Pengelolaan kelas yang baik akan menciptakan disiplin kelas yang baik. Kelas dinyatakan disiplin apabila setiap siswanya patuh pada aturan
maintata tertib yang ada, sehingga dapat terlibat secara optimal dalam kegiatan belajar. Disiplin kelas bukanlah sekedar pemberian hukuman bagi
yang melanggar atau menerima penghargaan bagi yang menaatinya. Disiplin dalam hal ini dimaksudkan sebagai usaha membina secara terus menerus
kesadaran dalam bekerja atau belajar dengan baik dalam arti setiap orang menjalankan fungsinya secara efektif. Pemberian sanksi hanya boleh
dilakukan sebagai cara terakhir, yakni bila sudah tidak ditemukan lagi cara lain untuk menumbuhkan kesadaran terhadap tata tertib tersebut.
Pelanggaran disiplin biasanya bersumber pada kepemimpinan guru yang terlalu otoriter, siswa merasa kurang dilibatkan dalam aktifitas kelas, rasa
bosan terhadap pelajaran, perasaan tertekan, takut, cemas, serta siswa kurang diperhatikan. Tindakan pencegahan terjadinya pelanggaran disiplin kelas
adalah dengan tata tertib dan pemberian ganjaran dan hadiah. Pembuatan tata tertib pun hendaknya dengan melibatkan siswa,
karena dengan melibatkan siswa maka rasa tanggung jawab siswa terhadap peraturan akan lebih besar jika mereka terlibat dalam pembuatannya.
Dengan mendengarkan saran, masukan dan keinginan siswa akan membuatnya merasa dihargai dan diakui. Hal ini tentu saja akan
berpengaruh pada pelaksanaan peraturan tersebut.
5. Pengelolaan Kelas yang Efektif
Agar siswa dapat meraih kompetensi, guru harus merancang proses belajar mengajar di kelas yang memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan pengetahuan dan menerapkan hal-hal yang telah dipelajarinya. Siswa harus mampu menggunakan fakta-fakta yang sudah dipelajarinya untuk
menjelaskan situasi atau untuk menerapkan informasi pada situasi baru. Menurut Made Pidarta yang dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah dan
Aswan Zaini mengatakan bahwa, untuk mengelola kelas secara efektif perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Kelas adalah kelompok kerja yang diorganisasi untuk tujuan tertentu, yang dilengkapi oleh tugas-tugas dan diarahkan oleh guru.
b. Dalam situasi kelas, guru bukan tutor untuk satu anak pada waktu tertentu, tetapi bagi semua anak atau kelompok.
c. Kelompok mempunyai perilaku sendiri yang berbeda dengan perilaku masing- masing individu dalam kelompok itu. Kelompok mempengaruhi individu-
individu dalam hal bagaimana mereka memandang dirinya masing-masing dan bagaimana belajar.
d. Kelompok kelas menyisipkan pengaruhnya kepada anggota-anggota. Pengaruh yang jelek dapat dibatasi oleh usaha guru dalam membimbing mereka di kelas
di kala belajar. e. Praktik guru waktu belajar cenderung terpusat pada hubungan guru dan siswa.
Makin meningkat keterampilan guru mengelola secara kelompok, makin puas anggota-anggota di dalam kelas.
f. Struktur kelompok, pola komunikasi, dan kesatuan kelompok ditentukan oleh cara mengelola, baik untuk mereka yang tertarik pada sekolah maupun bagi
mereka yang apatis, masa bodoh atau bermusuhan.
28
6. Pengelolaan Kelas Pembelajaran Sejarah
Dalam proses belajar mengajar di kelas, sangat penting untuk dilakukan oleh seorang guru adalah mengupayakan atau mencipatakan kondisi belajar
mengajar yang baik. Kelas sebagai komunitas sekolah terkecil dapat mempengaruhi suasana kelasnya dalam berinteraksi dan kegiatan pembelajaran
yang pada gilirannya dapat berpengaruh terhadap suasana dan prestasi belajarnya. Suasana kelas yang kondusif akan mampu mengantarkan pada prestasi akademik
dan non-akademik siswa, maupun kelasnya secara keseluruhan. Untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif, bisa kita lakukan dengan cara
menggunakan metode-metode pembelajaran yang bervariatif. Salah satu contoh metode pembelajaran Sejarah yang dilakukan di
Sekolah Menengah Atas Negeri MAN 1 Bengkulu Selatan, dengan
28
Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zaini, Strategi Belajar Mengajar,...., h. 214
memanfaatkan program Powerpoint. Ini bisa saja dipraktekkan di sekolah-sekolah lain. Karena dengan menggunakan media pengajaran berbasis teknologi
komunikasi dan informasi pada pelajaran sejarah dapat meningkatkan minat dan ketertarikan siswa untuk mempelajari materi pelajaran. Media pembelajaran
dengan Powerpoint dalam mata pelajaran sejarah dapat mengurangi penilaian kuno dan ketinggalan zaman terhadap mata pelajaran ini
.
29
Metode pembelajaran Sejarah yang menggunakan media powerpoint juga sudah diterapkan di SMAN 87 Jakarta.
30
Tetapi memang, harus adanya kontinuitas dalam menggunakan media ini. Karena bagaimanapun, media ini
merupakan salah satu metode yang menggunakan media untuk menciptakan kondisi belajar yang kondusif. Sehingga pengelolaan kelas pada pembelajaran
Sejarah akan berjalan lancar. Kelebihan metode yang digunakan dalam proses pembelajaran Sejarah
menurut penulis adalah dapat meningkatkan minat dan ketertarikan siswa pada mata pelajaran Sejarah. Karena dengan banyaknya opini yang ada bahwasanya
pelajaran Sejarah merupakan pelajaran yang “kaku” dan membosankan, maka dengan adanya metode tersebut, pembelajaran Sejarah akan terasa lebih
menyenangkan dan tidak membosankan. Dengan Powerpoint, siswa juga dapat membuat isi dari materi pelajaran Sejarah lebih menarik.
Sedangkan kekurangan dari metode tersebut menurut penulis adalah dibutuhkannya keahlian dan kemampuan tersendiri dalam menggunakan program
Powerpoint. Jika belum bisa menggunakan dan menguasainya maka akan menjadi hambatan utama dalam mempraktekkan metode ini.
Dalam pembelajaran Sejarah, untuk menciptakan pengelolaan kelas yang baik tidak hanya menggunakan media powerpoint. Guru Sejarah juga bisa
menggunakan metode-metode lain seperti, demonstrasi, karya wisata, diskusi, tanya jawab, dan sebagainya, yang bisa dilakukan oleh siswa. Ini menunjukkan
29
Irwan Setiawan, Belajar Mandiri Dengan Pemanfaatan Program Powerpoint Dalam Pembelajaran Sejarah Di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bengkulu Selatan, artikel diakses pada
08 September 2009, dari http:www.psb-psma.orgforumsoftwarelain-lainbelajar-mandiri- dengan-pemanfaatan-program-powerpoint-dalam-pembelajaran-sejarah
30
Pengamatan penulis, 1 Februari 2010, lihat lampiran
bahwa pembelajaran Sejarah tidak terpusat pada guru teacher centris, tetapi pada keaktifan siswa di dalam kelas student centris.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilakukan bertahap mulai dari perencanaan sampai
dengan pengambilan data di lapangan. Tahap perencanaan dan observasi dimulai dari tanggal 01 September 2009 sampai dengan 22 Januari 2010. Sedangkan
pelaksanaan pengambilan data di lapangan dari tanggal 25 Januari sampai 08 Februari 2010 dan pengolahan data dari tanggal 10 Februari sampai dengan 16
Februari 2010. Rincian tahapan penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Tahapan Penelitian
No. Tanggal Kegiatan
1. 01 Sept 2009
Pembuatan proposal skripsi 2.
15 Sept 2009 ACC proposal skripsi
3. 09 Okt
2009 Penyerahan proposal skripsi ke Dosen
Pembimbing 4.
16 Okt – 22 Jan 2010 Bimbingan penulisan Bab I-III sekaligus
Instrumen penelitian 5.
25 Jan ’10 – 08 Feb 2010 Penelitian di SMAN 87 Jakarta dan
bimbingan 6.
10 Feb ‘10 – 16 Feb 2010
Pengolahan data hasil penelitian dan bimbingan
7. 19 Februari 2010
Laporan hasil pengolahan data dan bimbingan
31