Skeptisme Profesional Auditor Pengaruh Pengalaman, Independensi dan Skeptisme Profesional, Auditor terhadap Pendeteksian Kecurangan (Studi Empiris pada KAP di Wilayah Jakarta)

31 Indepedensi akuntan publik merupakan salah satu karakter yang sangat penting untuk profesi akuntan publik dalam melaksanakan pemeriksaan terhadap kliennya. Dalam melaksanakan pemeriksaaan, akuntan publik memperoleh kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh klien. Klien dapat mempunyai kepentingan yang berbeda, bahkan mungkin bertentangan dengan kepentingan para pemakai laporan keuangan. Demikian pula, kepentingan pemakai laporan keuangan yang satu mungkin berbeda dengan pemakai yang lainnya. Oleh karena itu dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, akuntan publik harus bersikap independen terhadap kepentingan klien, pemakai laporan keuangan, maupun terhadap kepentingan akuntan publik itu sendiri Manggala, dkk. 2007:124.

D. Skeptisme Profesional Auditor

Skeptisme profesional auditor merupakan sikap attitude auditor dalam melakukan penugasan audit dimana sikap ini mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit. Karena bukti audit dikumpulkan dan dinilai selama proses audit, maka skeptisme profesional harus digunakan selama proses audit, maka skeptisme profesional harus digunakan selama proses tersebut IAI. 2001, SA seksi 230; AICPA, 2002, AU 230. Skeptisme merupakan manifestasi dan obyektivitas. Skeptisme tidak berarti bersikap sinis, terlalu banyak mengkritik atau melakukan penghinaan. Auditor yang memiliki skeptisme profesional yang 32 memadai akan berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan berikut : 1 Apa yang perlu saya ketahui?, 2 Bagaimana caranya saya bisa mendapat informasi tersebut dengan baik?, 3 Apakah informasi yang saya peroleh masuk akal?. Skeptisme profesional auditor akan mengarahkannya untuk menanyakan setiap isyarat yang menunjukkan kemungkinan terjadinya Waluyo, 2008:24. Waluyo 2008:7 menyatakan bahwa Auditor menerapkan sikap skeptisme profesional pada saat mengajukan pertanyaan dan menjalankan prosedur audit, dengan tidak cepat puas dengan bukti audit yang kurang persuaive yang hanya didasarkan pada kepercayaan bahwa manajemen dan pihak terkait selalu memiliki pikiran kritis, professional, bersikap jujur dan mempunyai sikap percaya diri IFAC, 2004, ISA 240.23-25. Dalam ISA No. 200, dikatakan bahwa sikap skeptisme profesional berarti auditor membuat penaksiran yang kritis critical assessment, dengan pikiran yang selallu mempertanyakan questioning mind terhadap validitas dan bukti audit yang diperoleh, waspada terhadap bukti audit yang bersifat kontrakdiksi atau menimbulkan pertanyaan sehubungan dengan realiabilitas dan dokumen, dan memberikan tanggapan terhadap pertanyaan-pertanyaan dan informasi lain yang diperoleh dan manajemen dan pihak yang terkait IFAC, 2004. Skeptisme profesional dalam penelitian ini menggunakan definisi yang digunakan oleh standar profesional akuntan publik di Indonesia yaitu sebagai sikap auditor yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit IAI, 2000, SA seksi 230.06: AICPA, 2002, AU 230.07. 33 Skeptisme profesional auditor adalah suatu sikap attitude dalam melakukan penugasan audit. Maka hal pertama yang akan dibahas adalah mengenai sikap manusia. Noviyanti 2007:7 mendefinisikan sikap sebagai ” a psychological tendency that is expressed by evaluating a particular entity with some degree of favor or disfavor”. Hal tersebut tidak berbeda jauh dari pakar psikologi lain yang juga mendefinisikan sikap sebagai tanggapan atau respon seseorang yang merupakan hasil evaluasi terhadap obyek yang ditangkapnya seperti orang, obyek, ide, atau situasi tertentu. Tanggapan ini dapat berupa perasaan menyukai favorable atau perasaan tidak menyukai unfavorable, dapat juga berupa derajat afek positif atau derajat afek negatif Noviyanti, 2007:5. Noviyanti 2007:10 mengatakan bahwa skeptisme profesional auditor dipengaruhi oleh faktor sosial Kepercayaan, faktor psikologikal penaksiran risiko kecurangan dan faktor personal kepribadian. 1. Kepercayaan Trust Auditor independen yang melakukan audit di lapangan akan melakukan interaksi sosial dengan klien, manajemen dan staf klien. Interaksi sosial ini akan menimbulkan trust kepercayaan dari auditor terhadap klien. Model teoritis yang dikembangkan oleh Kopp dkk., 2003 dalam Noviyanti 2007:10 menyatakan bahwa kepercayaan trust dalam hubungan auditor-klien akan mempengaruhi skeptisme profesional. Tingkat kepercayaan auditor yang rendah terhadap klien akan meningkatkan sikap skeptisme auditor, sedangkan tingkat kepercayaan auditor yang terlalu tinggi akan menurunkan sikap skeptisme profesionalnya. 34 2. Penaksiran Risiko Kecurangan fraud risk assessment Noviyanti 2007:11 membuktikan bahwa skeptisme profesional auditor dipengaruhi oleh fraud risk assessment penaksiran risiko kecurangan yang diberikan oleh atasan auditor auditor in charge sebagai pedoman dalam melakukan audit di lapangan. Auditor yang diberi penaksiran risiko kecurangan yang rendah menjadi kurang skeptis dibandingkan dengan auditor yang diberi penaksiran risiko kecurangan yang tinggi. 3. Kepribadian Personality Tipe kepribadian seseorang diduga juga mempengaruhi sikap skeptisme profesionalnya. Noviyanti 2007:12 mengakui bahwa sikap mempunyai dasar genetik. Sikap yang mempunyai dasar genetik cenderung lebih kuat dibandingkan dengan sikap yang tidak mempunyai dasar genetik. Jadi dapat dikatakan bahwa perbedaan kepribadian individual menjadi dasar dari sikap seseorang termasuk sikap skeptisme profesionalnya. Kepribadian Personality didefinisikan sebagai karakteristik dan kecenderungan seseorang yang bersifat konsisten yang menentukan perilaku psikologi seseorang seperti cara berpikir, berperasaan, dan bertindak. Dalam melaksanakan tugas audit sangat diperlukan pemberian opini akuntan yang sesuai dengan kriteria - kriteria yang ditetapkan dalam SPAP agar hasil audit tidak menyesatkan pihak-pihak yang berkepentingan. Pemberian opini akuntan harus didukung oleh bukti kompeten yang cukup. Dalam mengumpulkan bukti audit, auditor harus senantiasa menggunakan 35 skeptisme profesionalnya SPAP. SA seksi 230, yaitu sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit agar diperoleh bukti-bukti yang meyakinkan sebagai dasar dalam pemberian opini akuntan Suraida, 2005:6

E. Pendeteksian Kecurangan

Dokumen yang terkait

Pengaruh pemberian sertifikasi qualified internal auditor (QIA) dan pengalaman kerja auditor internal terhadap kemampuan dalam mendeteksi fraud (studi empiris pada Perusahaan di Jakarta)

2 18 132

Pengaruh pengalaman, pelatihan dan skeptisisme profesional auditor terhadap pendektesian kecurangan: studi empiris pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta

1 8 87

Pngaruh pengalaman audit, indenpendensi, dan keahlian profesional terhadap pencegahan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan; studi empiris pada kantor akuntansi publik di DKI Jakarta

1 10 154

Pengaruh penerapan aturan etika, pengalaman dan skeptisme profesional auditor terhadap pendekteksian kecurangan : studi empiris beberapa kantor akuntan publik di dki jakarta

2 24 126

Pengaruh pengalaman, pengetahuan dan skeptisme profesional auditor terhadap pendeteksian kerugian daerah: studi pada inspektorat Provinsi Kalimantan Barat

0 5 129

Pengaruh Pengalaman Audit, Independensi Auditor dan Kode Etik terhadap Audit Judgment (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta Selatan)

2 15 98

Pengharuh Kompetensi Dan Skeptisme Profesional Auditor Terhadap Pendeteksian Kecurangan (survey Pada KAP di WIlayah Bandung yang Terdaftar di BPK)

6 86 32

PENGARUH PENERAPAN KODE ETIK, SKPETISME PROFESIONAL AUDITOR, PENGALAMAN AUDITOR, DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (STUDI EMPIRIS PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI MEDAN).

1 6 30

PENGARUH BEBAN KERJA, PENGALAMAN AUDIT, TIPE KEPRIBADIAN DAN SKEPTISME PROFESIONAL TERHADAP Pengaruh Beban Kerja, Pengalaman Audit, Tipe Kepribadian Dan Skeptisme Profesional Terhadap Kemampuan Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan (Studi empiris pada Kant

0 1 16

PENGARUH SKEPTISME PROFESIONAL, INDEPENDENSI, DAN SKEPTISME PROFESIONAL TERHADAP KEMAMPUAN AUDITOR MENDETEKSI KECURANGAN (Studi Empiris pada Inspektorat Daerah Istimewa Yogyakarta).

0 0 158