Hubungan Minat Belajar Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS (Sejarah) SMPN 87 Jakarta Tahun Ajaran 2014/2015

(1)

Hubungan Minat Belajar Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Mata

Pelajaran IPS (Sejarah) SMPN 87 Jakarta Tahun Ajaran

2014/2015

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh: Ika Nurjanah 1111015000052

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

iv ABSTRAK

IKA NURJANAH. Hubungan Minat Belajar Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS (Sejarah) SMPN 87 Jakarta Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Jakarta: Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan minat belajar siswa dengan hasil belajar mata pelajaran IPS (Sejarah) SMPN 87 Jakarta tahun ajaran 2014/2015. Secara teori yang dimaksud dengan minat belajar adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu hal secara terus menerus. Sedangkan hasil belajar siswa adalah nilai siswa yang dicapai dalam proses pembelajaran yaitu nilai hasil belajar pada bidang studi Sejarah.

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 87 Jakarta, yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VII-1 dengan jumlah 33 orang. Teknik pengambilan sampel ini menggunakan purposive sampling yang teknik pengambilanya berdasarkan pertimbangan tertentu. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif.

Teknik pengumpulan data menggunakan angket, wawancara, observasi dan metode dokumentasi. Metode angket digunakan untuk mengungkap variabel minat belajar siswa pada mata pelajaran IPS-Sejarah, wawancara dan observasi digunakan untuk memperkuat metode angket dalam mengetahui jawaban siswa mengenai minat belajar, dan metode dokumentasi untuk memperoleh data hasil belajar pada mata pelajaran IPS Sejarah. Data hasil belajar diperoleh dari ulangan harian siswa. Uji validitas instrumen menggunakan korelasi Product Moment, dan uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach’s.

Metode yang digunakan adalah korelasi Product Moment dengan taraf signifikan 5%. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus korelasi

product moment diperoleh rhitung sebesar 0,797. Kemudian hasil tersebut

dibandingkan dengan rtabel 0,344 dengan signifikansi 0,05. thitung lebih besardari

rtabel. Dengan demikian, maka Ho ditolak dan Ha diterima, hal ini berarti terdapat

hubungan antara minat belajar siswa dengan hasil belajar pada mata pelajaran IPS-Sejarah, hubungan tersebut berada pada interpretasi kuat.


(6)

v

Minithesis. Jakarta: Departement of Education Social Sciences Faculty of Tarbiyah and Teaching state Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah. 2015

This study aims to determine the relationship of student interest in learning the results of social studies (history) SMPN 87 Jakarta academic year 2014/2015. Theoretically is the interest in learning is the tendency to always pay attention and remember things continuously. While the learning outcomes is student scores achieved in the learning process is the value of learning outcomes in the field study of History.

This study was conducted in SMPN 87 Jakarta, sampled in this study were students Class VII-1 with the number of 33. The sampling technique using purposive sampling techniques removal based on certain considerations. This research is quantitative research.

The technique of collecting data using questionnaires, interviews, observation and documentation. The questionnaire method used to reveal the variable student interest in social studies-history, interview and observation used to reinforced the questionnaire method to detect the students' answers about interest in learning, and methods of documentation to get of learning outcomes in social studies history. The result obtained from the study of daily test student. Test the validity of the instrument using Product Moment correlation and reliability test using Cronbach's alpha formula.

The method used is the Product Moment Correlation with significance level of 5%. From the calculation using the formula product moment correlation

was obtained rhitung at 0.797. Then the results are compared with rtabel 0.344 to

0.05. thitung greater than rtabel. Such, then Ho is rejected and Ha accepted, it means

that there is a relationship between students' interest in learning outcomes in social studies-history, the relationship is on a strong interpretation.


(7)

vi

KATA PENGANTAR Assalamualaikum wr.wb

Puji serta syukur saya panjatkan kepada kehadirat Allah SWT dan Rasulullah SAW beserta keluarganya. Saya sebagai penulis berucap syukur telah diberi nikmat iman, islam dan kesehatan dalam menyelesaikan skripsi sebagai syarat kelulusan pada semester akhir. Dalam hal ini penulis telah semaksimal mungkin mencurahkan segala pikiran dan daya upaya dalam penyusunan skripsi ini. Penulis telah melakukan penelitian terkait Hubungan Minat Belajar Siswa Dengan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran IPS (Sejarah) SMPN 87 Jakarta Tahun Ajaran 2014/2015.

Dalam proses penyusuna skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak baik itu moril ataupun materil, maka penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. H. Syaripulloh, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Prof. Dr. H. Rusmin Tumanggor, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan saran dalam pembuatan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

6. Kepala Sekolah beserta stafnya dan guru-guru SMPN 87 Jakarta yang telah memberikan izin, bantuan, dan kerja samanya dalam penyelesaian penelitian.


(8)

vii

8. Adikku tercinta Nurlaila yang senantiasa menemani dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Husni Ichsan S.I.Kom yang senantiasa memanjatkan doa untuk kesuksesan penulis, memberikan motivasi, serta senantiasa menemani penulis dalam setiap kondisi baik suka maupun duka.

10. Sahabat-sahabat terbaik geng “Rumpi” (Fuzi, Alfi, Annisa, dan Tuti) yang selalu memberikan bantuan, dukungan, dan menghibur penulis ketika merasa tidak mampu dalam menyelesaikan berbagai tugas dan semoga persahabatan dan persaudaraan kita tak lekang oleh waktu sampai kapanpun.

11. Teman-teman seperjuangan Pendidikan IPS, terlebih khusus untuk Pendidikan Ekonomi Akuntansi 2011 kalian semua telah memberikan motivasi dan warna dalam hidup penulis.

12. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun semua yang kalian berikan sangat berarti bagi penulis.

Atas bantuan mereka yang sangat berharga, penulis berdo'a semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda sebagai amal shaleh dan ketaatan kepada-Nya, Amin.

Harapan penulis, semoga penyusunan Skripsi ini akan dapat membantu mahasiswa dalam penyusunan skripsi disemester akhir dan menjadi acuan pula bagi adik – adik kelas yang hendak pula akan mengerjakan skripsi.

Wassalmualaikum wr. Wb

Jakarta, 12 Oktober 2015

Penulis Ika Nurjanah


(9)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SIDANG ... ii

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 9

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Perumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 11

A. Minat Belajar ... 11

1. Pengertian Minat Belajar ... 11

2. Fungsi Minat dalam Belajar ... 15

3. Unsur-unsur Minat ... 16

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat belajar ... 20

B. Hasil Belajar... 28

1. Pengertian Hasil Belajar ... 28

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil belajar ... 29

3. Tujuan Penilaian ... 30


(10)

ix

4. Pengertian Sejarah ... 34

5. Fungsi Sejarah ... 34

D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 36

E. Kerangka Berpikir ... 38

F. Hipotesis ... 41

BAB III METODE PENELITIAN... 42

A. Tempat dan waktu Penelitian ... 42

B. Metode Penelitian ... 43

C. Desain Penelitian ... 44

D. Populasi dan Sampel ... 44

E. Teknik Pengumpulan Data ... 46

F. Instrumen Penelitian ... 50

G. Definisi Konseptual dan Operasional ... 53

H. Uji Coba Instrumen ... 54

I. Teknik Analisis Data... 57

J. Hipotesis Statistik ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63

A. Gambaran SMPN 87 Jakarta ... 63

1. Sejarah Singkat SMPN 87 Jakarta ... 63

2. Profil SMPN 87 Jakarta... 64

3. Visi dan Misi SMPN 87 Jakarta ... 65

4. Guru dan Tenaga Kependidikan ... 66

5. Data Siswa ... 73

6. Sarana dan Prasana ... 75


(11)

x

B. Deskripsi Data ... 79

C. Perhitungan Uji Coba Instrumen ... 103

D. Distribusi Frekuensi Data ... 104

E. Uji Hipotesis ... 109

F. Hasil Analisis Wawancara ... 114

G. Pembahasan Hasil Penelitian ... 118

H. Keterbatasan Penelitian ... 120

BAB V PENUTUP ... 121

A. Kesimpulan ... 121

B. Saran ... 121

DAFTAR PUSTAKA ... 123 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(12)

xi

Tabel 3.2 Jumlah Populasi Penelitian ... 45

Tabel 3.3 Alternatif Jawaban ... 47

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen angket penelitian ... 51

Tabel 3.5 Pedoman Wawancara ... 53

Tabel 3.6 Angka Indeks Korelasi Product Moment ... 60

Tabel 4.1 Daftar Nama Kepala Sekolah SMPN 87 Jakarta ... 64

Tabel 4.2 Daftar Nama Guru SMPN 87 Jakarta ... 66

Tabel 4.3 Daftar Nama Tenaga Kependidikan SMPN 87 Jakarta ... 68

Tabel 4.4 Rekap Data Guru dan Karyawan SMPN 87 Jakarta ... 69

Tabel 4.5 Data Kepala Sekolah SMPN 87 Jakarta ... 70

Tabel 4.6 Data Guru sesuai dengan Keahlian ... 70

Tabel 4.7 Data Tenaga Kependidikan SMPN 87 Jakarta ... 72

Tabel 4.8 Data Siswa 4 tahun terakhir SMPN 87 Jakarta ... 73

Tabel 4.9 Data Siswa Kelas VII-1 SMPN 87 Jakarta ... 73

Tabel 4.10 Data Ruang Belajar SMPN 87 Jakarta ... 75

Tabel 4.11 Data Ruangan SMPN 87 Jakarta ... 76

Tabel 4.12 Data Ruang Kantor SMPN 87 Jakarta ... 76

Tabel 4.13 Struktur Kurikulum SMPN 87 Jakarta ... 77

Tabel 4.14 Alternatif Jawaban Angket... 80

Tabel 4.15 Senang dengan pelajaran IPS-Sejarah... 81

Tabel 4.16 Antusias untuk memahami pelajaran IPS-Sejarah ... 81

Tabel 4.17 Merasa semangat ketika mengikuti pelajaran IPS-Sejarah ... 82

Tabel 4.18 Senang mengikuti pelajaran IPS-Sejarah ... 82

Tabel 4.19 Tidak ada paksaan dalam belajar IPS-Sejarah ... 83

Tabel 4.20 Merasa betah selama pembelajaran IPS-Sejarah ... 84

Tabel 4.21 Guru IPS-Sejarah yang menyenangkan ... 84


(13)

xii

Tabel 4.23 Mengikuti pelajaran IPS-Sejarah karena suka dengan gurunya.. 85

Tabel 4.24 Berinteraksi dengan guru mata pelajaran IPS-Sejarah ... 86

Tabel 4.25 Mendengarkan saat guru sedang menerangkan ... 87

Tabel 4.26 Memperhatikan ketika guru menerangkan ... 87

Tabel 4.27 Jika sedang belajar IPS-Sejarah maka saya memikirkan materi dengan memperhatikan apa yang diajarkan oleh guru ... 88

Tabel 4.28 Paham dengan materi yang diajarkan oleh guru ... 89

Tabel 4.29 Siap dalam mengikuti pembelajaran sejarah ... 89

Tabel 4.30 Bahan pelajaran yang menarik ... 90

Tabel 4.31 Mempunyai rasa ingin tahu dalam setiap pembelajaran ... 90

Tabel 4.32 Jika tidak mengerti maka saya akan bertanya ... 91

Tabel 4.33 Berperan aktif dalam pembelajaran ... 92

Tabel 4.34 Aktif dalam berdiskusi ... 92

Tabel 4.35 Menjawab pertanyaan tentang materi Sejarah denga mudah yang diberikan oleh Bapak guru ... 93

Tabel 4.36 Mengeluarkan pendapat saat pembelajaran ... 94

Tabel 4.37 Belajar IPS-Sejarah dirumah sebelum materi diajarkan ... 94

Tabel 4.38 Sebelum mengikuti pelajaran dikelas, terlebih dahulu saya menyiapkan bahan pelajaran yang akan dipelajari ... 95

Tabel 4.39 Setelah selesai mempelajari pelajaran IPS-Sejarah saya mengulangi kembali pelajaran dirumah ... 96

Tabel 4.40 Rutin membaca buku sejarah ... 96

Tabel 4.41 Membuat catatan yang lengkap jika sedang belajar Sejarah ... 97

Tabel 4.42 Mencatat poin penting setiap pembelajaran ... 98

Tabel 4.43 Apabila guru IPS-Sejarah terlambat masuk mengajar atau tidak masuk mengajar maka sebagian besar teman-teman saya bersedih ... 98

Tabel 4.44 Apabila suatu waktu guru IPS-Sejarah berhalangan masuk mengajar, maka saya berusaha belajar sendiri ... 99

Tabel 4.45 Walaupun pelajaran IPS-Sejarah sukar karena terlalu banyak hapalan, saya berusaha untuk mempelajarinya ... 99


(14)

xiii

Tabel 4.49 Mengerjakan tugas dengan baik ... 102

Tabel 4.50 Mengerjakan tugas IPS-sejarah dengan tepat waktu... 102

Tabel 4.51 Distribusi frekuensi variabel minat belajar ... 104

Tabel 4.52 Distribusi frekuensi variabel hasil belajar ... 107

Tabel 4.53 Perhitungan angka indeks korelasi antara variabel X dan Y .... 110


(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan kerangka berpikir ... 39

Gambar 3.1 Desain penelitian ... 44

Gambar 3.2 Teknik pengumpulan data triangulasi teknik ... 48

Gambar 5.1 Grafik data minat belajar siswa ... 106


(16)

xv

Lampiran 3 Instrumen Wawancara Guru Bidang Studi IPS-Sejarah Lampiran 4 Instrumen Wawancara Siswa

Lampiran 5 Hasil Wawancara Wakil Kepala Sekolah

Lampiran 6 Hasil Wawancara Guru Bidang Studi IPS-Sejarah Lampiran 7 Hasil Wawancara Siswa

Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Lampiran 9 Pedoman Peliputan Data

Lampiran 10 Uji Validitas dan Reabilitas

Lampiran 11 Perhitungan Uji Validitas dan Reabilitas Pokok Lampiran 12 Tabulasi Data Minat Belajar Siswa

Lampiran 13 TabulasiData Pokok Variabel X dan Y Lampiran 14 Standar Deviasi

Lampiran 15 Analisis Data

Lampiran 16 Perhitungan Pengujian Hipotesis Lampiran 17 Tabel r

Lampiran 18 Tabel t

Lampiran 19 Surat Bimbingan Skripsi Lampiran 20 Surat Keterangan Penelitian


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia sebagai wahana untuk mengembangkan sumber daya manusia. Melalui dunia pendidikan manusia dapat melepaskan diri dari keterbelakangan. Oleh sebab itu, diperlukan pendidikan yang bermutu tinggi untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Di dalam dunia pendidikan ada hal yang terpenting, dimana kita bisa menyiapkan manusia yang mampu mempertahankan dan mempertinggi kualitas kehidupan sehingga dapat meningkatkan pembangunan manusia seutuhnya. Sejalan dengan hal tersebut pendidikan menurut Zurial dan Sayuti yaitu “pendidikan merupakan sebuah proses yang melibatkan orang dewasa dan peserta didik dalam rangka usaha untuk mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam rangka pelestarian nilai-nilai budaya dan norma yang berkembang dimasyarakat”.1

Jadi pendidikan merupakan usaha mengembangkan segala pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi yang ada pada dirinya.

Berdasarkan hal tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja agar peserta didik memiliki sikap dan kepribadian yang baik, serta potensi yang dimiliki dapat digunakan untuk berperan dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga penerapan pendidikan harus diselengggarakan sesuai dengan Sistem Pendidikan Nasional berdasarkan UU No. 20 tahun 2003. Wujud pendidikan ini ditegaskan dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 bahwa pendidikan adalah:

1

Zurinal dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan, (UIN Jakarta Press, Jakarta, 2006), h.3


(18)

Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.2

Sesuai dengan rumusan tujuan pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3 UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, yang berbunyi:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Manaha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.3

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau pelatihan dimasa yang akan datang. Berbicara masalah pendidikan maka tidak terlepas dengan peran lembaga sekolah dan orang tua, dimana anak-anaknya dididik untuk menggali segala kemampuannya. Salah satunya adalah dengan minat yang besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar di dalam kelas maupun di luar kelas. Sekolah telah memberikan berbagai macam fasilitas penunjang untuk mempermudah siswa dalam memahami dan mempelajari berbagai materi. Ada kalanya sekolah telah berusaha untuk menumbuhkan minat belajar siswa agar mencapai hasil yang maksimal, tetapi pada kenyataannya hasil belajar siswa tidak sesuai dengan apa yang diharapkan disekolah.

Dalam sebuah penelitian terkait dengan minat belajar yang dilakukan oleh Rohim, bahwa “minat menjadi sebuah motivasi peserta didik dalam belajar sehingga seluruh perhatiannya akan tercurahkan pada kegiatan yang ia lakukan”.4

Berdasarkan pendapat tersebut minat memiliki peranan yang

2

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, bab 1 pasal 1

3

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, bab 2 pasal 3

4Abdul Rohim, “


(19)

3

sangat penting dalam kegiatan pembelajaran karena minat sangat berperan sebagai motivasi terbesar dalam mendorong seseorang untuk belajar. Hal ini juga diutarakan oleh Sabri, bahwa “minat akan berperan sebagai Motivating

Force yaitu sebagai kekuatan yang akan mendorong siswa untuk belajar”.5

Siswa yang berminat terhadap kegiatan pembelajaran akan berusaha lebih keras dibandingkan siswa yang kurang berminat dalam pelajaran. Siswa yang berminat sikapnya senang kepada pelajaran, lebih perhatian, ingin lebih tahu terhadap pelajaran yang dipelajarinya dan tampak terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima pelajaran, mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk bisa terus tekun karena tidak ada pendorongnya.

Adanya minat belajar yang dimiliki siswa di dalam proses pembelajaran IPS-Sejarah akan terlihat gejala-gejala positif yang diwujudkan pada sikap dan perilaku siswa. Sehingga pada akhirnya hasil belajar menjadi lebih baik. Dengan minat belajar yang tinggi siswa dapat memperoleh pengetahuan dan wawasan serta hasil belajar yang baik. Dalam pembelajaran guru harus melihat kondisi siswa, karena kondisi siswa sangat penting untuk diperhatikan. Kondisi siswa yang sangat penting adalah bagaimana minatnya dalam mata pelajaran.

Menurut Ahmadi dan Widodo dalam proses belajar mengajar, “guru juga mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing dan memberi fasilitas belajar bagi murid-murid untuk mencapai tujuan”.6 Salah satunya dengan mempunyai strategi pembelajaran yang bervariatif sehingga tidak membuat para siswa menjadi jenuh dalam belajar dan monoton sehingga akan lebih meningkatkan minat siswa dalam suatu mata pelajaran. Dalam sebuah penelitian yang terkait dengan minat yang dilakukan oleh Kurniawan dalam

Pendidikan Agama Islam”, Skripsi padaUIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2011, h. 2, tidak dipublikasikan.

5

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), h. 85

6

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rienka Cipta, 1990), h. 98


(20)

membangkitkan minat belajar siswa, guru memiliki peranan yang penting yaitu:

Guru harus kreatif menciptakan metode penyampaian materi karena cara mengajar guru dapat mempengaruhi tinggi atau rendahnya minat belajar siswa. Minat belajar mempunyai pengaruh besar terhadap belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya.7 Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa guru dituntut untuk memiliki keterampilan dan kemampuan tersendiri agar materi pelajaran dapat sampai kepada siswa sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai. Dengan adanya perhatian dan ketertarikan siswa di dalam kelas maka akan menimbulkan sebuah minat untuk mempelajari pelajaran dengan lebih serius. Keinginan dan kesenangan belajar itu bisa didapatkan dari materi yang diajarkan dan cara guru dalam menyampaikan materi pelajaran, jika bahan dan cara guru menyampaikan pelajaran tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa yang bersangkutan tidak akan belajar dengan baik karena tidak adanya daya tarik baginya.

Menurut Anastasi “hakikat dan kekuatan dari minat seseorang merupakan aspek penting dan mempengaruhi prestasi pendidikan dan pekerjaan, hubungan antarpribadi, kesenangan yang didapatkan”.8

Jadi apabila siswa tidak berminat kepada bahan pelajaran dan maka siswa tersebut tidak akan bersemangat dalam belajar yang akan menyebabkan rendahnya nilai pada mata pelajaran tersebut.

Sebagaimana yang diungkap oleh Djamarah “Ketiadaan minat terhadap suatu mata pelajaran menjadi pangkal penyebab kenapa anak didik tidak bergeming untuk mencatat apa-apa yang telah disampaikan oleh guru”.9 Sehingga itulah yang menjadi penyebab bahwa anak didik tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Pada saat didalam kelas pun jika ada siswa yang tidak

7

Dwi Lathif Kurniawan, Pengaruh Lingkungan Belajar, Minat Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran TIK Kelas X SMAN 1 Kota Mungkid Magelang, Jurnal Edukasi, 2013, h. 2

8

Anne Anastasi & Susama Urbina, Tes Psikologi, ( Jakarta: PT Indeks, 2007), h. 426

9


(21)

5

berminat pada suatu pelajaran maka mereka malas untuk mencatat atau bisa dikatakan tidak merespon. Guru harus senantiasa memberikan suntikan motivasi, sehingga dengan bantuan tersebut anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar.

Hal ini sesuai dengan pendapat yang diungkapkan Wuryani, bahwa

“kegiatan mereka merupakan kunci dari minat mereka. Guru dapat

memperhatikan siswa mana yang paling memperhatikan selama pelajaran berlangsung. Ini merupakan salah satu metode untuk mengukur minat siswa”.10 Sehingga ada beberapa cara untuk mengetahui minat siswa yaitu dengan menanyakan kepada siswa sendiri, bisa dengan menyebarkan angket atau berbicara langsung dengan mereka. Siswa mungkin dapat ditanya dari sekian banyak kegiatan, yang mana yang kurang dipilih dan guru dapat mengobservasi dan mengevaluasi secara langsung kegiatan siswa.

Dalam kegiatan belajar mengajar minat merupakan salah satu faktor psikologis utama yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa, karena minat merupakan tahapan awal yang berasal dari dalam diri siswa untuk menghasilkan nilai-nilai yang memuaskan. Apabila siswa tidak berminat untuk mempelajari sesuatu maka hasil yang diperoleh tidak akan maksimal. Sebaliknya, apabila siswa mempunyai minat yang besar maka hasil yang diperolehnya akan lebih maksimal karena siswa yang mempunyai minat terhadap sesuatu yang diminatinya, siswa tersebut akan lebih memaksimalkan perhatianya kepada objek yang diamati dibandingkan objek yang tidak diminatinya. Serta mempelajarinya dengan sungguh-sungguh seperti rajin belajar serta membaca dan menggali terus menerus informasi yang mereka tahu dan bahkan belum diketahuinya, merasa senang dalam mengikuti proses pembelajaran dan bahkan dapat menemukan kesulitan–kesulitan dalam belajar.

Salah satu program pengajaran dijenjang Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang memfokuskan

10

Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2006), h. 366


(22)

kajiannya kepada hubungan sosial dan proses pengembangan kemampuan dalam hubungan sosial. Dengan adanya pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dikembangkan melalui kajian ini ditunjukan untuk mencapai keserasian dalam kehidupan bermasyarakat. Agar tujuan pembelajaran IPS dapat tercapai, perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa. Menurut Siregar faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa sebagai berikut:

Keberhasilan dalam belajar dipengaruhi oleh faktor eksternal sebagai faktor dari luar diri siswa, misalnya lingkungan keluarga, guru, dan masyarakat. Sedangkan faktor internal merupakan faktor dari dalam diri siswa yaitu kondisi fisik, serta faktor psikologis yaitu bakat, minat, intelegensi dan motivasi.11

Sehingga pembelajaran bisa berhasil karena adanya interaksi antara guru dengan siswa, dan dengan lingkungan sekitarnya. Pembelajaran yang baik seharusnya dapat menumbuhkan minat belajar pada diri siswa agar tingkah laku mereka berubah menjadi lebih baik. Perubahan yang dimaksud yaitu perubahan tingkah laku, pengetahuan, sikap dan keterampilan. Begitu juga dengan pelajaran IPS yang sangat menekankan pada perubahan tersebut. Jika individu memiliki minat maka akan melaksanakan apa yang diminati tersebut sehingga merasa bangga akan hal yang dicapainya dan tidak merasa terpaksa. Minat yang kuat akan menimbulkan usaha yang gigih dan tidak putus asa menghadapi tantangan. Sedangkan hasil belajar merupakan salah satu hal yang penting dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar yang diperoleh siswa tergantung dari bagaimana mereka mau belajar dan yang terpenting hasil belajar juga sangat dipengaruhi oleh minat yang timbul oleh diri sendiri. Oleh karena itu minat belajar sangat besar kaitannya dengan hasil belajar, karena apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa tidak akan belajar dengan baik karena tidak menarik baginya. Siswa akan malas belajar dan tidak akan mendapatkan kepuasan dari pelajaran itu. Siswa yang tidak berminat terhadap bahan pelajaran akan

11

Eveline Siregar, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 175


(23)

7

menunjukkan sikap yang kurang simpatik, malas dan tidak bergairah mengikuti proses belajar mengajar.

Dalam mempelajari mata pelajaran IPS-Sejarah, siswa senantiasa dihadapkan pada situasi jenuh karena kurang pahaman dan ketidak ingintahuan mereka mengenai materi sejarah. Hal ini menyebabkan hasil belajar yang diperoleh siswa kurang memuaskan. Untuk mengatasi hal ini, guru sudah mencoba memvariasikan model dan metode pembelajaran untuk menumbuhkan minat belajar namun rendahnya minat belajar dari individu masing-masing membuat proses pembelajaran menjadi menjadi kurang efektif.

Diketahui juga bahwa minat siswa pada mata pelajaran IPS-Sejarah bervariatif sehingga memiliki hasil belajar yang bervariatif pula. Siswa yang minat belajarnya tinggi ditunjukkan oleh keaktifan dalam bertanya, mengemukakan pendapat, rajin membaca buku-buku yang berkaitan dengan pelajaran dan cepat tanggap mengerjakan tugas yang diberikan guru. Sebaliknya siswa yang minat belajarnya rendah cenderung tidak antusias selama proses pembelajaran dan akan terlihat pasif, hanya mendengar dan mencatat apa saja yang disampaikan oleh guru sehingga pembelajaran berjalan satu arah. Tidak tertarik baginya untuk menambah pengetahuan dengan membaca buku. Pada saat diberikan kesempatan untuk bertanya sebagian besar siswa diam. Hal ini membuat guru merasa kesulitan untuk mengetahui sampai dimana kemampuan siswa dalam memahami konsep yang harus mereka kuasai. Dan pada saat KBM jika guru memberikan pertanyaan maka para siswa menjawab pertanyaan dari guru dengan membaca buku, mereka tidak berusaha menemukan kemungkinan-kemungkinan yang dapat menyempurnakan sebuah jawaban.

Berdasarkan hasil observasi yang sudah peneliti lakukan di SMPN 87 Jakarta, sebagian besar dari siswa ada yang mengaku senang dengan pelajaran IPS-Sejarah dan sebagian siswa ada yang mengaku kurang senang dengan pelajaran IPS-Sejarah. Sebagian siswa ada yang menganggap bahwa Sejarah


(24)

merupakan mata pelajaran yang sulit dihapalkan dan bahkan beberapa siswa menganggap pelajaran sejarah merupakan pembelajaran yang membosankan. Minat belajar siswa yang kurang dalam pelajaran IPS-Sejarah dapat dilihat dari rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Sejarah di SMPN 87 Jakarta. Berdasarkan hasil dokumentasi nilai rata-rata untuk ulangan harian mata pelajaran IPS-Sejarah dibawah KKM yaitu sebesar 70 dan kekurangaktifan siswa dapat dilihat dari proses pembelajaran yang kurang memuaskan atau bisa dikatakan masih rendah. Selain itu, kurangnya ketertarikan siswa untuk mempelajari Sejarah juga merupakan dampak dari minat siswa yang rendah.

Dalam penelitian ini penulis hanya akan membahas faktor internal psikologis siswa yaitu minat. Siswa yang mempunyai minat belajar yang tinggi maka akan menunjukkan hasil belajar yang baik. dengan adanya minat belajar dalam diri siswa maka akan menimbulkan keingintahuan dan kesenangan dalam diri siswa untuk terus belajar.

Hasil belajar merupakan salah satu hal yang terpenting dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar yang optimal jelas menjadi harapan setiap siswa. Sehingga dengan minat belajar yang tinggi siswa akan memperoleh pengetahuan, wawasan serta hasil belajar yang baik. Didalam proses pembelajaran baik itu di dalam kelas ataupun di luar kelas guru harus mengetahui bagaimana kondisi siswa, karena yang sangat penting adalah bagaimana minatnya dalam mata pelajaran tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar minat siswa terhadap mata pelajaran IPS Sejarah dengan judul “Hubungan Minat Belajar Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS (Sejarah) SMPN 87 Jakarta Tahun Ajaran 2014/2015”.


(25)

9

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Dihadapkan pada situasi jenuh karena kurang paham dan ketidak

ingintahuan mengenai IPS-Sejarah.

2. Kurangnya antusias dalam mengikuti pelajaran IPS Sejarah. 3. Kesulitan siswa dalam memahami IPS-Sejarah

4. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS-Sejarah di SMPN 87 Jakarta.

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, kiranya tidak memungkinkan bagi

penulis untuk meneliti keseluruhannya karena keterbatasan waktu dan kemampuan penulis, maka penelitian difokuskan pada masalah minat dan hasil belajar. Sehingga penulis memfokuskan pada hubungan antara minat belajar dengan hasil belajar siswa pada mata Pelajaran IPS (Sejarah).

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang sudah dikemukakan di atas, dapat

dirumuskan masalah yang akan diteliti: “Apakah terdapat hubungan antara minat belajar dengan hasil belajar siswa pada mata Pelajaran IPS (Sejarah) SMPN 87 Jakarta Tahun Ajaran 2014/2015?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan minat belajar dengan hasil belajar siswa pada mata Pelajaran IPS (Sejarah) SMPN 87 Jakarta Tahun Ajaran 2014/2015.


(26)

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat secara teoritis

a. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang hal-hal yang berhubungan dengan minat belajar dengan hasil belajar.

b. Dapat menjadi bahan kajian untuk penelitian lebih lanjut dan lebih mendalam tentang permasalahan yang terkait.

2. Manfaat praktis

a. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan, untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran sekolah dimana dalam pembuatan kebijakan dimasa yang akan datang dan menyediakan informasi mengenai minat belajar siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Bagi guru, untuk menambah wawasan mengenai cara-cara menumbuhkembangkan minat yang ada pada siswa.

c. Bagi penulis

Hasil penelitian yang tersusun dalam laporan tugas akhir ini diharapkan dapat menambah wawasan dan mendapat informasi baru mengenai pengetahuan tentang minat yang harus dimiliki seorang siswa sehingga dapat memberikan masukan untuk proses kedepan. Dan bisa menjadi acuan terhadap peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan hubungan minat belajar dengan hasil belajar siswa.


(27)

11 BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Minat Belajar

1. Pengertian Minat Belajar

Minat merupakan faktor psikologis yang terdapat pada setiap orang. Minat menurut Siregar, “merupakan faktor psikologis yang ada pada setiap orang dalam mempelajari sesuatu. Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar untuk sesuatu”.1 Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa minat merupakan rasa semangat yang tinggi terhadap suatu pekerjaan, rasa semangat itu dibarengi oleh keingintahuan dan kesungguhan sehingga melakukanya dengan rasa bahagia karena yang dilakukannya tersebut tanpa ada paksaan dari manapun.

Sementara itu menurut Djaali dalam buku psikologi pendidikan menyebutkan bahwa minat adalah “rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh”.2 Jadi dapat dikatakan minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal yang menurutnya lebih membuat semangat dari pada hal lainnya, siswa melakukannya dengan kendali dari individu itu sendiri.

Hal serupa yang dikemukakan oleh Djaali erat kaitannya dengan bidang pelajaran, “minat yang telah disadari terhadap bidang pelajaran mungkin sekali akan menjaga pikiran siswa, sehingga dia bisa menguasai pelajarannya”.3

Bila seseorang berminat pada suatu mata pelajaran ia akan tertarik ataupun menyenanginya, jika sesuatu hal menarik

1

Eveline Siregar, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 176

2

Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi aksara, 2013), h. 121

3


(28)

perhatiannya pasti akan menimbulkan minat dan akan mendapatkan hasil belajar yang sepadan dengan usahanya.

Hal di atas juga seirama dengan apa yang dimaksud Nuryanti dalam buku psikologi anak, yang menyatakan bahwa minat adalah “kecenderungan seseorang terhadap sesuatu atau bisa dikatakan apa yang disukai seseorang untuk dilakukan”.4 Dapat dipahami jika pada dasarnya setiap orang akan lebih senang melakukan sesuatu yang sesuai dengan minatnya (yang disukai) daripada melakukan sesuatu yang kurang disukai. Dalam keadaan hati senang tentu saja akan lebih mudah daripada anak belajar dengan suasana hati yang terpaksa.

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Djamarah juga mengatakan bahwa “minat merupakan kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang”.5

Artinya minat merupakan faktor yang sangat penting bagi individu dalam melakukan suatu hal yang disenanginya, dengan kata lain minat merupakan suatu ketertarikan pada suatu hal tanpa ada yang menyuruh. Hal serupa dikatakan oleh Soemanto, yaitu:

Minat juga sangat bisa dilihat oleh seorang guru kepada anak didiknya dengan melihat bagaimana perasaan anak didik yang dilihat dalam bentuk ekspresinya. Ekspresi adalah pernyataan emosi atau perasaan yang diamati oleh orang lain, misalnya tersenyum, tertawa, menangis, murung/mura, tunduk kepala, mengelus dada, cemberut, merengut dan sebagainya.6

Oleh karena itu ekspresi ini dapat membantu pendidik dalam usaha mengenal emosi dan perasaan anak didiknya dalam minat pelajaran yang akan diajarkan. Jadi seorang guru bisa membedakan antara perasaan yang merdeka dan perasaan yang terikat.

4

Lusi Nuryanti, Psikologi Anak, (Jakarta: PT Indeks, 2008), h. 59

5

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), Ed. 2, h. 166

6


(29)

13

Minat juga sangat erat kaitannya dengan kemauan. Kemauan dapat bekerja, baik secara paksaan maupun dalam bentuk pilihan sendiri. Menurut Soemanto, “Kemauan yang bebas adalah kemauan yang sesuai dengan keinginan diri sendiri, sedangkan kemauan yang terikat adalah kemauan yang ditimbulkan oleh kondisi kebutuhan yang terbatasi oleh norma sosial ataupun kondisi lingkungan”.7 Pendapat tersebut dapat dipahami dengan contoh, seseorang yang menaruh minat besar terhadap mata pelajaran IPS-Sejarah akan banyak memusatkan perhatiannya terhadap mata pelajaran tersebut tanpa ada yang menyuruh dengan kata lain kemauan mereka sesuai dengan keinginan sendiri, sedangkan siswa lain yang tidak berminat hanya akan menerima pelajaran tanpa mengetahui lebih paham tentang pelajaran tersebut.

Seperti yang dikatakan oleh Syah, “seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya”.8

Oleh karena itu, jika pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itu akan memungkinkan siswa tersebut untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang tertentu.

Sejalan dengan hal itu, Getzel yang dikutip dalam buku penilaian hasil belajar juga mengatakan bahwa “minat merupakan suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk objek khusus, aktivitas pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian”.9

Jadi dapat diartikan bahwa minat merupakan pilihan dalam melakukan kegiatan tertentu yang disenangi, dengan begitu maka individu akan belajar dengan sungguh-sungguh demi tujuan yang akan dicapainya.

7

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h. 40

8

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), cet. 15, h 134

9


(30)

Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat merupakan kecenderungan siswa untuk memusatkan perhatian rasa lebih suka dan rasa ketertarikan terhadap suatu objek atau situasi tertentu dalam mata pelajaran IPS-Sejarah. Pada dasarnya jika siswa menaruh minat pada sesuatu berarti siswa akan menyambut baik dan bersikap positif yang berhubungan dengan objek tersebut, sikap positif itu ditunjukkan dengan rasa sungguh-sunguh dan semangat dalam belajar sehingga mencapai hasil yang baik. Minat pada seseorang itu terdorong oleh rasa semangat terhadap suatu kegiatan dengan diimbangi oleh kesungguhan, sehingga mendapatkan kepuasan tersendiri karna yang dilakukan itu tanpa adanya paksaan dan tekanan dari pihak manapun. Minat sangat erat kaitannya dengan perasaan individu terutama dengan perasaan senang terhadap sesuatu yang dianggapnya sesuai dengan kebutuhan dan memberi kepuasaan kepadanya.

Membicarakan masalah minat harus memperhatikan beberapa macam minat. Menurut Siregar ada beberapa macam mengenai minat yaitu:

a. Minat pembawaan. Minat ini muncul dengan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, baik kebutuhan maupun lingkungan. b. Minat yang muncul karena adanya pengaruh dari luar. Minat

seseorang bisa saja berubah arena adanya pengaruh lingkungan dan kebutuhan. Spesialisasi bidang studi yang menarik minat seseorang akan dapat dipelajari dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, jika bidang studi yang tidak sesuai dengan minatnya, tidak mempunyai daya tarik baginya.10

Dengan kata lain minat belajar siswa yang dimiliki seseorang bisa saja berasal dari diri individu masing-masing yang tidak dipengaruhi oleh faktor sekitarnya atau pengaruh dari luar, misalnya adanya bakat yang terdapat didalam diri siswa tersebut yang menimbulkan minat yang sangat tinggi. Contoh ada seseorang belajar karena memang senang membaca bukan karena ingin mendapatkan pujian dari orang lain.

10

Eveline Siregar, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 176


(31)

15

Contoh lain, jika ada siswa yang menguasai dibidang olahraga maka dia pun akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dalam kegiatan yang tinggi terhadap pelajaran olahraga. Hal ini dikarenakan adanya perasaan senang dan penuh perhatian untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Dan yang kedua adanya pengaruh dari luar pribadinya misalkan adanya faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. Faktor itulah yang akan menimbulkan minat dari siswa tersebut untuk lebih menyukai mata pelajaran tersebut. misalnya, seseorang yang belajar dengan tujuan agar lulus UN dengan hasil yang maksimal, akan menimbulkan minat dan semangat belajar.

2. Fungsi Minat Dalam Belajar

Minat merupakan faktor internal dalam psikologis yang sangat berperan dalam proses belajar. Menurut Sabri sebagaimana dikutip oleh Rohim minat memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Sebagai kekuatan yang akan mendorong seseorang untuk belajar. Siswa yang berminat kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar.

b. Pendorong seseorang untuk berbuat dalam mencapai tujuan. c. Penentu arah perbuatan seseorang yakni ke arah tujuan yang

hendak dicapai.

d. Penseleksi perbuatan sehingga perbuatan seseorang yang mempunyai motivasi senantiasa selektif dan tetap terarah kepada tujuan yang ingin dicapai. 11

Menurut Tjandrasa sebagaimana dikutip oleh Utami mengenai fungsi minat bagi kehidupan anak yaitu:

a. Minat mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita. b. Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat.12

11Abdul Rohim, “

Pengaruh Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Bidang Pendidikan Agama Islam”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2011, h. 9 tidak

dipublikasikan.

12Deli Wani Utami, “

Hubungan Minat belajar Mahasiswa Terhadap Hasil Belajar Pada Mata Kuliah Sosiologi Antropologi di Program Studi Pendidikan IPS FITK UI Syarif Hidayatullah Jakarta”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2014, h. 16


(32)

Terkait dengan fungsi minat di atas dapat dipahami bahwa minat mempengaruhi cita-cita seseorang. Sebagai contoh, anak yang berminat pada bidang kesenian maka cita-citanya ingin menjadi seorang penari yang berprestasi ataupun pelukis. Selanjutnya terkait fungsi minat yang kedua yaitu sebagai tenaga pendorong yang kuat, sebagai contoh minat anak untuk menguasai pelajaran bisa mendorongnya untuk belajar dimanapun dan kapanpun.

Minat mempunyai korelasi yang besar dalam belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tersebut tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, sebab tidak ada daya tarik baginya. Sedangkan bila bahan pelajaran itu menarik minat siswa, maka pelajaran itu akan mudah dipelajari karena adanya minat sehingga menambah ketertarikan dalam kegiatan belajar.

Dengan demikian fungsi minat dapat disimpulkan yaitu bahwa proses pencapaian keberhasilan dalam belajar sangat bergantung kepada minat, dengan minat siswa akan terus terdorong untuk mengoptimalkan dan tekun dalam belajar. Kurangnya minat siswa terhadap pelajaran akan menjadi penghambat proses dalam belajar. Dengan adanya minat proses belajar akan berjalan lancar dan tujuan pendidikan akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan karena minat mempunyai andil yang sangat besar dalam menunjang keberhasilan belajar.

3. Unsur-Unsur Minat (Indikator Minat)

Setiap individu memiliki perbedaan dalam berbagai hal, misalnya pada minatnya perbedaan itu dapat diketahui melalui gejala-gejala yang dimunculkan oleh individu itu sendiri. Dalam penelitian ini, ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang dikatakan berminat terhadap sesuatu bila individu tersebut memiliki beberapa unsur antara lain:

a. Perasaan Senang

Menurut Soemanto, “perasaan senang dapat diartikan sebagai suasana psikis dengan jalan membuka diri terhadap suatu hal yang


(33)

17

berbeda dengan keadaan dalam diri”.13

Jadi dapat dikatakan bahwa perasaan senang dapat timbul karena mengamati, mengingat atau memikirkan sesuatu.

Seseorang yang memiliki perasaan senang atau suka dengan sesuatu, maka ia cenderung mengetahui antara perasaan dengan minat. Siswa yang berminat terhadap pelajaran IPS-Sejarah ia akan merasa senang dalam membaca dan mengkaji hal-hal yang dianggap mereka tertarik. Ia akan mempelajari pelajaran tersebut dengan antusias tanpa ada beban paksaan dari siapun didalam dirinya.

b. Pemusatan Perhatian dalam Belajar

Perhatian merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan belajar. Dalam buku psikologi yang dikutip oleh Soemanto bahwa, perhatian merupakan “pemusatan tenaga psikis yang tertuju pada suatu objek tertentu”.14

Dengan kata lain seseorang yang menaruh minat pada suatu hal akan memberikan perhatian yang besar.

Adanya perhatian merupakan sebuah konsentrasi seseorang terhadap pengamatan, pengertian, dan sebagainya dengan mengesampingkan yang lain. Siswa yang berminat belajar IPS-Sejarah dalam dirinya akan terdapat kecenderungan yang kuat untuk selalu memberikan perhatian yang besar terhadap objek yang diamati. Jadi, siswa pikirannya fokus dengan apa yang dibacanya dan apa yang diamatinya.

Selanjutnya apabila seseorang menaruh perhatian secara continue

baik secara sadar maupun tidak pada obyek tertentu, biasanya dapat membangkitkan minat pada obyek tersebut. Jadi dapat dikatakan bahwa siswa yang menaruh minat pada mata pelajaran sejarah dia akan lebih memperhatikannya. Namun sebaliknya, jika siswa tersebut tidak berminat, maka perhatian pada mata pelajaran tersebut cenderung malas dan merasa tidak suka. Dengan demikian siswa yang

13

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), cet V, h. 37

14


(34)

tidak menaruh perhatian pada mata pelajaran sejarah, maka sulitlah mereka dapat belajar dengan baik.

c. Perasaan Tertarik

Perasaan tertarik dapat menyebabkan hasil belajar lebih baik. Menurut Crow and crow yang dikutip oleh Rohim bahwa, “minat bisa berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong kita cenderung atau rasa tertarik pada orang, benda, atau kegiatan apapun bisa berupa pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan tersebut”.15 Hal ini menunjukkan ada yang mengembangkan minatnya terhadap mata pelajaran tersebut karena adanya pengaruh dari guru pengajar dan bahan ajar yang menarik. Siswa yang memiliki minat yang tinggi terhadap salah mata pelajaran akan terdapat kecenderungan yang kuat dan tertarik untuk mempelajarinya dan menggali hal-hal yang tidak dimengerti. Menyukai guru yang mengajarkan serta mata pelajaran yang diajarkan. Sehingga perasaan tertarik merupakan indikator yang menunjukan minat seseorang.

Hal ini diperkuat oleh pendapat Djamarah terkait dengan peran guru dalam proses belajar, menurutnya “dalam kegiatan rutin di kelas sehari-hari guru harus berusaha mengindari hal-hal yang monoton dan

membosankan”.16

Artinya guru mempunyai peran penting dalam membangkitkan minat belajar para peserta didik. Guru harus memelihara minat anak didik dalam belajar dengan memberikan kebebasan dalam situasi belajar.

d. Giat Belajar

Menurut Djamarah “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu

15

Abdul Rohim, “Pengaruh Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Bidang Pendidikan Agama Islam”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2011, h. 11 tidak dipublikasikan.

16


(35)

19

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.17

Sehingga belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Seseorang yang giat belajar dan tekun dalam mempelajari sesuatu maka akan lebih bersungguh-sunguh dalam mengerjakannya dan akan mendapatkan hasil belajar yang maksimal.

Menurut Syah, “Sikap siswa yang positif terutama kepada guru dan mata pelajaran yang disajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa. Sebaliknya sikap negatif siswa terhadap guru dan mata pelajaran dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut”.18

Jika siswa yang mempunyai sikap positif terhadap guru maupun mata pelajaran maka akan terus tergerak hatinya dalam belajar dengan giat. Sehingga aktivitas yang berada di luar sekolah menjadi indikator yang dapat menunjukan keberadaan minat pada diri siswa. Siswa dengan minat yang tinggi akan merasa bahwa pelajaran yang diberikan disekolah sangatlah terbatas waktunya, sehingga ia perlu untuk mencari pengetahuan lain di luar jam pelajaran. Dan siswa akan merasa semangat jika mempelajari mata pelajaran tersebut sehingga terus menggali pengetahuan yang ada dilingkungan sekitarnya.

e. Mengerjakan Tugas

Mengerjakan tugas yang diberikan guru merupakan salah satu indikator yang menunjukan adanya minat pada siswa. Karena tugas yang diberikan guru bertujuan untuk memperdalam kemampuan siswa. Siswa yang memiliki minat yang tinggi akan menyadari pentingnya mengerjakan tugas dari guru. Siswa yang berminat terhadap suatu mata pelajaran maka ia akan mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh dan sebaliknya jika siswa yang tidak berminat atau cuek terhadap suatu mata pelajaran maka ia mengerjakan tugas dengan tidak maksimal karena didalam dirinya tidak ada kecenderungan suka pada mata pelajaran tersebut.

17

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), Cet III, h. 13

18

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosdakarya, 2008), cet. 14, h. 135


(36)

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar

Minat menjadi salah satu pendorong keberhasilan dalam belajar. Minat itu tidak muncul dengan sendirinya akan tetapi ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi munculnya minat. Dengan minat yang tinggi tentunya akan menghasilkan hasil belajar yang tinggi pula. Hal ini juga dapat dilihat apabila hasil belajar siswa tersebut tinggi tentunya siswa tersebut mempunyai minat yang tinggi pula.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat seseorang antara lain: 19

a. Faktor Internal

1) Faktor Fisiologis (Jasmaniah)

Faktor jasmaniah sangatlah penting dalam melakukan kegiatan pembelajaran, agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya agar tetap sehat dan bisa beraktivitas dengan baik.

2) Faktor Psikologis

Ada beberapa macam yang tergolong ke dalam faktor psikologis. Faktor-faktor tersebut adalah:

a) Bakat Siswa

Menurut Syah “bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang”.20 Jika bahan pelajaran yang dipelajari sesuai dengan bakatnya akan menimbulkan sebuah ketertarikan dengan kata lain yaitu minat. Dengan demikian diharapkan akan mampu memperoleh hasil belajar yang lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajar.

19

Eveline Siregar, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 175

20

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), cet. 19, h. 133


(37)

21

Menurut Siregar bahwa “bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu”.21

Sehingga melalui bakat seseorang akan memiliki minat, ini dapat dibuktikan dengan contoh apabila seseorang sejak kecil memiliki bakat dalam bidang bernyanyi secara tidak langsung ia akan memiliki minat dalam hal menyanyi. Jika ia dipaksakan untuk menyukai sesuatu yang lain, kemungkinan ia tidak akan menyukainya dan menjadi suatu beban bagi dirinya, oleh karena itu dalam memberikan pilihan baik bagi sekolah maupun aktivitas lainnya sebaiknya disesuaikan dengan bakat yang dimilikinya.

b) Intelegensi

Menurut Siregar, “intelegensi adalah kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan”.22

Sehingga kemampuan yang tinggi akan memungkinkan anak bisa menggunakan pikirannya untuk belajar serta memecahkan persoalan yang ada, sedangkan tingkat kemampuan yang rendah akan mengakibatkan murid mengalami kesulitan dalam belajar.

c) Motivasi Siswa

Menurut Syah motivasi adalah “keadaan internal yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu, maksudnya motivasi merupakan pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah”.23 Minat seseorang akan semakin tinggi bila disertai dengan adanya motivasi, baik yang bersifat internal ataupun eksternal. Motivasi sangat erat kaitannya dengan minat.

21

Eveline Siregar, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 176

22

Eveline Siregar, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 176

23

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosdakarya, 2008), cet. 14, h. 136


(38)

Minat dapat timbul dengan adanya motivasi yang kuat. Seseorang yang mempunyai keinginan terhadap sesuatu maka akan merangsang timbulnya ketertarikan atau minat untuk melakukan kegiatan tersebut sehingga motivasinya dapat terwujud.

Sedangkan definisi motivasi menurut Djamarah dalam psikologi belajar bahwa “motivasi merupakan suatu perubahan energi didalam pribasi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan”.24

Sehingga minat seseorang akan semakin tinggi apabila didampingi oleh motivasi, baik itu motivasi internal atau eksternal. Dengan adanya motivasi yang tinggi maka siswa akan lebih tekun dalam belajar dan akan bersungguh-sungguh untuk mendapatkan hasil tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.

Misalnya seorang siswa yang ingin memperdalam Ilmu Pengetahuan Sosialnya tentang tokoh-tokoh dalam kemerdekaan Indonesia, tentu siswa tersebut akan terarah minatnya untuk membaca buku-buku tentang sejarah kemerdekaan Indonesia lalu mendisusikannya kepada teman atau guru dan sebagainya.

b. Faktor Eksternal

1) Faktor Lingkungan Keluarga

a) Orang Tua

Menurut Siregar, dalam kegiatan belajar seorang anak perlu diberi dorongan dan pengertian dari orang tua, orang tua berkewajiban memberi pengertian dan dorongan serta semaksimal mungkin membantu dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi anak disekolah.25

24

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), Ed rev, cet 3, h. 148

25

Eveline Siregar, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 177


(39)

23

Berkaitan dengan minat orang tua menjadi penentu untuk terbentuknya minat pada anak, karena keluargalah proses pendidikan yang pertama. Dalam proses perkembangan minat diperlukan dukungan perhatian dan bimbingan dari keluarga khususnya orang tua. Sebab minat itu sendiri bukanlah sesuatu yang dimiliki anak begitu saja, melainkan sesuatu yang dapat dikembangkan sehingga orang tua harus mampu memotivator bagi anak.

b) Suasana Rumah

Terkait dengan orang tua suasana rumah juga berpengaruh terhadap kondisi siswa dalam belajar yaitu suasana rumah. Menurut Jamaludin “hubungan antar anggota keluarga yang kurang harmonis, akan menimbulkan suasana kaku dan tegang dalam keluarga yang menyebabkan anak kurang bersemangat untuk belajar”.26

Suasana rumah merupakan kejadian-kejadian yang terjadi didalam keluarga yang akan mempengaruhi kondisi belajar siswa. Misalnya suasana rumah yang menyenangkan dan penuh kasih sayang akan memberikan sebuah dorongan belajar yang kuat bagi anak tersebut.

c) Kemampuan Ekonomi Keluarga

Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Jamaludin bahwa:

Bagi orang tua yang keadaan ekonominya kurang memadai, sudah barang tentu tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya itu secara memuaskan. Apabila keadaan ini terjadi pada orang tua murid, maka murid yang bersangkutan akan menanggung risiko yang tidak diharapkan.27

26

Eveline Siregar, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 177

27

Eveline Siregar, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 178


(40)

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar siswa. Siswa yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya misalnya makan, pakaian, perlindungan, kesehatan, dll juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, peralatan tulis, dll. Fasilitas tersebut hanya dapat terpenuhi kebutuhan jika keluarga mempunyai cukup uang. Jika semua itu terpenuhi maka siswa bisa belajar dengan baik.

2) Faktor Sekolah

a) Strategi dan Metode Pembelajaran

Menurut Sanjaya “Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.28

Jadi strategi pembelajaran merupakan sebuah perencanaan, metode atau cara mengajar dan aktivitas yang dilakukan oleh guru guna membangkitkan semangat siswa dalam belajar. Adapun minat yang dapat menunjang belajar adalah minat kepada bahan pelajaran bagaimana metode mengajar yang dapat menarik siswa dalam belajar. Dengan demikian apabila siswa tidak berminat kepada bahan pelajaran dan metode mengajar yang dipakai oleh guru maka dipastikan siswa tidak akan memberikan perhatiannya dalam belajar. Menurut Sanjaya “media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya”.29 Menggunakan media belajar yang baik dan lengkap adalah perlu, agar guru dapat mengajar dengan baik

28

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 186

29

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 204


(41)

25

dan siswa dapat menerima pelajaran dengan baik serta dapat belajar dengan baik pula.

Oleh karena itu apabila siswa tidak berminat sebaiknya dibangkitkan sikap positif kepada bahan pelajaran melalui metode pengajaran yang menarik agar siswa tertarik perhatiannya untuk memperhatikan pelajaran yang disampaikan.

b) Kurikulum

Menurut Djamarah, “kurikulum diakui dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik disekolah”.30

Kurikulum bisa dikatakan sebagai perencanaan dalam sebuah pembelajaran yang akan menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Jadi, kurikulum diartikan sebagai jumlah kegiatan yang diberikan sekolah kepada siswa. Jelaslah bahan pelajaran mempengaruhi minat belajar siswa.

c) Interaksi Guru dan Murid

Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa, proses tersebut juga dipengaruhi oleh interaksi yang ada dalam proses pembelajaran itu sendiri. Sejalan dengan yang dikutip oleh Siregar, yaitu:

Guru yang kurang interaksi dengan murid secara rutin akan menyebabkan proses belajar mengajar kurang lancar, dan menyebabkan anak didik merasa ada jarak dengan guru, sehingga segan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar.31

Maka jika didalam kelas guru kurang dalam berinteraksi maka akan terjadi jarak yang akan menyebabkan anak murid sulit untuk aktif dalam pembelajaran.

30

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), cet. 3, h. 181

31

Eveline Siregar, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 178


(42)

d) Hubungan Antar Murid

Menciptakan hubungan yang baik antar siswa adalah perlu, agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa dengan cara memberikan pembinaan agar didalam kelas tidak terjadi persaingan yang kurang sehat antar siswa. Sejalan dengan yang dikatakan oleh Siregar

“guru yang kurang bisa mendekati siswa dan kurang

bijaksana, maka tidak akan mengetahui bahwa didalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat”.32

Seharusnya guru harus mampu membina kelas agar dapat bergotong-royong dalam belajar bersama.

e) Waktu Belajar

Waktu belajar adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu belajar mempengaruhi minat siswa dalam belajar IPS-Sejarah. Jika ada siswa yang harus terpaksa sekolah disiang hingga sore hari sedangkan waktu tersebut seharusnya digunakan untuk beristirahat, tetapi harus masuk sekolah. Sehingga mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk. Berbeda dengan anak yang belajar dipagi hari, pikiran dan jasmani mereka masih segar dalam kondisi kuat.

f) Keadaan Gedung atau Tata Ruang Kelas

Menurut Djamarah “gedung sekolah sebagai tempat yang strategis bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di sekolah”.33

Salah satu untuk membuat sekolah adaah adanya pemilikan gedung sekolah yang di dalamnya ada ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang perpustakaan, ruang tata usaha, dan halaman sekolah yang memadai. Dengan jumlah siswa yang banyak serta karakteristik yang bervariasi

32

Eveline Siregar, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 178

33


(43)

27

keadaan gedung dan tata ruang kelas haruslah memadai. Sehingga mereka dapat belajar dengan baik.

3) Faktor Lingkungan Masyarakat

a) Teman Bergaul

Menurut Siregar “teman pergaulan sangat dibutuhkan dalam membuat dan membentuk kepribadian dan sosialisasi anak”.34

Jadi melalui pergaulan seseorang akan dapat terpengaruh arah minatnya oleh teman-temannya, khususnya teman akrabnya. Apabila seseorang bergaul dengan orang yang berkepribadian baik tentunya orang tersebut akan terpengaruh menjadi baik pula. Begitu pula dalam hal minat orang yang bergaul dengan orang mempunyai minat yang besar dalam belajar tentu orang tersebut akan dapat terpengaruh. Karena teman pergaulan sangat berpengaruh terhadap kepribadian siswa.

b) Kegiatan Dalam Masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Akan tetapi perlu kiranya membatasi kegiatan siswa dalam masyarakat supaya jangan sampai menggangu belajarnya. Hal serupa didukung oleh Jamaludin “bila kegiatan tersebut dilakukan secara berlebihan tentu akan menghambat kegiatan belajarnya”.35

34

Eveline Siregar, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 179

35

Eveline Siregar, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 179


(44)

B. Hasil Belajar

1. Pengertian Penilaian Hasil Belajar

Menurut Siregar penilaian hasil belajar merupakan “segala macam prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai unjuk kerja (performance) siswa atau seberapa jauh siswa dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan”.36 Jadi dapat dijelaskan bahwa nilai yang diperoleh siswa dalam kegiatan belajar merupakan hasil yang didapat dalam proses kegiatan belajar tersebut. Menurut Sudjana “penilaian merupakan proses memberikan nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu”.37 Sehingga nilai tersebut dapat dijadikan sebagai umpan balik bagi mereka, untuk melakukan perubahan aktivitas belajar mengajar yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan adanya informasi berupa nilai akan merubah bagaimana mereka belajar dari yang tadinya biasa-biasa saja menjadi lebih bersungguh-sungguh.

Hal ini sejalan dengan pendapat Djamarah bahwa dengan mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi dan terdorong untuk belajar lebih giat. Apalagi bila hasil belajar itu mengalami kemajuan, anak didik berusaha untuk mempertahankannya atau bahkan meningkatkan intensitas belajarnya guna mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik dikemudian hari.38

Sehingga dengan mengetahui hasil belajar yang diperoleh karena adanya aktivitas dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan akan menambah semangat dalam mempelajarinya lagi. Sedangkan hasil belajar tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar dikelas maupun diluar kelas karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan hasil belajar merupakan sebuah hasil dari proses tersebut.

36

Eveline Siregar, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), cet. 2, h. 144

37

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 3

38

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), Ed. 2, h. 163


(45)

29

Menurut Zurinal dan Wahdi penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pembelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai.39

Jadi tugas guru mengetahui bagaimana siswa sudah mengerti atau belum mengenai bahan pelajaran yang sudah diajarkan. Dan menentukan letak kesulitan siswa dalam belajar. Hasil belajar juga akan menentukan apakah siswa tersebut sebenarnya sudah paham atau belum mengenai materi yang sudah diajarkan. Dan didalam pembelajaran ada yang namanya standar untuk hasil belajar atau biasa disebut dengan KKM. Menurut Suyono “belajar tuntas merupakan suatu upaya belajar dengan pendekatan siswa harus menguasai seluruh bahan ajar. Biasanya setiap jenis mata pelajaran menetapkan tingkat ketuntasan yang berbeda sesuai dengan persepsi terhadap tingkat tingkat kesukaran mata pelajaran tersebut”.40 Dengan adanya belajar tuntas, maka siswa diharapkan bisa mempunyai target dalam pencapaian hasil belajar. Konsep ini disebut sebagai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM disetiap sekolah, disetiap mata pelajaran umumnya memang berbeda, penentuan KKM biasanya ditetapkan dalam rapat guru sesuai pengalaman sekolah masing-masing serta standar yang ditetapkan dalam standar kelulusan.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut:

a. Faktor Internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan /kondisi jasmani dan rohani siswa.

b. Faktor Ekternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa.

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang

39

Zurinal Z dan Wahdi, Ilmu Pendidikan (Jakarta: UIN Press, 2006), h. 134

40

Suyono & Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 132


(46)

digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.41

Faktor-faktor di atas saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Faktor internal yang timbul dari dalam anak itu sendiri, baik itu aspek fisiologis dan psikologis. Sebagaimana dikatakan Syaiful Bahri bahwa aspek fisiologis ini “meliputi kondisi tubuh peserta didik termasuk organ tubuh dan kondisi alat indera, sedangkan aspek psikologis mencakup intelegensi (kecerdasan), sikap, bakat, minat dan motivasi”.42 Sedangkan untuk faktor eksternal merupakan faktor yang datang dari luar diri individu yang terdiri dari lingkungan dan sekitarnya, misalnya faktor keluarga, masyarakat, dan faktor dari sekolah yang akan mempengaruhi hasil belajar siswa disekolah baik itu dari segi motivasi, materil dll. Dan yang terakhir faktor pendekatan belajar yang meliputi strategi dan metode untuk mempermudah siswa dalam mempelajari materi yang akan mempengaruhi hasil belajar.

3. Tujuan Penilaian

Menurut Sudjana, menyatakan bahwa tujuan penilaian sebagai berikut:

a. Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya.

b. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran disekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan.

c. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanannya.

d. Memberikan pertanggungjawaban dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.43

41

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosdakarya, 2014), cet. 19, h. 129

42

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), Cet. 3, h. 191

43

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 4


(47)

31

Sehubungan dengan tujuan yang dikemukanan di atas, kesuksesan dalam pembelajaran melalui penilaian diperuntukkan bagi guru maupun siswa. Guru dituntut memiliki wawasan dan kemampuan yang memadai tentang pembelajaran, misalnya perencanaan dan penetapan tujuan pembelajaran, sehingga siswa termotivasi untuk memperbaiki pembelajarannya.

4. Evaluasi Hasil Belajar

Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Syah “Evaluasi berarti penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program”.44 Evaluasi biasanya dipandang sebagai ujian untuk menilai hasil pembelajaran para siswa pada akhir materi atau jenjang pendidikan tertentu.

Menurut Zurinal “dengan penilaian, guru akan mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik”.45 Dengan adanya evaluasi ini guru akan mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi, bukan hanya pemahaman saja tetapi sikap, minat, kepribadiannya, dll.

Menurut Grounlund dalam buku Psikologi Pedidikan, “evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa”.46

Sebelum memulai pembelajaran, guru pastinya membuat sebuah rancangan dalam mengajar, jika ingin mengetahui apakan rancangan tersebut sudah sesuai dengan tujuan yang diinginkan maka cara yang tepat yaitu mengevaluasinya.

44

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikandengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), cet. 15, h. 139

45

Zurinal Z dan Wahdi, Ilmu Pendidikan (Jakata: UIN Press, 2006), h. 134

46

Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2006), h. 397


(48)

C. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Menurut Somantri dalam buku Pembelajaran dan Evaluasi hasil belajar IPS mengatakan bahwa:

IPS adalah penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi negara dan disipin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.47

Menurut Djahiri, IPS merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.48

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan pengetahuan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat dan lingkungan sosialnya. IPS tidak memusatkan diri pada satu topik secara mendalam melainkan memberikan tinjauan yang luas terhadap masyarakat sekitarnya.

2. Ciri-ciri Pembelajaran IPS

Menurut Kosasih dalam buku pembelajaran dan evaluasi hasil belajar IPS, ciri-ciri pembelajaran IPS sebagai berikut:

a. IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dengan faka atau sebaliknya (menelaah fakta dari segi ilmu).

b. Penelaah dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang disiplin ilmu saja, melainkan bersifat komprehensif (meluas/dari berbagai ilmu sosial dan lainnya, sehingga berbagai konsep ilmu secara terintegrasi terpadu) digunakan untuk menelaah satu masalah/tema/topik.

c. Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri agar siswa mampu mengembangkan berpikir kritis, nasional dan analitis.

47

Sapiriya, Dkk. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil belajar IPS, (Bandung: UPI Press, 2006), h. 7

48

Sapiriya, Dkk. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil belajar IPS, (Bandung: UPI Press, 2006), h. 7


(49)

33

d. Program pembelajaran disusun dengan meningkatkan atau menghubungkan bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial dan lainnya dengan kehidupan nyata di masyarakat, pengalaman, permasalahan, kebutuhan dan memproyeksikannya kepada kehidupan dimasa depan baik dari lingkungan fisik/alam maupun budayanya.

e. IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang sangat stabil (mudah berubah), sehingga titik berat pembelajaran adalah terjadinya proses internalisasi secara mantap dan aktif pada diri siswa agar memiliki kebiasaan dan kemahiran untuk menelaah permasalahan kehidupan nyata pada masyarakatnya.

f. IPS mengutamakan hal-hal, arti dan penghayatan hubungan antar manusa yang bersifat manusiawi.

g. Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, juga nilai dan keterampilannya.

h. Berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui program maupun pembelajarannya dalam arti memperhatikan minat siswa dan masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupannya.49

Dapat disimpulkan dari point-point di atas bahwa ciri-ciri pembelajaran IPS bersifat dinamis yang artinya selalu berubah sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat. Perubahan dalam aspek materi atau bahkan tujuan yang sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat.

3. Tujuan IPS

Menurut Djaihiri dalam buku pembelajaran IPS, tujuan pokok pembelajaran IPS adalah:

a. Membina siswa agar mampu mengembangkan pengertian/pengetahuan berdasarkan data, generalisasi serta konsep ilmu tertentu maupun yang bersifat interdisipliner/komprehensif dari

berbagai cabang ilmu sosial.

b. Membina siswa agar mampu mengembangkan dan mempraktekkan keanekaragaman keterampilan studi, kerja dan intelektualnya secara pantas dan tepat sebagaimana diharapkan ilmu-ilmu sosial.

49

Sapiriya, Dkk. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil belajar IPS, (Bandung: UPI Press, 2006), h. 8


(50)

c. Membina dan mendorong siswa untuk memahami, menghargai dan menghayati adanya keanekaragaman dan kesamaan kultural maupun individual.

d. Membina siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan baik sebagai individu maupun sebagai warga negara.50

Jadi dapat disimpulkan dari point-point di atas, bahwa tujuan IPS adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya dimasyarakat dan membantu mengembangkan kemampuan pengetahuan dan keputusan sebagai warga masyarakat yang beranekaragam budaya.

4. Pengertian Sejarah

Menurut Supardan “Istilah sejarah berasal dari bahasa Arab, yakni dari kata syajaratun yang memiliki arti pohon kayu. Pengertian pohon kayu disini adalah adanya suatu kejadian, perkembangan atau pertumbuhan tentang sesuatu hal (peristiwa) dalam suatu kesinambungan (kontinuitas)”.51

Sejarah merupakan kejadian yang terjadi pada masa lampau yang disusun berdasarkan peninggalan dengan berbagai peristiwa.

5. Fungsi Sejarah

Menurut Notosusanto fungsi Sejarah dibagi menjadi empat jenis,

yaitu:

1) Fungsi edukatif yang artinya sejarah membawa dan mengajarkan kebijaksanaan ataupun kearifan.

2) Fungsi inspiratif yang artinya dengan mempelajari sejarah dapat memberikan inspirasi, sebagai contoh melalui belajar sejarah perjuangan bangsa kita dapat terilhami untuk meniru dan bila perlu menciptakan peristiwa yang serupa yang lebih besar dan paling tidak dengan belajar sejarah dapat memperkuat spirit dan moral.

3) Fungsi instruktif, bahwa dengan belajar sejarah dapat berperan dalam proses pembelajaran pada salah satu kejuran atau

50

Sapiriya, Dkk. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil belajar IPS, (Bandung: UPI Press, 2006), h. 13

51


(51)

35

keterampilan tertentu seperti navigasi, jurnalistik, senjata/militer, dan sebagainya.

4) Fungsi rekreasi yang akan memberikan rasa kesenangan maupun keindahan, seorang pembelajar sejarah dapat terpesona oleh kisah sejarah yang mengagumkan atau menarik perhatian pembaca.52 Dapat disimpulkan dari pendapat di atas yaitu, yang dimaksud dengan fungsi edukatif bisa dijadikan pelajaran dalam kehidupan keseharian bagi setiap manusia, sejarah juga mengajarkan tentang contoh yang sudah terjadi agar seseorang menjadi arif dalam berperilaku. Fungsi inspiratif dengan menghayati berbagai peristiwa dan kisah-kisah kepahlawanan akan memberikan kebanggan dan makna yang begitu besar bagi generasi muda. Fungsi instruktif sebagai alat bantu yang berperan dalam upaya penyampaian pengetahuan dan keterampilan kepada subjek. Fungsi rekreasi yang menekankan pada upaya untuk menumbuhkan rasa senang untuk belajar sejarah.

52


(1)

Perhitungan Korelasi: N = 33

∑X = 3395

∑Y = 2411

∑XY = 250036

∑X² = 352623

∑Y² = 178021

r

XY

=

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

r

XY

=

r

XY

=

r

XY

=

r

XY

=

r

XY

=


(2)

Lampiran 17

Tabel r Nilai Koefisien Korelasi “r” Product Moment dari Pearson taraf signifikan 0,05 uji dua arah untuk Berbagai df.1*

n r n r

1 0,997 31 0,344

2 0,95 32 0,339

3 0,878 33 0,333

4 0,811 34 0,329

5 0,754 35 0,324

6 0,707 36 0,320

7 0,666 37 0,316

8 0,632 38 0,312

9 0,602 39 0,308

10 0,576 40 0,304

11 0,553 41 0,301

12 0,532 42 0,297

13 0,514 43 0,294

14 0,497 44 0,291

15 0,482 45 0,288

16 0,468 46 0,285

17 0,456 47 0,282

18 0,444 48 0,279

19 0,433 49 0,276

20 0,423 50 0,273

21 0,413 51 0,271

22 0,404 52 0,268

23 0,396 53 0,266

24 0,388 54 0,263

25 0,381 55 0,261

26 0,374 56 0,259

27 0,367 57 0,256

28 0,361 58 0,254

29 0,355 59 0,252

30 0,349 60 0,25

1


(3)

Lampiran 18

Tabel Nilai t2

d.f t0.10 t0.05 t0.025

1 3,078 6,314 12,706

2 1,886 2,920 4,303

3 1,638 2,353 3,182

4 1,533 2,132 2,776

5 1,476 2,015 2,571

6 1,440 1,943 2,447

7 1,415 1,895 2,365

8 1,397 1,860 2,306

9 1,383 1,833 2,262

10 1,372 1,812 2,228

11 1,363 1,796 2,201

12 1,356 1,782 2,179

13 1,350 1,771 2,160

14 1,345 1,761 2,145

15 1,341 1,753 2,131

16 1,337 1,746 2,120

17 1,333 1,740 2,110

18 1,330 1,734 2,101

19 1,328 1,729 2,093

20 1,325 1,725 2,086

21 1,323 1,721 2,080

22 1,321 1,717 2,074

23 1,319 1,714 2,069

24 1,318 1,711 2,064

25 1,316 1,708 2,060

26 1,315 1,706 2,056

27 1,314 1,703 2,052

28 1,313 1,701 2,048

29 1,311 1,699 2,045

30 1,310 1,697 2,042

31 1,309 1,696 2,040

32 1,309 1,694 2,037

33 1,308 1,692 2,035

34 1,307 1,691 2,032

35 1,306 1,690 2,030

36 1,306 1,688 2,028

37 1,305 1,687 2,026

38 1,304 1,686 2,024

39 1,303 1,685 2,023

2

Budi Susetyo, Statistika Untuk Analisis Data Penelitian, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), h. 322. dengan penyesuaian seperlunya; sesuai dengan kebutuhan variabel yang


(4)

(5)

(6)

BIODATA PENULIS

Ika Nurjanah, NIM 1111015000052, Jurusan Pendidikan IPS, Program Studi Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015. Penulis lahir di Cilacap, 13 Desember 1993, bertempat tinggal di Jl. Bendi Besar Ujung Rt 010/010 No. 87 Kebayoran Lama Jakarta Selatan.

Riwayat Pendidikan:

Mulai pendidikan di SDN 07 Kebayoran Lama Utara, lulus tahun 2005. Melanjutkan ke SMPN 161 Jakarta, lulus tahun 2008. Melanjutkan ke SMKN 59 Jakarta, lulus tahun 2011. Penulis kemudian melanjutkan ke Perguruan Tinggi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program studi Ekonomi-Akuntansi.

Skripsi ini penulis dedikasikan untuk kedua orang tua dan keluarga tercinta. Semoga bermanfaat untuk sesama. Amin Ya Rabbal Alamin.


Dokumen yang terkait

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

0 5 205

Hubungan Antara Komunikasi Orang Tua Dengan Wali Kelas Terhadap Hasil Belajar Siswa Di SMPN 238 Jakarta Selatan

0 7 87

Hubungan Disiplin Sekolah Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI SMPN 1 Cibarusah Bekasi

0 10 109

Pengaruh Model Pembelajaran Blended Learning Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas 8 Di SMP Negeri 37 Jakarta

4 16 196

Hubungan Minat Belajar Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS (Sejarah) SMPN 87 Jakarta Tahun Ajaran 2014/2015

0 13 203

Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Dengan Media Gambar Melalui Metode Diskusi Pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV SDN 1 Cimanuk Kecamatan Waylima Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2011-2012

2 35 77

Hubungan Antara Cara Belajar Dan Kelengkapan Sumber Belajar Dengan Prestasi Belajar IPS Pada Siswa Kelas 2 SD Negeri 1 Labuhan Ratu Tahun Ajaran 2014/2015

0 5 69

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa melalui Metode Belajar Kelompok pada Mata Pelajaran IPS Kelas VI SD Negeri 35 Kampung Sawah Kecamatan Koto XI Tarusan Tahun Pelajaran 2013/2014

0 0 8

Pengaruh Permainan Matematika Terhadap Minat Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika

1 6 6

Pengaruh Laboratorium Terhadap Hasil Belajar Melalui Minat Belajar Pada Mata Pelajaran Kelompok C3 Program Keahlian Pemasaran Kelas Xi Smk Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2017/2018â€

0 1 15