Kaedah dan Prinsip Kedudukan Fatwa Tentang Konversi Akad Murabahah Pada Bank BNI

2. Kaedah dan Prinsip

Fiqh muamalah klasik yang ada tidak sepenuhnya relevan lagi diterapkan, karena bentuk dan pola transaksi yang berkembang di era modern ini demikian cepat. Sosio-ekonomi dan bisnis masyarakat sudah jauh berubah dibanding kondisi di masa lampau. Oleh karena itu, dalam konteks ini diterapkan dua kaedah. Pertama, Al-muhafazah bil qadim ash-sholih wal akhz bil jadid aslah hatta yadullad dalilu ’ala at-tahrim , yaitu, memelihara warisan intelektual klasik yang masih relevan dan membiarkan terus praktek yang telah ada di zaman modern, selama tidak ada petunjuk yang mengharamkannya. Kedua, Al-Ashlu fil muamalah al-ibahah hatta yadullad dalilu ’ala at-tahrim Pada dasarnya semua praktek muamalah boleh, kecuali ada dalil yang mengharamkannya. 5 Formulasi fatwa juga berpegang pada prinsip maslahah atau ”ashlahiyah” mana yang maslahat atau lebih maslahat untuk dijadikan opsi yang difatwakan. Konsep maslahah dalam muamalah menjadi prinsip yang paling penting. Dalam ushul fiqh telah populer kaedah, ”Di mana ada mashlalah, maka di situ ada syariah Allah ”. Watak maslahat syar’iyah antara lain berpihak kepada semua pihak atau berlaku umum, baik maslahat bagi lembaga syariah, nasabah, pemerintah regulator maupun masyarakat luas. Kemaslahatannya tidak hanya diakui secara tanzhiriyah perhitungan teoritis tetapi juga secara tajribiyah 5 Agustianto. Agustianto. Fatwa Ekonomi Syari’ah Di Indonesia. Diakses pada tanggal 13 - 02- 2010 dari http:www.pesantrenvirtual.comindex. 76 pengalaman empirik di lapangan. Karena itu untuk menguji shalahiyah validitas fatwa, harus diadakan muraja’ah maidaniyah pencocokan di lapangan setelah berjalan waktu yang cukup dalam implementasi fatwa ekonomi. Apakah kemaslahatan dalam tataran teoritis mendapatkan pembenaran dalam penerapannya di lapangan. Selain itu para ulama berpegang kepada prinsip-prinsip utama muamalah, seperti, prinsip bebas riba, bebas gharar ketidak-jelasan atau ketidakpastian dan tadlis, tidak maysir spekulatif, bebas produk haram dan praktek akad fasidbatil. Prinsip ini tidak boleh dilanggar, karena telah menjadi aksioma jelas kebenarannya dalam fiqh muamalah.

3. Peranan Ulama Dalam Sosialisasi Perbankan Syari’ah