi yang dihasilkan oleh anak didik terhadap pertanyaan atau
persoalan atau tugas yang diberikan oleh guru, tergantung dari pengetahuan atau pemahaman.
16
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Winkle menyatakan prestasi belajar adalah “bukti usaha yang dapat dicapai siswa setelah melakukan proses
belajar”
17
. Juga oleh Azwar dalam Legowo yang menyatakan bahwa prestasi belajar adalah “keberhasilan seseorang dalam belajar. Untuk mengetahui prestasi
belajar seorang siswa dilakukan suatu penilaian. Penilaian tersebut dapat dilaksanakan baik melalui teknik tes maupun teknis non-tes”
18
. Sedangkan Harimurti dalam Legowo menyatakan bahwa prestasi belajar
merupakan “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh
16
Nurahma Hajat I Ketut R, Sudiarditha. “Hubungan Antara Motivasi dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Program D-III Jurusan Ekonomi dan Adminsitrasi FE UNJ”, Jurnal
Econosains Volume VI, Nomor 1, Maret 2008, h. 37.
17
Tri Rahayu, “Pelayanan BK Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Semarang”, Jurnal Pendidikan Iswara Manggala Volume I No.1, Februari 2005,
h. 8.
18
Sapto Legowo, “Pengaruh Penyesuaian Diri Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas Unggulan Di SD Sompok Semarang”, Jurnal Pendidikan Iswara Manggala Volume I No. 3, Juni
2005, h. 7-8.
18 suatu mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau mata pelajaran
yang ditunjukkan dengan angka nilai yang diberikan oleh guru”
19
. Pendapat ini menekankan pada tingkat pencapaian prestasi siswa pada
ranah pengetahuan atau keterampilan dari suatu mata pelajaran. Indikator- indikator pencapaian prestasi siswa kemudian dikembangkan melalaui proses
pembelajaran dan diakhiri dengan evaluasi hasil atau prestasi belajar melalui tes. Proses penilaian ini akan menghasilkan skor atau angka yang dapat menunjukkan
tingkat keberhasilan siswa. Menurut Thantawy dalam Rahayu menyatakan bahwa prestasi belajar
adalah “tanda atau simbol keberhasilan yang telah dicapai dari usaha belajar, tanda atau simbol itu biasanya dinyatakan dengan nilai, angka, atau huruf. Tanda
itu melambangkan kemampuan aktual dalam bidang pengetahuan dan keterampilan”
20
. Secara spesifik Kadir mengemukakan bahwa prestasi belajar matematika
merupakan “salah satu ukuran tingkat keberhasilan siswa setelah menjalani proses belajar. Keberhasilan ini biasanya diukur dalam jangka waktu tertentu, misalnya
beberapa kali pertemuan, satu caturwulan atau semester bahkan setelah lulus pada tingkat akhir”
21
. Setiap siswa perlu memiliki penguasaan matematika pada tingkat tertentu,
yang merupakan penguasaan kecakapan matematika untuk dapat memahami dunia dan berhasil dalam kariernya. Kecakapan matematika yang ditumbuhkan pada
siswa merupakan sumbangan mata pelajaran matematika kepada pencapaian kecakapan hidup yang ingin dicapai melalui kurikulum ini.
19
Sapto Legowo, “Pengaruh Penyesuaian Diri …, h. 7.
20
Tri Rahayu, “Pelayanan BK Dalam …, h. 8
21
Kadir, “Pengaruh Pendekatan Problem Posing Terhadap Prestasi Belajar Matematika Jenjang Pengetahuan, Pemahaman, Aplikasi dan Evaluasi ditinjau dari Metakognisi Siswa SMU di
DKI Jakarta”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 053, Tahun Ke-11, Maret 2005, h.233
19 Kurikulum Matematika SMP 2003, dinyatakan bahwa Matematika
berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar, dan trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan
dengan bahasa melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel. Tujuan pembelajaran
matematika adalah: 1.
Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikian, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan
kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi. 2.
Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin
tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba. 3.
Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. 4.
Mengembangkan kemampuan
menyampaikan informasi
atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan,
grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan. Standar Kompetensi Matematika merupakan seperangkat kompetensi
matematika yang dibakukan dan harus ditunjukkan oleh siswa pada hasil belajarnya dalam mata pelajaran matematika. Standar ini dirinci dalam komponen
kompetensi dasar beserta hasil belajarnya, indikator, dan materi pokok, untuk setiap aspeknya.
Pengorganisasian dan pengelompokan materi pada aspek tersebut didasarkan menurut disiplin ilmunya atau didasarkan menurut kemahiran atau
kecakapan yang hendak ingin dicapai. Ruang lingkup materi pada standar
20 kompetensi mataematika ini adalah bilangan, pengukuran dan geometri, aljabar
serta peluang dan statistik. Kemampuan matematika yang dipilih dalam Standar Kompetensi ini
dirancang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa agar dapat berkembang secara optimal, serta memperhatikan pula perkembangan pendidikan matematika
di dunia sekarang ini. Untuk mencapai kompetensi tersebut dipilih materi-materi matematika dengan memperhatikan struktur keilmuan, tingkat kedalaman materi,
serta sifat esensial materi dan keterpakaiannya dalam kehidupan seharihari. Semua aspek yang dijabarkan dalam Kompetensi Dasar dan Indinkator,
terangkum dalam Kemahiran Matematika yang disajikan pada setiap awal kelas. Secara rinci matematika SMP dan MTs dikelompokkan kedalam 13
Standar Kompetensi yang tercakup pada 4 empat aspek matematika Bilangan, Geometri dan pengukuran, Peluang dan Statistika, Aljabar. Tiga belas standar
kompetensi tersebut diatur menurut urutan sebagai berikut: 1.
Melakukan operasi hitung bilangan serta dapat menggunakannya dalam pemecahan masalah
2. Memahami dan dapat melakukan operasi bentuk aljabar, persamaan dan
pertidaksamaan linear satu variabel, himpunan serta dapat menggunakan dalam pemecahan masalah
3. Mengidentifikasi garis, sudut, dan bangun datar serta dapat menentukan
besaran-besaran yang ada di dalamnya 4.
Memahami dan melakukan operasi aljabar, fungsi, persamaan garis, dan sistem persamaan, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah
5. Menentukan panjang suatu garis dalam segitiga serta dapat menggunakannya
dalam pemecahan masalah 6.
Mengidentifikasi lingkaran serta menentukan besaran-besaran yang terkait di dalamnya
21 7.
Mengidentifikasi bangun ruang sisi lengkung BRSL serta menentukan besaran-besarannya
8. Memahami kesebangunan bangun datar
9. Mengidentifikasi bangun ruang sisi datar serta dapat menentukan besara-
besaran di dalamnya 10.
Melakukan kegiatan statistika 11.
Melakukan operasi pangkat tak sebenarnya dan logaritma 12.
Menentukan pola, deret bilangan dan menggunakannya dalam pemecahan masalah
13. Memahami dan menggunakan persamaan kuadrat dalam pemecahan masalah
Hasil belajar seseorang baru dapat diketahui setelah dilakukan evaluasi hasil belajar. Evaluasi akan menghasilkan skor atau angka yang dapat
menunjukkan tingkat keberhasilan atau prestasi. Hamalik menyatakan bahwa evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan
kegiatan pengukuran pengumpulan data dan informasi, pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat
hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil
belajar menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku siswa.
22
Beberapa pendapat yang sama menyebutkan bahwa evaluasi dapat diartikan “sebagai proses menilai sesuatu berdasarkan kriteria atau tujuan yang
telah ditetapkan, yang selanjutnya diikuti dengan pengambilan keputusan atau objek yang dievaluasi”
23
. Anas Sudjiono dalam Djaali mengemukakan bahwa
22
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009, h.159
23
Djaali, Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan, Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta, 2000, h. 2
22 evaluasi pada dasarnya merupakan “penafsiran atau interpretasi yang bersumber
pada data kuantitatif, sedangkan penilaian merupakan hasil dari pengukuran”
24
. Penilaian dapat dilakukan berdasarkan hasil pengukuran atau dapat pula
dipengaruhi oleh hasil pengukuran. Hasil penilaian dapat menentukan tingkat keberhasilan seorang siswa. Sedangkan tingkat keberhasilan biasanya dinyatakan
dalam bentuk angka yang diperoleh dari hasil pengukuran. Menurut Djaali, pengukuran adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mengukur dalam arti memberi angka terhadap sesuatu yang disebut obyek pengukuran atau obyek ukur. Di sekolah, pengukuran dilakukan guru
untuk menaksir prestasi siswa. Alat yang digunakan untuk mengukur prestasi siswa adalah pada umumnya adalah tes yang disebut tes hasil
belajar
25
. Evaluasi dapat dilakukan dengan mengadakan ujian lisan atau tulisan;
hasil pengujian belajar dapat diketahui setelah disesuaikan dengan hasilnya. Bentuk penilaian dapat berupa angka atau huruf dan nilai berdasarkan hasil
penilaian dinamakan prestasi belajar
26
. Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa
dibuktikan dengan ditunjukkan melalui angka dari hasil evaluasi yang dilakukan guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya
setelah mengikuti tahapan-tahapan dalam proses pembelajaran. Djaali menyatakan bahwa tes dapat berfungsi sebagai ”alat untuk
mengukur prestasi belajar siswa. Sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa tes dimaksudkan untuk mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan
yang telah dicapai siswa setelah menempuh proses belajar mengajar dalam jangka
24
Djaali, Pengukuran Dalam ..., h. 2
25
Djaali, Pengukuran Dalam …, h. 8
26
Nurahma Hajat I Ketut R. Sudiarditha, “Hubungan Antara Motivasi ..., h. 37
23 waktu tertentu”
27
. Sedangkan Sudijono menyatakan bahwa terdapat dua macam fungsi tes yaitu:
a. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes
berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar
mengajar dalam jangka waktu tertentu
b. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui
tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai
28
. Dalam kaitannya mengukur hasil belajar siswa sebagai efek atau pengaruh
dari kegiatan pembelajaran, tes dibedakan menjadi beberapa golongan. Djaali menggolongkan menjadi dua yaitu ”tes awal yang dikenal dengan istilah pre-test
dan tes akhir yang dikenal dengan post-test”
29
. Tes awal atau yang dikenal dengan pre-test dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengetahui kemampuan awal atau penguasaan dasar atas pengetahuan atau materi pelajaran yang akan diberikan pendidik. Materinya meliputi pokok bahasan
penting yang akan diajarkan pada kegiatan pembelajaran. Tes akhir atau yang dikenal dengan istilah post-test diberikan setelah siswa
mengikuti sejumlah materi pelajaran yang diberikan guru. Tes ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi-materi yang penting
telah diajarkan. Umumnya, materi tes disesuaikan dengan indikator yang akan dicapai yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan pengajaran yaitu pada
penyusunan indikator keberhasilan. Disamping tes awal dan tes akhir, dalam pembelajaran dikenal juga tes
formatif dan tes sumatif. Tes formatif digunakan untuk mengukur setiap satuan bahasan tertentu dan bertujuan hanya untuk memperoleh gambaran tentang daya
27
Djaali, Pengukuran Dalam …, h. 11
28
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Press, 2009, h.67
29
Djaali, Pengukuran Dalam…, h. 16
24 serap siswa terhadap satuan bahasan tertentu. Hasil tes ini dipergunakan untuk
memperbaiki proses belajar mengajar tertentu dalam waktu tertentu pula, atau sebagai umpan balik dalam memperbaiki proses belajar mengajar.
Tes sumatif diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap pokok- pokok bahasan yang telah diajarkan siswa selama satu semester. Tujuannya adalah
untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil tes ini digunakan untuk kenaikan kelas sebagai
ukuran kualitas sekolah. Jika hasil keseluruhan dari tes sumatif ini baik maka dapat dikatakan bahwa sekolah tersebut mempunyai kualitas yang baik.
Dalam penelitian ini, tes yang digunakan adalah tes sumatif terhadap mata pelajaran Matematika pada siswa kelas VIII semester genap. Tes tersebut
diberikan setelah siswa mengikuti program pembelajaran matematika selama satu semester dengan pokok bahasan atau materi sesuai dengan kurikulum yang
berlaku. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dalam proses belajar yang hasilnya dinyatakan dengan skor yang diperoleh melalui tes.
2. Kemandirian Belajar