Kemandirian Belajar Landasan Teori

24 serap siswa terhadap satuan bahasan tertentu. Hasil tes ini dipergunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar tertentu dalam waktu tertentu pula, atau sebagai umpan balik dalam memperbaiki proses belajar mengajar. Tes sumatif diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap pokok- pokok bahasan yang telah diajarkan siswa selama satu semester. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil tes ini digunakan untuk kenaikan kelas sebagai ukuran kualitas sekolah. Jika hasil keseluruhan dari tes sumatif ini baik maka dapat dikatakan bahwa sekolah tersebut mempunyai kualitas yang baik. Dalam penelitian ini, tes yang digunakan adalah tes sumatif terhadap mata pelajaran Matematika pada siswa kelas VIII semester genap. Tes tersebut diberikan setelah siswa mengikuti program pembelajaran matematika selama satu semester dengan pokok bahasan atau materi sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dalam proses belajar yang hasilnya dinyatakan dengan skor yang diperoleh melalui tes.

2. Kemandirian Belajar

Kemandirian termasuk ke dalam lingkup sifat seseorang. Sifat merupakan “struktur mental” seseorang yang menunjukkan adanya suatu konsistensi karena kemandirian merupakan salah satu segi dari sifat seseorang, maka dalam mempelajari konsep kemandirian harus dilihat sebagai bagian dari kepribadian individu yang bersangkutan. Menurut Jacob Utomo, “kemandirian adalah mempunyai kecenderungan bebas berpendapat. Kemandirian merupakan suatu kecederungan menggunakan 25 kemampuan diri sendiri untuk menyelesaikan suatu masalah secara bebas, progresif, dan penuh dengan inisiatif” 30 . Pendapat ini dapat diartikan bahwa seseorang yang mempunyai kemandirian akan bertanggung jawab dan tidak tergantung kepada orang lain. Pendapat lain menurut Steinberg dalam Aspin, 2007 “remaja yang memperoleh kemandirian adalah remaja yang dapat memiliki kemampuan untuk mengatur diri sendiri secara bertangung jawab, meskipun tidak ada pengawasan dari orang tua ataupun guru ” 31 . Siswa dengan kemandirian yang tinggi, akan berusaha untuk bertanggung jawab terhadap kemajuan prestasinya, mengatur diri sendiri, memiliki inisiatif yang tinggi dan memiliki dorongan yang kuat untuk terus menerus mengukir prestasi. Mereka juga berusaha mendapatkan dan menggunakan segala fasilitas dan sumber belajar dengan sebaik-baiknya. Sikap mandiri siswa dalam mengerjakan tugas harus dipupuk sedini mungkin, karena dengan sikap mandiri dapat menunjukkan inisiatif, berusaha untuk mengejar prestasi, mempunyai rasa percaya diri. 32 Hal ini berarti dalam kemandirian terdapat sifat tanggung jawab. Tanggung jawab adalah sikap utama yang harus dimiliki oleh siswa dalam belajar. “Siswa yang bertanggung jawab biasanya tahu akan hak dan kewajibannya sebagai pelajar, memiliki kesadaran diri tinggi akan tugasnya sebagai pelajar, berusaha dengan tekun dan keras dalam memperjuangkan prestasinya dan mereka juga berani dalam mengambil tindakan atau keputusan” 33 . Siswa akan menganggap belajar merupakan tugas pokok yang harus dilakukan dengan sebaik mungkin dengan cara mengerjakan semua tugas yang 30 La Ode Basir, Kemandirian Belajar Atau Belajar Mandiri. www.smadwiwarna.net Diakses tanggal 2 Mei 2010 31 Aspin, Hubungan Gaya Mengasuh Orang Tua Authoritarian Dengan Kemandirian Emosian Remaja, Tesis Publikasi Jurnal Damandiri, www.damandiri.or.id , h. 25 Diakses tanggal 6 Juni 2009 32 Dede Suryadi, Memupuk Kemandirian Siswa. http:bataviase.co.idnode160617 . Diakses Tangga 6 Juni 2009. 33 Dede Suryadi, Memupuk Kemandirian.. 26 diberikan oleh guru atas dorongan dalam diri sendiri tanpa dorongan dari orang lain untuk mengejar prestasi yang diinginkan. Siswa yang mandiri dengan tanggung jawabnya akan belajar walaupun guru tidak hadir di kelas. Guru hanya sebagai fasilitator, motivator, sehingga kalau guru tidak hadir waktunya akan dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk memperdalam materi pelajaran yang telah diajarkan. Siswa yang bertanggung jawab adalah siswa yang memiliki kesadaran diri, memiliki ketekunan dalam mengerjakan tugas, dan berani mengambil keputusan. Kemandirian belajar siswa merupakan salah satu prinsip terpenting dalam psikologi pendidikan hal ini dapat dilihat dari Slavin dalam bukunya Psikologi Pendidikan yang menyatakan bahwa: Salah satu prinsip terpenting dalam psikologi pendidikan ialah bahwa guru tidak dapat hanya memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri. Guru dapat memfasilitasi proses ini dengan mengajar dengan cara-cara yang menjadikan informasi bermakna dan relevan bagi siswa, dengan memberi kesempatan kepada siswa menemukan atau menerapkan sendiri gagasan- gagasan, dan dengan mengajari siswa untuk mengetahui dan dengan sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga untuk menuju pemahan yang lebih tinggi, namun siswa sendiri harus memanjat tangga itu. 34 Pernyataan ini menunjukkan bahwa untuk berhasil mencapai prestasi belajar yang tinggi, sangat tergantung dari usaha siswa itu sendiri, siswa harus memiliki kemampuan belajar mandiri dengan cara membangun pengetahuan dalam pikiran, memanfaatkan kesempatan untuk menemukan atau menerapkan sendiri gagasan-gagasan dan menggunakan strategi belajar yang dimiliki. Dengan kata lain, kesadaran untuk belajar secara mandiri menjadi hal penting dalam pengembangan potensi akademik yang dimiliki siswa. 34 Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktek Jilid 2 Jakarta: PT Indeks, 2009, h. 6 27 Jika dikaitkan dengan teori pembelajaran konstruktivis contructivist teori of learning, maka prinsip-prinsip pembelajaran mandiri memiliki relevansi yang tinggi. Slavin mengutip dari beberapa literatur menyatakan bahwa “Inti teori konstruktivis ialah gagasan bahwa pelajar masing-masing harus menemukan dan mengubah informasi yang rumit kalau mereka ingin menjadikannya milik sendiri” 35 . Pandangan ini, menurut Salvin memiliki implikasi yang sangat besar bagi pengajaran, karena hal itu menyarankan peran yang jauh lebih aktif bagi siswa dalam pembelajaran mereka sendiri daripada biasanya ditemukan dalam ruang kelas. Beberapa pendapat lain yang menunjukkan bahwa kemandirian belajar erat kaitannya dengan prestasi belajar siswa diantaranya adalah menurut pendapat Parnell 2001, membuktikan bahwa “pembelajaran mandiri dapat menjadikan siswa berhasil” 36 . Pendapat yang sama dikemukakan oleh Silberman yang menyatakan bahwa “ketika para peserta didik belajar atas kemamuan sendiri, mereka mengembangkan kemampuan memfokuskan dan merefleksikan. Bekerja atas kemauan sendiri juga memberi mereka kesempatan untuk bertanggung jawab secara pribadi terhadap belajarnya” 37 . Dalam buku yang sama Silberman mempertegas bahwa “belajar dengan pengarahan sendiri sering lebih mendalam dan lebih permanent daripada dengan pengarahan pengajar guru” 38 . Pendapat-pendapat tersebut menunjukkan bahwa keterlibatan siswa yang dominan dalam proses pembelajaran menjadi salah satu faktor penentu keberhasilnya meraih prestasi yang tinggi. Secara teori, ini membuktikan bahwa kemandirian siswa yang ditandai dengan aktivitas individu baik di dalam kelas 35 Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan..., h. 6 36 Elaine B. Johnson, Contextual Teaching Learning Bandung: Mizan Learning Center, 2009, h. 178 37 Mel Silberman, Active Learning, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2007, h. 182 38 Mel Silberman, ActiveLearning …, h. 197 28 maupun diluar kelas menjadi penting untuk terus ditumbuhkembangkan sehingga melekat dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam prilaku kesehariannya. Badura 1991, Dembo Eaton 2000 Schunk Zimmerman, 1997 serta Winne 1997. dalam Slavin menyatakan bahwa: Pelajar yang mandiri Self-regulated learner adalah siswa yang mempunyai pengetahuan tentang strategi pembelajaran yang efektif dan bagaimana serta kapan menggunakkannya. Lebih jauh, pelajar yang mandiri termotivasi oleh pembelajaran itu sendiri, bukan hanya oleh nilai atau persetujuan orang lain Bockaerts, 1995, dan mereka mampu bertahan pada tugas jangka panjang hingga tugas tersebut terselesaikan. dan “program yang mengajarkan strategi pembelajaran mandiri kepada anak-anak telah ditemukan meningkatkan pencapaian siswa Fichs et.al 2003; Mason 2004 39 . Kemandirian belajar juga erat kaitannya dengan teori atribusi. Menurut Slavin, teori atribusi merupakan teori motivasi yang terfokus pada bagaimana orang menjelaskan penyebab keberhasilan dan kegagalan mereka sendiri. Salah satu konsep yang merupakan inti teori atribusi adalah lokasi kendali locus of control. Slavin menyatakan bahwa “seseorang yang memiliki lokasi kendali internal adalah orang yang percaya bahwa keberhasilan atau kegagalan terjadi karena upaya atau kemampuannya sendiri” 40 . Menurut Steinberg dalam Aspin Secara psikososial kemandirian tersusun dari tiga bagian pokok yaitu : 1. Otonomi emosi emotional autonomy – aspek kemandirian yang berhubungan dengan perubahan kedekatanketerikatan hubungan emosional individu, terutama sekali dengan orang tua, 2. Otonomi bertindak behavioral autonomy – aspek kemampuan untuk membuat keputusan secara bebas dan menindaklanjutinya dan 3. Otonomi nilai value autonomy – aspek kebebasan untuk memaknai seperangkat prinsip tentang benar dan salah, yang wajib dan yang hak, apa yang penting dan apa yang tidak penting 41 . 39 Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan..., h. 13 40 Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan..., h. 111 41 Aspin, Hubungan Gaya Mengasuh Orang ..., h. 21 29 Siswa yang telah memiliki kemandirian menjadikan orang tua sebagai mitra dan bahkan sahabat yang ketergantungannya tidak tinggi dan baru muncul ketika diperlukan. Siswa seperti ini tidak banyak memiliki tuntutan terhadap orang tuanya dan memahami kondisi orang tuanya, termasuk kemampuan secara finansial. Di samping itu, siswa yang mandiri, mampu mengambil keputusan secara cepat, dan menjalankannya dengan penuh konsekuensi. Siswa yang mandiri juga terbiasa dengan nilai-nilai, norma dan etika terhadap baik-buruknya, pantas- tidaknya suatu perbuatan. Siswa yang mandiri terbiasa mendahulukan kegiatan yang menjadi prioritas, karena mereka tidak banyak bergantung kepada lingkungan, sehingga berusaha menyelesaikan kegiatan yang mereka anggap lebih penting daripada hal-hal yang kurang manfaat. Kemandirian belajar juga erat kaitannya dengan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning CTL. Salah satu prinsip dalam CTL adalah pengaturan diri sendiri. Prinsip ini meminta para pendidik untuk mendorong setiap siswa untuk mengeluarkan seluruh potensinya. Ketika siswa menghubungkan materi dengan konteks keadaan pribadi mereka, mereka terlibat dalam kegiatan yang mengandung prinsip pengaturan diri. Mereka menerima tanggung jawab atas keputusan dan perilaku sendiri, menilai alternative, membuat pilihan, mengembangkan rencana, menganalisis informasi, menciptakan solusi, dan dengan kritis menilai bukti. 42 Sesuai dengan prinsip tersebut, maka salah satu komponen CTL adalah para siswa akan menjadi siswa yang dapat mengatur diri sendiri dan aktif sehingga dapat mengembangkan minat individu, mampu bekerja sendiri atau dalam kelompok. Siswa mandiri berdasarkan pendekatan CTL berarti para pelajar yang memiliki kemampuan untuk mengatur diri sendiri semua aktivitas belajarnya baik 42 Elaine B. Johnson, Contextual Teaching …, h.82 30 di dalam kelas maupun di luar kelas. Mereka mengambil keputusan sendiri dan menerima tanggung jawab atas apa yang telah diperbuat. Pembelajaran CTL, mengharuskan siswa untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam hal: “mengambil tindakan, bertanya, membuat keputusan mandiri, berpikir kreatif dan kritis, memiliki kesadaran-diri, dan biasa bekerja sama” 43 . Kemampuan dan keterampilan tersebut menjadi ciri atau karakter dari siswa yang memiliki kemandirian dalam belajar. Kemampuan dalam mengambil tindakan tanpa diminta dan membuat keputusan secara mandiri dengan mempertimbangkan segala resiko sebagai bagaian dari tanggung jawab menjadi ciri pembelajar yang telah memiliki kemandirian. Kemampuan dan keterampilan bertanya, berpikir kritis dan kreatif dalam upaya siswa mengekplorasi pengetahuannya baik di kelas maupun di luar kelas menjadi kebiasaan bagi siswa yang mandiri. Menurut Steinberg, dalam Aspin Kemandirian perilaku pada remaja ditandai dengan beberapa indikator yakni 1. kemampuan untuk membuat keputusan sendiri dan mengetahui dengan pasti kapan seharusnya memintamempertimbangkan nasehat orang lain selama hal itu sesuai, 2. mampu mempertimbangkan bagian-bagian alternatif dari tindakan yang dilakukan berdasarkan penilaian sendiri dan saran-saran orang lain, 3 mencapai suatu keputusan yang bebas tentang bagaimana harus bertindakmelaksanakan keputusan dengan penuh percaya diri 44 . Knowless mengemukakan bahwa belajar secara mandiri merupakan “A process in which individuals take the initiative in: 1 designing learning experiences, 2 diagnosing needs, 3 locating resources and 4 evaluating learning” 45 . 43 Eaine B. Johnson, Contextual Teaching …, h.153-154 44 Aspin, Hubungan Gaya Mengasuh …, h. 22 45 Brian Warnick dan Gary Starquadine, Andargogy: Application for Higer Education http:teach-usda.ahnrit.vt.edubest_practicepresentationspdfsAndragogy.pdf Diakses tanggal 6 Juni 2009 31 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kemandirian juga ditandai dengan adanya inisiatif. Inisiatif ini dilakukan dalam berbagai hal. Dalam belajar aspek inisiatif sangat diperlukan. Siswa yang memiliki sikap inisiatif akan berusaha bagaimanapun caranya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, memanfaatkan waktu luang untuk kegiatan yang menunjang proses belajarnya dan memanfaatkan semua sumber-sumber belajar semaksimal mungkin. Dengan inisiatif siswa akan mampu melaksanakan aktivitasnya sesuai dengan keinginannya sendiri, mampu mengatasi masalah yang ada pada dirinya tanpa bantuan orang lain. Inisiatif ditandai dengan bersikap kreatif dan mengembangkan sikap kritis. siswa yang memiliki inisiatif mereka akan sangat kreatif misalnya dalam hal pengumpulan tugas, mereka akan berusaha mendapatkan nilai tambah melalui tampilan tugas, isi tugas, membuat catatan kecil, meletakan rumus-rumus di kamar tidur, di pintu masuk dan tempat-tempat lainnya yang mudah dilihat olehnya. Disamping itu, siswa yang mempunyai inisiatif juga akan mengembangkan sikap kritis, mereka akan langsung bertanya kepada guru jika ada materi yang tidak dipahami, mereka akan mengkritisi makna dan tujuan setelah mempelajari suatu materi. 46 Kemandirian dalam belajar merupakan aktivitas yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan serta aspirasi tanpa adanya paksaan dari siapapun. Siswa yang mandiri dalam belajar ditunjukkan dengan belajar sendiri, yaitu seorang siswa yang mempunyai sikap positif terhadap kegiatan belajarnya, berpegang teguh pada tanggung jawab belajar, dan merencanakan kegiatan belajarnya untuk mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik serta menganggap belajar sebagai tugas yang diterima secara sukarela. Seorang yang memiliki kemandirian akan berkeinginan untuk mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain. 46 Dede Suryadi, Memupuk Kemandirian... 32 Durkheim, dalam Muhammad Ali, “berpendapat bahwa: kemandirian tumbuh dan berkembang karena 2 dua faktor yang menjadi prasyarat, yaitu 1 disiplin, yaitu adanya aturan bertindak dan otoritas, dan 2 komitmen terhadap kelompok” 47 . Kemandirian belajar akan tumbuh dan bekembang jika peserta didik memiliki tingkat disiplin yang tinggi. Disiplin dalam mengatur waktu, melaksanakan aktivitas belajar sesuai dengan rencana, tidak mudah dipengaruhi oleh aktivitas lain diluar aktivitas belajar yang telah ditetapkan serta disiplin yang tinggi pun dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam meletakkan kegiatan belajar sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi. Sedangkan komitmen terhadap kelompok diarahkan untuk mentaati aturan belajar kelompok yang telah ditetapkan, menjalankan hak dan kewajiban sebagai anggota kelompok sesuai dengan tugas dan tanggungjawab yang telah dibebankan kepadanya. Pao-Nan Chou dan Wei-Fan Chen dari beberapa literatur mengemukakan bahwa karakteristik siswa yang memiliki kemandirian belajar meliputi: 1. Independence. Self-directed learners are fully responsible people who can independently analyze, plan, execute, and evaluate their own learning activities. 2. Self-management. Self-directed learners can identify what they need during the learning process, set individualized learning goals, control their own time and effort for learning, and arrange feedbacks for their work. 3. Desire for learning. For the purpose of knowledge acquisition, self- directed learners’ motivations for learning are extremely strong. 4. Problem-solving. In order to achieve the best learning outcomes, self- directed learners make use of existing learning resources and feasible learning strategies to overcome the difficulties which occur in the learning process 48 . 47 Brian Warnick dan Gary Starquadine, Andargogy: Application … 48 Pao-Nan Chou dan Wei-Fan Chen. Exploratory Study of the Relationship between Self- Directed Learning and Academic Performance in a Web-Based Learning Environment http:www.westga.edu~distanceojdlaspring111chou111.pdf Diakses tanggal 6 Juni 2009 33 Dalam terjemahan bebas dapat diartikan sebagai berikut: 1. Kemandirian. Siswa yang memiliki kemandirian belajar bertanggung jawab penuh serta dapat menganalisis, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan belajar mereka sendiri. 2. Manajemen diri. Siswa yang memiliki kemandirian belajar didik dapat mengidentifikasi apa yang mereka butuhkan selama proses belajar, menetapkan tujuan pembelajaran sendiri, mengontrol waktu mereka sendiri dan berusaha untuk belajar dengan tekun, dan mengelola umpan balik atas apa yang mereka telah usahakan. 3. Keinginan untuk belajar. Siswa yang memiliki kemandirian belajar memiliki motivasi yang kuat untuk mengarahkan diri sendiri dalam belajar. 4. Memecahkan masalah. Dalam rangka mencapai hasil pembelajaran yang terbaik, siswa dapat mengarahkan diri dalam memanfaatkan sumber belajar yang ada dan menggunakan strategi belajar untuk mengatasi kesulitan- kesulitan yang terjadi dalam proses belajar. Dari pernyataan di atas terlihat bahwa siswa yang memiliki kemandirian dalam belajar akan melaksanakan kegiatan belajarnya dengan kemampuannya sendiri dengan penuh tanggung jawab tanpa tergantung kepada orang lain. Siswa yang mandiri akan berusaha sekuat tenaga untuk memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru dan tidak mengenal putus asa. Pengertian kemandirian siswa dalam belajar dapat dianggap sebagai cara belajar yang didasari oleh aktivitas diri dan bukan aktivitas yang dikendalikan, misalnya suatu aktivitas yang disebabkan oleh guru. Konsep belajar mandiri bukan berarti siswa tidak membutuhkan seseorang untuk membantu belajar mereka. Sebaliknya siswa yang mandiri akan lebih berinisiatif untuk belajar walaupun ada pertolongan atau tidak. Tampaknya bahwa siswa yang belajar mandirinya tinggi dapat memanfaatkan sumber-sumber belajar seperti: para tutor, 34 teman, keluarga, dan media buku, koran, radio, televisi, dan komputer dengan baik. Konsep pokok yang mengacu pada kemandirian belajar dapat diidentifikasi bahwa siswa belajar dengan pengendalian diri sendiri, belajar dari pengalaman, menetapkan batas materi sesuai dengan kemampuannya dan belajar atas keinginan sendiri tanpa ada unsur paksaan. Semua konsep pokok ditujukan dalam usaha mendapatkan prestasi yang diinginkan. Kemandirian belajar telah digunakan dalam hubungannya dengan prestasi akademik dan bahkan sebagai indikator yang sempurna dalam memprediksi keberhasilan akademis dalam proses pembelajaran tradisional atau pembelajaran jarak jauh. Seperti yang dikemukakan oleh Long dalam Pao-Nan Chou dan Wei- Fan Chen, “self-directed learning had been used as a correlation for students’ academic performance and even as a perfect indicator of predicting academic success in traditional learning settings or non-webbased distance learn” 49 . La Ode Basir, mengemukakan bahwa ciri-ciri anak yang memliki kemandirian adalah: 1 dapat menemukan identitas dirinya, 2 memiliki inisiatif dalam setiap langkahnya, 3 membuat pertimbangan-pertimbangan dalam tindakannya, 4 bertanggung jawab atas tindakannya, dan 5 dapat mencukupi kebutuhan-kebutuhanya sendiri. 50 Siswa yang telah memiliki kemandirian belajar, tentunya dapat mengetahui hak dan kewajibannya sebagai pelajar dimanapun ia berada. Selain itu, siswa yang memiliki kemandirian belajar juga memiliki inisiatif dalam proses pembelajarannya. 49 Pao-Nan Chou dan Wei-Fan Chen, Exploratory Study … 50 La Ode Basir, Kemandirian Belajar ... 35 Menurut Ubaydillah, inisiatif adalah kemampuan seseorang untuk bertindak melebihi yang dibutuhkan atau yang dituntut dari pekerjaan. Termasuk dalam pengertian inisiatif adalah kemampuan seseorang dalam melakukan sesuatu tanpa menunggu perintah lebih dahulu dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil pekerjaan, menciptakan peluang baru atau untuk menghindari timbulnya masalah 51 . Dengan demikian siswa yang mandiri berusaha mengerjakan tugas-tugas atau pekerjaan rumah dengan sebaik-baiknya dan berusaha melebihi dari standar minimal yang telah ditetapkan guru, mengulang materi tanpa menunggu diperintah guru atau jika ada ujian, berusaha menemukan gagasan dan jawaban atas masalah pada saat diskusi serta mampu memanfaatkan setiap kesempatan dan peluang pada saat proses belajar mengajar berlangsung untuk memperkaya khasanah keilmuannya, misalnya dengan mengajukan pertanyaan sebelum diminta guru. ”Belajar mandiri memposisikan pebelajar sebagai subyek, pemegang kendali, pengambil keputusan atau pengambil inisiatif atas belajarnya sendiri. Dengan demikian, kemampuan dalam mengendalikan atau mengarahkan belajarnya sendiri merupakan sarat utama bagi pebelajar” 52 . Pembelajar mandiri mampu memanfaatkan lingkungan sekitarnya untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dalam mencapai tujuan belajarnya. Sumber-sumber belajar seperti perpustakaan telah menjadi bagian dari proses belajarnya, sehingga ia akan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya, pembelajar mandiri juga akan menjadikan internet sebagai media untuk mencari berbagai referensi yang dibutuhkan secara bertanggung jawab. Terlebih dari itu, pembelajar mandiri juga menjadikan guru sebagai sumber ilmu tidak hanya di dalam kelas, tetapi sebagai teman berdiskusi 51 Ubaydillah N. Evaluasi dan Motivasi http:www.e-psikologi.comepsiartikel_ detail.asp ? id=486 Diakses tangga 02 Mei 2010. 52 Admin. Belajar Mandiri. http:www.ictjabar.org20090204belajar-mandiri. ictjabar. html Diakses tanggal 6 Juni 2009 36 di luar kelas. “Pembelajar mandiri bukanlah berarti anak hanya belajar sendiri tanpa membutuhkan guru atau orang lain. Tetapi, pembelajar mandiri selalu memiliki dorongan internal untuk belajar dan bertanggung jawab atas proses belajar yang dijalaninya” 53 . Seorang pembelajar mandiri mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya. Dia tahu, dengan metode atau strategi belajar seperti apa yang paling efektif untuk dirinya. Dia pun bisa mengatur jadwal yang paling sesuai untuk dirinya. Termasuk di dalam pengelolaan diri adalah kemampuan melakukan evaluasi atas proses yang dilakukannya dan bersikukuh untuk terus menyelesaikan proses belajar yang dijalaninya hingga tuntas. Pembelajaran mandiri adalah sebuah proses. Proses belajar mandiri adalah suatu metode yang melibatkan siswa dalam tindakan-tindakan yang meliputi beberapa langkah. Proses yang harus diikuti siswa yang mandiri mengikuti siklus “Rencana, Kerjakan, Pelajari, Lakukan Tindakan” Plan, Do, Study, Act [PDSA] yang dikembangkan oleh Edward Deming 1994 54 . Untuk merealisasikan proses tersebut, maka siswa yang mandiri, baik mereka bekerja dalam kelompok maupun bekerja sendiri, melakukan langkah-langkah: 1. Siswa mandiri menetapkan tujuan 2. Siswa mandiri membuat rencana 3. Siswa mandiri mengikuti rencana dan mengukur kemajuan diri 4. Siswa mandiri membuahkan hasil akhir 5. Siswa yang mandiri menunjukkan kecakapan melalui penilaian autentik 55 . “Belajar mandiri sebagaimana yang direkayasa melalui kelas diharapkan tumbuh terus meskipun siswa sudah tidak berada di kelas lagi. Kesadaran akan 53 Admin. Ciri Pembelajar Mandiri. http:www.sekolahrumah.comindex.php? option =com_contenttask=viewid=1273Itemid=25 Diakses tanggal 6 Juni 2009 54 Elaine B. Johnson, Contextual Teaching …, h. 171 55 Elaine B. Johnson, Contextual Teaching …, h. 172-174 37 pentingnya belajar tersebut diharapkan dapat “mempribadi” pada diri siswa, sehingga akhirnya siswa terus belajar sepanjang hayat” 56 . Kebiasaan belajar secara mandiri jika terus ditanamkan pada diri peserta didik, akan menjadi kebiasaan positif yang akan terus menerus dilakukan meskipun siswa tersebut berada di luar kelas atau bahkan sudah selesai menyelesaikan studinya. Kebiasaan positif ini akan terus tertanam dan menjadikan belajar sebagai sebuah kebutuhan yang terus menerus dipenuhi dimanapun siswa tersebut berada. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian siswa dalam belajar adalah perilaku siswa dalam belajar yang dilakukan atas dasar keinginan sendiri yang ditandai dengan kemampuan bertanggung jawab, mengelola diri, inisiatif dan dorongan internal. Kemampuan bertanggung jawab ditandai dengan memiliki kesadaran diri, ketekunan, dan berani mengambil keputusan; kemampuan mengelola diri ditandai dengan mengatur diri sendiri, membuat rencana, dan menetapkan tujuan; inisiatif ditandai dengan berpikir kreatif dan mengembangkan sikap kritis; dan dorongan internal ditandai dengan belajar atas kemauan sendiri dan belajar sebagai kebutuhan. 56 Isjoni, Membangun Visi Bersama: Aspe-Aspek Penting Dalam Reformasi Pendidikan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006, h. 89 38

B. Kerangka Berpikir