hasil belajar. Slide, film, radio, televise, dan computer yang dilengkapi untuk mengakses berbagai informasi tentang isu-isu local, nasional, dan
internasional. e. Pengorganisasian materi ditekankan pada pendekatan kritis logis dan
perspektif analisis prosesual, agar siswa mampu berpikir sendiri mengapa dan bagaimana sesuatu itu terjadi di masa lampau.
f. Penilaian dapat menggunakan penilaian tertulis, penilaian berdasarkan perbuatan, penugasan, produk, atau potofolio.
7
4. Metode Pembelajaran Sejarah
Hakikat pengetahuan sosial dan ilmu-ilmu sosial pada kurikulum 2004, dan tujuan pendidikan IPS, maka tugas dan peran Pendidikan IPS antara lain
menggariskan komitmen untuk melakukan proses pembangunan karakter bangsa national and character building. Konsekuensinya dalam pelaksanaan proses
pembelajaran harus membantu siswa mengembangkan potensi serta kompetensi yang dimilikinya, baik potensi kognitif, afektif maupun psikomotor untuk
menghadapi lingkungan hidupnya, baik fisik maupun sosial budaya di mana mereka hidup kini dan hari esok.
8
Guru pelajaran IPS Sejarah yang profesional, dalam pelaksanaan tugas pembelajaran dituntut menguasai kompetensi atau kemampuan dasar
pembelajaran dan aspek keilmuan. Salah satu kemampuan dasar yang harus dikuasai guru adalah “keterampilan mengembangkan metode pembelajaran”, yaitu
keterampilan yang berhubungan dengan upaya untuk mengembangkan metode pembelajaran di kelas yang dapat memotivasi dan menggairahkan belajar siswa.
Pemahaman tentang guru sentris yang selama ini berkembang harus dirubah menjadi siswa sentris, artinya pengajaran hendaknya bersifat “siswa
sentris”. Dalam pengertian ini maka guru harus mampu membacamemahami hal ihwal keadaan diri siswa serta selalu memperhatikan keadaankesukaran
keberhasilankemampuan siswa. Oleh karena itu diperlukan pembelajaran melalui
7
Arnie Fajar, Portofolio Dalam Pelajaran IPS…, h. 136
8
Arnie Fajar, Portofolio Dalam Pelajaran IPS…, h. 108
aneka metodeteknik yang memang memberikan keesempatan pada siswa untuk majuberkembang menurut potensinya masing-masing.
Seiring dengan perkembangan masyarakat dan kemajuan teknologi, guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menyiapkan dan merancang metode
pembelajaran yang akan dilakukannya. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan tujuan nasional secara umum dan tujuan Pendidikan IPS pada khususnya, yang
pada prinsipnya bertujuan mendidik dan membimbing siswa menjadi warga negara yang baik, yang bertanggung jawab baik secara pribadi, sosialmasyarakat,
bangsa dan negara bahkan sebagai warga dunia. Salah satu model pembelajaran yang dapat mewujudkan tujuan tersebut
adalah model pembelajaran berbasis portofolio. Dalam model pembelajaran ini siswa dituntut untuk berpikir cerdas, kreatif, parsitipatif, prospektif, dan
bertanggung jawab. Secara rinci melalui model pembelajaran berbasis portofolio dalam IPS, antara lain siswa dapat:
a. Memperoleh pemahaman yang lebih besar tentang masalah-masalah yang dikaji
b. Belajar banyak tentang masalah-masalah kemasyarakatan dimana masalah kemasyarakatan menjadi inti dari Pendidikan IPS
c. Belajar bagaimana cara yang lebih kooperatif dengan orang lain untuk memecahkan masalah
d. Meningkatkan keterampilan dalam meneliti e. Memperoleh pemahaman yang lebih baik bagaimana pemerintah bekerja
f. Belajar bagaimana warga negara berpartisipasi dalam menyelesaikan masalah yang timbul dalam masyarakat
g. Lebih menyadari kelompok-kelompok masyarakat yang menaruh perhatian terhadap masalah-masalah yang ada di masyarakat
h. Meningkatkan rasa percaya dirinya, karena merasa telah dapat memecahkan masalah yang ada di masyarakat
Dalam pelaksanaannya dapat dilakukan dengan mengangkat satu topikkompetensi dasar, dapat juga memadukan beberapa kompetensi
dasar untuk dijadikan kajian kelas. Tentu saja penyelenggaraannya perlu
didesain seefisien mungkin dan disesuaikan dengan situasi-kondisi sekolah, kemauan dan kemampuan serta keterampilan guru serta dukungan
dari siswa. Lebih lanjut, agar pembelajaran sejarah berhasil baik, metode yang
digunakan harus bisa mengonstruk “ingatan historis” yang disertai dengan “ingatan emosional”. Metode pembelajaran satu arah yang ada selama ini hanya
akan mengonstruk “ingatan historis”. Alhasil, siswa menjadikan sejarah hanya sebagai fakta-fakta hafalan tanpa adanya ketertarikan dan minat untuk
memaknainya, pun menggali lebih jauh. Ingatan historis semata tak akan bertahan lama. Supaya ingatan “historis” bisa bertahan lama, ia perlu disertai “ingatan
emosional”.
9
Ingatan jenis ini adalah ingatan yang terbentuk dengan melibatkan emosi hingga bisa menumbuhkan kesadaran dalam diri siswa untuk menggali lebih jauh
dan memaknai berbagai peristiwa sejarah. Proses pembelajaran kemudian tak hanya berhenti pada penghafalan saja, siswa bisa aktif dalam komuniasi dua arah
dengan guru untuk mengutarakan pendapatnya mengenai obyek sejarah yang tengah dipelajari karena sedari awal ia telah merasa menjadi bagian dari proses
pembelajaran. Kunjungan ke situs sejarah bisa dikatakan sebagai salah satu metode yang
dapat menimbulkan “ingatan emosional”. Setelah siswa diberikan fakta-fakta sejarah untuk mengonstruk “ingatan historis” dalam kelas, ingatan emosionalnya
dapat tergali berkat kunjungan ke situs-situs sejarah. Selain metode di atas, beberapa metode alternatif dalam kaitannya dengan
modifikasi pengajaran sejarah perlu dikembangkan. Salah satu metode yang bisa diterapkan adalah pemanfaatan media audiovisual.
9
Rama Dira J, Metode Alternatif Pengajaran Sejarah, artikel diakses pada 02 September 2008, dari http:64.203.71.11kompas-cetakjateng41127.htm
Pemutaran film dokumenter, semidokumenter, dan film layar lebar yang berlatar sejarah bisa membentuk “ingatan emosional” dalam diri siswa.
Bagaimanapun juga film adalah media audiovisual yang bisa menghadirkan “suatu rekaman dunia”, lengkap dengan unsur gambar, suara, suasana, ruang dan
waktu pada masa lalu yang bisa menggugah emosi. Dengan demikian, setelah menonton film, siswa akan terpicu menggali lebih jauh lagi “sejarah” yang
terdokumentasikan atau yang dibuat versi layar lebarnya.
B. Pengelolaan Kelas 1. Pengertian Pengelolaan Kelas