BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan jantung dari proses pendidikan dalam suatu institusi pendidikan. Kualitas pembelajaran bersifat kompleks dan dinamis, dapat
dipandang dari berbagai persepsi dan sudut pandang melintasi garis waktu. Pada tingkat mikro, pencapaian kualitas pembelajaran merupakan tanggungjawab
profesional seorang guru, misalnya melalui penciptaan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa dan fasilitas yang didapat siswa untuk mencapai hasil belajar
yang maksimal. Pada tingkat makro, melalui sistem pembelajaran yang berkualitas dengan lembaga pendidikan yang bertanggungjawab terhadap
pembentukan kualitas tenaga pengajar, yaitu dapat berkontribusi terhadap perkembangan intelektual, sikap, dan moral dari setiap individu peserta didik
sebagai anggota masyarakat. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran, baik secara
eksternal maupun internal diidentifikasikan sebagai berikut. Faktor-faktor eksetrnal mencakup guru, materi, pola interaksi, media dan teknologi, situasi
belajar dan sistem. Masih ada pendidik yang kurang menguasai materi dan dalam mengevaluasi siswa menuntut jawaban yang persis seperti yang ia jelaskan.
Dengan kata lain siswa tidak diberi peluang untuk berfikir kreatif. Guru juga mempunyai keterbatasan dalam mengakses informasi baru yang memungkinkan ia
mengetahui perkembangan terakhir di bidangnya state of the art dan kemungkinan perkembangan yang lebih jauh dari yang sudah dicapai sekarang
1
frontier of knowledge. Sementara itu materi pembelajaran dipandang oleh siswa terlalu teoritis, kurang memanfaatkan berbagai media secara optimal.
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial IPS oleh sebagian siswa dianggap lebih mudah untuk dimengerti bila dibandingkan dengan pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam IPA. Tanpa banyak hitungan, angka dan rumus, maka pelajaran IPS menjadi lebih bersahabat. Namun pada kenyataannya pelajaran yang
dianggap lebih mudah itu menjadi pelajaran yang begitu sulit. Tak ada gairah dan semangat. Yang ada hanya suasana yang membosankan dan membuat mata
mengantuk, padahal diadakannya pelajaran IPS adalah untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis siswa terhadap kondisi sosial
masyarakat. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara yang cinta damai. Selain itu, mata pelajaran IPS dirancang untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang
dinamis. Pelajaran IPS adalah salah satu mata pelajaran yang harus ada pada
kurikulum pendidikan dasar sampai menengah. Hal ini dapat dilihat pada BAB X Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada pasal 37 ayat 1 yang menyatakan: kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: “Pendidikan Agama, Pendidikan
kewarganegaraan, Bahasa, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni dan Budaya, Pendidikan Jasmani dan Olahraga,
KeterampilanKejuruan; dan Muatan lokal.” Bila melihat kenyataan itu maka keberadaan pelajaran IPS tidaklah bisa
dianggap sebelah mata. Pelajaran IPS wajib ada dan dipelajari. Bahan kajian IPS ini meliputi antara lain: geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, dan sosiologi.
Karena keberadaannya yang penting ini maka sudah selayaknya pelajaran IPS perlu mendapat pengelolaan yang baik agar intisari pelajaran bisa tersampaikan.
Tidak dipungkiri bahwa pendidikan sejarah mempunyai fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian bangsa, kualitas manusia dan
masyarakat Indonesia umumnya. Agaknya pernyataan tersebut tidaklah
berlebihan. Namun sampai saat ini masih terus dipertanyakan keberhasilannya, mengingat fenomena kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia khususnya,
generasi muda makin hari makin diragukan eksistensinya. Dengan kenyataan tersebut artinya ada sesuatu yang harus dibenahi dalam pelaksanaan pendidikan
sejarah. Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat dua hal yang turut menentukan
hasil belajar yaitu pengaturan kelas dan pengajaran itu sendiri. Keduanya saling bergantung. Keberhasilan pengajaran, dalam arti tercapainya tujuan-tujuan
instruksional, sangat bergantung pada kemampuan guru dalam mengatur kelas. Kelas yang baik dapat menciptakan situasi yang memungkinkan anak belajar
sehingga merupakan titik awal keberhasilan pengajaran. Penulis tertarik pada pelajaran Sejarah. Dengan mempelajari peristiwa dan
pengalaman masa lampau dan dihubungkan dengan kejadian serta pengalaman kejadian serta pengalaman aktual hari ini, kita dapat mengetahui dan mengkaji
perkembangan. Dan dari perkembangan tersebut, kita dapat memprediksi kejadian-kejadian masa yang akan datang. Dengan menelaah penduduk,
produksi, perluasan kota, mulai masa lampau sampai saat ini, kita dapat memprediksi atau paling tidak melihat kecenderungan masa yang akan datang.
Dalam hal ini, belajar, mempelajari dan mengkaji sejarah, bukan merupakan kegiatan yang statis, malah justru merupakan suatu telaahan yang dinamis ke
masa yang akan datang. Hanya tinggal bagaimana para guru sejarah mengajarkan dan membelajarkannya, agar belajar sejarah itu sebagai kegiatan dinamis yang
jauh dari menjemukan. Bahkan justru merupakan hal yang sangat menarik minta yang berkesinambungan.
1
Sebagaimana yang terdapat di banyak sekolah termasuk di SMAN 87 Bintaro berdasarkan pengamatan dan wawancara, sering kali guru IPS sebagian
besar waktu mengajarnya digunakan untuk ceramah, memberikan informasi, dan menjelaskan, kurangnya penggunaan metode yang bervariasi. Hanya sebagian
kecil waktu pembelajaran yang digunakan untuk kegiatan siswa, itu pun hanya
1
Nursid Sumaatmadja, Konsep Dasar IPS, Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2007, Cet. 24, h. 2.9
untuk mencatat dan melaksanakan evaluasi. Dan proses pembelajaran khususya pada mata pelajaran Sejarah inilah yang menjadikan pelajaran sejarah menjadi
begitu membosankan. Dalam kegiatan pengelolaan kelas pun, masih banyak guru yang nyatanya
belum bisa mempraktekkan. Salah satunya guru IPS yang terdapat di SMAN 87
Jakarta. Fenomena yang ada di sekolah adalah belum tertibnya pengaturan tempat
duduk siswa yang berisik gaduh, metode yang digunakan kurang bervariatif, hubungan intrerpersonal antara guru dengan siswa sangat kurang, dan belum
tertatanya pengaturan ruangan dan perabotan pelajaran di kelas. Bagaimana pembelajaran IPS akan berhasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan, sedangkan
dalam pengelolaan kelasnya pun belum bisa dikendalikan. Karena berdasarkan paparan diatas bahwasanya kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru
mampu mengatur siswa dan saran pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Agar pelaksanaan pembelajaran IPS dapat tercapai sesuai dengan tujuan pembelajaran, maka seorang guru harus mengelola kelas dengan baik, diantaranya
mempunyai persiapan, kreativitas, metode dan media yang dapat mendukung proses pelaksanaan pembelajaran IPS. Selain itu ada tiga tahapan yang harus
dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran IPS yaitu: perencanaan yang jelas, proses pembelajaran yang efektif, dan evaluasi. Jika ke tiga tahapan itu
dapat dilakukkan oleh seorang guru, maka tujuan pembelajaran akan memungkinkan dapat dicapai dengan maksimal.
Berdasarkan paparan di atas, penulis tertarik membahas pengelolaan kelas mata pelajaran IPS Sejarah di SMA 87 Jakarta. Pada dasarnya IPS Sejarah adalah
suatu mata pelajaran yang agak sulit untuk dipahami para siswa karena mereka harus menghapal setiap tanggal, bulan, dan tahun pada setiap peristiwa bersejarah.
Mereka harus mengambil pelajaran dari peristiwa-peristiwa lampau yang kemungkinan kecil akan terulang di zaman sekarang dan mereka pun diajak untuk
seolah-olah menjadi aktor di dalam peristiwa itu dengan mempunyai keputusan apa yang harus mereka lakukan ketika mereka ada di dalam peristiwa lampau itu.
Dengan digunakannya metode yang bervariasi, siswa diharapkan dapat menghapal
setiap tanggal, bulan, dan tahun pada setiap peristiwa bersejarah itu, tidak hanya menghapal bahkan harus memahami apa itu pelajaran IPS sejarah yang sedang
mereka pelajari. Dari latar belakang masalah di atas, penulis ingin mengetahui lebih jauh
tentang pengelolaan kelas bidang studi IPS Sejarah. Judul penelitian yang
diangkat dalam penelitian ini adalah “Pengelolaan Kelas Pada Mata Pelajaran Sejarah di SMAN 87 Jakarta.”
B. Masalah Penelitian